Oleh: Siti Maisaroh, S.Pd
Selamat untuk 8 digital platform yang telah ‘digandeng mesra’ oleh penguasa dalam mengeksekusi pelatihan program Kartu Pra Kerja. Nantinya, para peserta bisa memilih pelatihan yang diinginkan melalui 8 digital platform itu, yakni Tokopedia, Skill Academy by Ruangguru, Mau belajar apa, Bukalapak, Pintaria, Sekolahmu, Pijar Mahir dan Sisnaker.
Dengan memilih 8 platform ini, maka dana untuk pelatihan dalam program kartu Pra Kerja akan didistribusikan melalui digital platform tersebut. Diketahui, peserta Pra Kerja mendapat intensif total sebesar Rp 3,55 juta. Dari Rp 3,55 juta itu, riciannya Rp 1 juta merupakan dana pelatihan. Dana inilah yang disalurkan ke penyelenggara melalui digital platform tersebut. Mengacu penjelasan Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto, saat meluncurkan program ini, Sabtu (11/4), untuk tahap pertama kuota peserta program kartu Pra Kerja sebanyak 164 ribu orang. Artinya, jika setiap peserta mendapat jatah 1 juta, maka total yang digelontorkan pemerintah ke penyelenggara pelatihan sebesar Rp 164 miliar. (Kumparan 14/4/2020).
Pelatihan Diilai Tak Relevan
Seorang pakar ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai kalau upaya pemerintah memberikan kartu Pra Kerja tidak relevan dengan kondisi saat ini. Mengingat korban PHK saat ini lebih membutuhkan bentuan langsung tunai, daripada pelatihan-pelatihan berbayar yang mirip konten gratisan di YouTube. “Bukan pelatihan secara online yang dibutuhkan, tetapi bantuan langsung tunai karena korban PHK itu butuh bantuan makanan dan uang tunai.” Kata Bhima kepada Kompas.com (Minggu 19/4/2010).
Bhima menyebutkan, dengan dana 1 juta per orang dikalikan dengan target kartu Pra Kerja sebanyak 5,6 juta korban PHK, maka total dana yang dibutuhkan pemerintah adalah Rp 5,6 triliun. Nominal ini jika diberikan dalam bentuk tunai maka akan lebih membantu korban PHK dalam mencukupi kehidupan hidupnya.
Pasalnya, korban kelaparan telah berhamburan. Misalnya, Oma (30) warga Cijeruk yang terpaksa mencuri tabung gas untuk membeli kebutuhan keluarganya yang kelaparan. Ia mengaku betapa perih perutnya dan keluarganya menahan lapar karena belum mendapat bantuan. Ia tidak punya pilihan selain mencuri. Ia adalah salah satu dari ribuan korban PHK karena korona. (radarbogor.id Kamis 23/4/2020). Dan masih banyak lagi kasus kelaparan yang beredar di media, namun tidak memungkinkan untuk diungkapkan semua dalam tulisan ini.
Hingga benar apa yang dijelaskan oleh pakar ekonom tersebut. Dalam kondisi tidak punya sumber penghasilan karena PHK, perut lapar, cicilan jatuh tempo, ditagih biaya pendidikan, biaya kesehatan dan sebagainya, solusi pemberian pelatihan berbasis online melalui video-video sangat tidak solutif. Itu justru menambah beban karena para peserta kartu Pra Kerja harus membeli paket data untuk mengakses internet. Juga bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki HP yang memadai.
Karena yang mereka butuhkan adalah BLT yakni Bantuan Langsung Tunai, tidak perlu basa-basi, menghabiskan waktu dan energy. Secara logika, mampukah pemikiran seseorang menjangkau ilmu pelatihan, kalau perut sudah terlalu lapar.
