Memahami Makna “Membanggakan Diri” Dalam Islam

Ainul Mizan

Lafadz fariha, yafrohu, dan ifrah, artinya bergembira dan membanggakan diri. Terminologi membanggakan diri dalam al – Qur’an bisa bermakna positif dan negatif.

Sikap membanggakan diri yang berkonotasi positif, bisa kita jumpai pada beberapa ayat al – Qur’an berikut ini.

فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170)
Artinya:
“Mereka bergembira dengan apa – apa yang diberikan oleh Allah kepadanya dari karuniaNya. Dan mereka memberikan kabar gembira kepada orang – orang yang ada di belakang mereka agar mereka tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati” (Ali Imron ayat 170).

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:

وقوله : ( فرحين بما آتاهم الله [ من فضله ويستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون ] ) أي : الشهداء الذين قتلوا في سبيل الله أحياء عند الله ، وهم فرحون مما هم فيه من النعمة والغبطة ، ومستبشرون بإخوانهم الذين يقتلون بعدهم في سبيل الله أنهم يقدمون عليهم ، وأنهم لا يخافون مما أمامهم ولا يحزنون على ما تركوه وراءهم
Mereka adalah para syuhada yang terbunuh di medan jihad. Mereka hidup di sisi Allah. Mereka bergembira dengan nikmat yang diberikan Alloh kepada mereka. Dan mereka memberikan kabar gembira kepada orang – orang yg berperang di jalan Alloh, sedangkan mereka sudah terlebih dulu menjadi syahid. Sesungguhnya mereka tidak merasa takut terhadap masa depan mereka. Dan tidak pula mereka bersedih hati atas hal – hal yang mereka tinggalkan di belakangnya (dari keluarga dan hartanya).

Allah SWT berfirman di dalam Surat Ar Rum ayat 4, sebagai berikut.

وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ )
Artinya:
“Dan pada hari itu, orang – orang mukmin bergembira dengan pertolongan Allah”.

Di dalam Tafsir ath Thabari dijelaskan.

يقول: ويوم يغلب الروم فارس يفرح المؤمنون بالله ورسوله بنصر الله إياهم على المشركين، ونُصْرة الروم على فارس (يَنْصُرُ) اللهُ تعالى ذكره (مَنْ يَشاءُ) من خلقه، على من يشاء، وهو نُصرة المؤمنين على المشركين ببدر، (وَهُوَ العَزِيزُ) يقول: والله الشديد في انتقامه من أعدائه، لا يمنعه من ذلك مانع، ولا يحول بينه وبينه حائل، (الرَّحِيمُ) بمن تاب من خلقه، وراجع طاعته أن يعذّبه.
Pada hari Romawi dapat mengalahkan Persia, bergembiralah orang orang yang beriman kepada Alloh dan RasulNya. (sebagaimana) dengan pertolongan Alloh kepada mereka yang bisa mengalahkan orang – orang musyrik dalam perang Badar. Alloh pun memenangkan Romawi atas Persia (yang menyembah berhala). Allah itu sangat keras menghukum musuh – musuhNya, tanpa ada siapapun yang bisa menghalanginya, Alloh pun Maha Penyayang terhadap hambanya yang bertaubat dan kembali taat padaNya sebelum Alloh menimpakan adzabNya.

Selanjutnya di dalam Surat Yunus ayat 58, Allah Swt berfirman:

القول في تأويل قوله تعالى : ( قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
Artinya:
“Katakanlah, dengan keutamaan dan rahmat Allah, oleh karena itu, maka bergembiralah. Hal tsb itu lebih baik dari apa apa yang dikumpulkannya.

Di dalam Tafsir at Thobari dijelaskan.

قال أبو جعفر : يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم : ( قل ) يا محمد لهؤلاء المكذبين بك وبما أنزل إليك من عند ربك ( بفضل الله ) ، أيها الناس ، الذي تفضل به عليكم ، وهو الإسلام ، فبينه لكم ، ودعاكم إليه ( وبرحمته ) ، التي رحمكم بها ، فأنزلها إليكم ، فعلمكم ما لم تكونوا تعلمون من كتابه ، وبصركم بها في معالم دينكم ، وذلك القرآن ( فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون ) يقول : فإن الإسلام الذي دعاهم إليه ، والقرآن الذي أنزله عليهم ، خير مما يجمعون من حطام الدنيا وأموالها وكنوزها . [ ص: 106 ]
Keutamaan Alloh berupa Islam dan rahmatNya berupa Qur’an. Maka sesungguhnya Islam yang mereka diseru padanya. Dan al Qur’an yang turun pada mereka, itu lebih baik daripada harta dunia dan perbendaraannya yang mereka kumpulkan.

Walhasil sikap membanggakan diri dengan konotasi positif adalah bergembira atas nikmat yang diberikan Allah berupa Islam, al – Qur’an, kemenangan Islam yang merupakan pertolonganNya, dan karunia Allah kepada para syuhada dan lainnya.

Bahkan karunia Alloh berupa Surga dan bisa menjadi penghuninya, maka patutlah kiranya bergembira. Allah Swt berfirman:

فاليوم الذين آمنوا من الكفار يضحكون. على الارائك ينظرون.
Maka pada hari Kiamat, orang orang beriman akan menertawakan orang orang kafir. Orang beriman melihat mereka sambil bertelekan di atas dipan – dipan surga (Surat al Muthoffifin).

