Mafia Alkes Subur di tengah Pandemi

Ilustrasi : Alat Kesehatan

Di tengah pandemi Covid-19 kebutuhan alat kesehatan (alkes), alat pelindung diri (APD) dan obat-obatan terus meningkat. Erick Thohir selaku Menteri BUMN mengamati telah terjadi lonjakan impor alkes seperti ventilator, bahan baku obat-obatan hingga obat-obatan itu sendiri (detik.com 18/4).

Bahkan sebelum pandemi Indonesia sudah bergantung pada impor alkes, bahan baku obat-obatan dan obat-obatan. Kondisi semakin rumit karena pada pandemi ini banyak negara berebut membutuhkan alkes dan obat-obatan serta APD yang memicu terjadinya peningkatan harga yang tidak wajar.

Iklan KPU Sultra

Kecenderungan Indonesia untuk lebih senang mengimpor barang-barang kesehatan daripada membuat sendiri menimbulkan kecurigaan bahwa ada oknum yang memfokuskan jual beli barang (alkes) tanpa meningkatkan kemampuan perusahaan sektor kesehatan di dalam negeri. Hasilnya Indonesia hanya sibuk berdagang (trading).

Pandemi Covid-19 membuat sadar bahwa praktik ini sudah berlangsung lama. Erick menyakini bahwa ada mafia yang sengaja membiarkan kemampuan perusahaan dalam negeri terpuruk. Erick mendapat perintah dari Jokowi untuk memberantas mafia di bidang kesehatan dan membangun industri lokal agar dapat memproduksi sendiri kebutuhan kesehatan (tribunnews.com 19/4).

Menurut Arya Sinulingga, staf khusus Menteri BUMN dalan Tempo.co (19/4) menyampaikan bahwa ia mencurigai praktik mafia kesehatan sudah terjadi pada level dunia. Di Italia, Paus Fransiskus mengutuk keras para mafia terkait dengan sejumlah kejadian seperti pencurian masker dan hand sanitizer di Rumah Sakit untuk dijual, penawaran pinjaman bunga tinggi pada UMKM yang bangkrut, pembajakan suplai APD yang sangat meresahkan warga Italia.

Bahkan pasca pandemi Covid-19 Italia diprediksi akan berhadapan dengan kisruh ekonomi yang diakibatkan oleh perilaku mafia (kontan.co.id 23/4).
Sisi gelap Covid-19 telah mengabarkan pada dunia bahwa adanya kejahatan yang bertujuan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya di tengah kepayahan akibat pandemi. Pada masa ini kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah dengan memproduksi sendiri kebutuhan kesehatan. Ventilator telah mampu diproduksi oleh dua PTN di Indonesia yaitu ITB dan UI. Setelah uji klinis selesai kemudian akan diproduksi masal dengan menunjuk PT Dirgantara Indonesia, PT LEN Industri, dan PT Pindad sebagai produsen. Salut pada kesadaran pemerintah yang akhirnya berupaya untuk memproduksi sendiri.

Hanya saja selama Indonesia masih bergerak di bawah kapitalisme, praktik kotor para mafia akan sulit untuk diberantas yang tentunya terjadi tidak hanya di bidang kesehatan. Para kapitalis menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan bisnisnya. Kapitalisme bukanlah ideologi murni yang berasal dari Indonesia.

Kapitalisme merupakan ideologi barat yang diterapkan di Indonesia, sebagai negara berkembang, yang merupakan lahan subur untuk didominasi para pemodal asing. Selama itu Indonesia tidak akan leluasa dalam menentukan kebijakannya jika masih menganut sistem ini, kecuali Indonesia melepaskan diri dari sistem kapitalisme dan beralih pada sistem Islam.

Kondisi pandemi saat ini sudah menunjukkan betapa payahnya kapitalisme mengatasi pandemi, utamanya di Indonesia. Semoga saja kerumitan ini menjadi jalan terang bagi Islam untuk membuka mata dunia akan solusi permasalahan saat ini dengan mengembalikannya pada sistem yang dirahmati Allah SWT.
Wallahu a’lam.

Oleh : Rahma Ningtyas (Petugas Kesehatan, Bandung)