Penulis membuat kesimpulan, kalau pemberian kartu Pra Kerja adalah bentuk solusi ‘Jaka Sembung’ alias solusi yang tidak nyambung dengan inti masalahnya, tidak solutif menyelesaikan permasalahan. Sangat memalukan, ditengah pandemic wabah, pemerintah justru memihak pada para pengusaha terkait. Ini adalah bentuk bisnis antara penguasa dan pengusaha. Dimana penguasa mencari citra dengan menjalankan janji kampanyenya yakni program kartu Pra Kerja padahal tidak solutif dan pengusaha yang mencari keuntungan dan kesempatan dalam kesempitan (musibah virus korona). Penguasa negeri ini terindikasi ditumpangi proyek dari oknum-oknum yang mencari keuntungan ditengah penderitaan rakyat.
Padahal, jika pemerintah benar-benar serius ingin memberikan pelatihan pra kerja, bisa dengan langkah gratis tanpa biaya. Berbekal kemajuan teknologi yang ada dan siapapun bisa mengakses. Tapi yang pertama dan utama adalah mengerahkan lembaga- lembaga pemerintahan untuk bersama memberi bantuan langsung kepada rakyatnya agar tidak terjadi musibah kelaparan.
Rindu Kepemimpinan Islam
Betapa kita merindukan sosok pemimpin bertakwa layaknya Umar bin Khattab ra. Beliau telah menunjukan kecerdasan dalam membuat keputusan, mengatur, dan mengelola seluruh struktur pemerintahan dibawahnya. Sehingga bisa cepat, sigap dan tuntas dalam melayani krisis ekonomi yang terjadi saat itu. Lembaga-lembaga pemerintahan yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan rakyat, baik yang bergerak pada bidang financial atau yang lainnya, langsung diminta bergerak cepat. Khalifah sendiri yang bekerja dalam posko-posko, memastikan semua berjalan optimal. Abu Hurairah ra, menceritakan dengan gamblang bagaimana khalifah Umar ra melakukan itu semua. Ia berkata, “Semoga Allah merahmati ibnu Hantamah.” Saya pernah melihat dia pada tahun kelabu memanggul dua karung diatas punggungnya dan sewadah minyak berada ditangannya. Beliau meronda bersama Aslam. Saat keduanya melihatku, Umar bertanya, “Dari mana engkau wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab, “Dari dekat sini.” Saya pun membantu dia memanggul. Kami memanggul hingga tiba diperkampungan Dhirar. Tiba-tiba ada sekelompok orang berasal dari dua puluh kepala keluarga datang . Umar bertanya, “Ada apa kalian datang?” Mereka menjawab, “Karena lapar.” Mereka pun mengeluarkan daging bangkai yang mereka makan dan tumbukan tulang yang mereka telan. Abu Hurairah melihat Umar meletakkan selendangnya, beliau kemudian memasak dan memberi mereka makan hingga kenyang. Begitu seterusnya, Khalifah Umar melayani rakyatnya yang kelaparan sampai musibah (krisis ekonomi) itu berakhir.
Salah seorang wanita Arab berkata, “Tidaklah Umar mendekati seorang wanita pada masa kelabu, kecuali ia melenyapkan duka orang-orang tersebut.” Diriwayatkan dari Anas ra, “Perut Umar bin Khattab selalu keroncongan ditahun kelabu. Sebab, beliau hanya makan dengan minyak. Ia mengharamkan mentega untuk dirinya, beliau memukul perut dengan jari jemarinya seraya berkata, “Berbunyilah, karena kita tidak punya apapun selain minyak hingga rakyat sejahtera.”
Perhatian dan pengorbanan seorang khalifah tergambar dan terekam jelas dalam catatan emas sejarah. Pemimpin yang bertakwa dan Negara yang menerapkan seluruh aturan Islam secara nyata. Bukan pemimpin yang nyaman di Negara yang menerapkan system Kapitalis Sekular layaknya sekarang ini. Dimana bantuan tidak merata, tidak mencukupi, tidak cepat, bahkan banyak yang terabaikan begitu saja. Waallahu a’lamu bishowab.