حدثنا ابن حميد ، قال : ثنا مهران ، عن سفيان ( فاليوم الذين آمنوا من الكفار يضحكون ) قال : يجاء بالكفار حتى ينظروا إلى أهل الجنة في الجنة على سرر ، فحين ينظرون إليهم تغلق دونهم الأبواب ، ويضحك أهل الجنة منهم ، فهو قوله : ( فاليوم الذين آمنوا من الكفار يضحكون على الأرائك ينظرون ) . [ ص: 305 ]
Penduduk Neraka melihat ke arah penduduk surga yang berada dalam kegembiraan. Maka di saat mereka lagi asik melihat, tertutuplah pintu surga. Tertawalah penduduk surga kepada mereka.

Adapun sikap membanggakan diri yang berkonotasi makna negatif bisa kita jumpai dalam beberapa nash berikut ini.

Di dalam Surat al Qashash ayat 76, Allah berfirman:

اذ قال له قومه لا تفرح، ان اللّه لا يحب الفرحين.
Artinya:
“Tatkala ia berkata pada kaumnya: Janganlah kamu membanggakan diri. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang membanggakan diri”.

Al – Imam Ibn Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan:

وقوله : ( إذ قال له قومه لا تفرح إن الله لا يحب الفرحين ) أي : وعظه فيما هو فيه صالح قومه ، فقالوا على سبيل النصح والإرشاد : لا تفرح بما أنت فيه ، يعنون : لا تبطر بما أنت فيه من الأموال ( إن الله لا يحب الفرحين ) قال ابن عباس : يعني المرحين . وقال مجاهد : يعني الأشرين البطرين ، الذين لا يشكرون الله على ما أعطاهم .
Seorang yang sholih dari kaumnya mengingatkan dengan maksud memberikan nasehat agar tidak membanggakan diri dengan apa yang mereka miliki dari harta benda. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang – orang yang membanggakan diri. Ibnu Abbas berkata: Yakni orang – orang yang sombong. Mujahid berkata: yakni orang – orang yang melakukan penolakan keras atas nasehat, yakni orang orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat – nikmat yang diberikan Alloh kepada mereka.

Jadi sikap membanggakan diri dalam hal ini adalah sikap menyombongkan diri. Rasulullah Saw mendefinisikan kesombongan dalam sabdaNya:
بطر الحق وغمط الناس
Menolak kebenaran dan meremehkan manusia.

Begitu pula di dalam Surat Ar Rum ayat 32, Allah berfirman:
{ كُلّ حِزْب بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ }
Artinya:
“Setiap kelompok itu berbangga diri dengan apa yang ada pada diri mereka”.

Di dalam Tafsir at Thabari dijelaskan:
يَقُول : كُلّ طَائِفَة وَفِرْقَة مِنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ فَارَقُوا دِينهمْ الْحَقّ , فَأَحْدَثُوا الْبِدَع الَّتِي أَحْدَثُوا بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ . يَقُول : بِمَا هُمْ بِهِ مُتَمَسِّكُونَ مِنْ الْمَذْهَب , فَرِحُونَ مَسْرُورُونَ , يَحْسِبُونَ أَنَّ الصَّوَاب مَعَهُمْ دُون غَيْرهمْ .’

Dari setiap kelompok dan aliran yang memecah belah agama yang haq. Maka mereka melakukan hal yang baru, yang dengannya mereka membanggakan diri. Mereka berpegang teguh dengan madhabnya. Mereka bergembira dan membanggakan diri, dengan mengira sesungguhnya terdapat pahala pada yang mereka lakukan, bukan pada selain mereka.

Jadi setiap orang dan kelompok yang melakukan perbuatan bid’ah, mereka mendakwahkannya dan berbangga diri dengannya.

Bid’ah adalah hal yang baru dalam agama. Yakni mereka melakukan tambahan dalam ibadah mahdhoh. Misalnya mereka melakukan sholat dengan bahasa Indonesia, dan lainnya.

Di samping itu, mereka menyeru kepada kemaksiatan dan ashobiyyah. Ashobiyyah dalam hal ini berarti al muawanah ala adzulmi (saling membantu dalam kedholiman). Yang termasuk menyeru ashobiyyah adalah menyeru aturan hidup yang bukan berasal dari Islam. Mereka menyerukan nasionalisme, demokrasi dan sebagainya.

Adapun kelompok dan atau jama’ah yang menyerukan Islam, melakukan amar makruf dan nahi munkar, tentunya tidaklah termasuk perkara ashobiyyah. Keberadaan kelompok dan atau jama’ah yang demikian tentunya berkesusaian dengan firman Allah dalam Ali Imron ayat 104, yakni:

ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر فاولئك هم المفلحون.
Hendaklah ada sebuah jama’ah di antara kalian, yang menyeru kepada Islam, menganjurkan yang makruf dan mencegah dari yang munkar, maka merekalah orang orang yang beruntung.

Oleh karena itu, mereka yang tergabung dan bersama – sama dengan sebuah kelompok dan atau jamaah yang mendakwahkan Islam dan mengajak kembali kepada tatanan kehidupan yang Islami, selayaknya bergembira. Sebagaimana Allah SWT telah menyatakan:

قل بفضل اللّه وبرحمته فبذلك فليفرحوا
Artinya:
“Katakanlah, berkat keutamaan dari Allah dan rahmatNya. Oleh karena itu, hendaknya mereka bergembira” (Yunus ayat 58).
Wallahu a’lam.

Oleh : Ainul Mizan al Lamunjaniy (Penulis tinggal di Malang)