TEGAS.CO., KENDARI – Pada 08 Oktober 2020 Telah berlangsung Webinar dalam rangka menangkal pemahaman radikalisme yang diselenggarakan melalui App Zoom Meeting dengan Link: https://us04web.zoom.us/j/9794353295?pwd=WFlDWkhzUVVLV09Ed1JyWFBJZi8yUT09, Meeting ID: 979 435 3295
Passcode: rK7UnUAban.
Kegiatan tersebut bertemakan: Kritik Atas Klaim Khilafah dalam Film Jejak Khilafah di Nusantara dan Motif penyebaran paham khilafaisme di kampus dengan Lingkungan masyarakat.
Webinar tersebit menghadirkan Pemateri : Gus Jalil, M.A (Dosen Antropologi UHO) dan Falihin Barakati ( Penulis, Tim Kaderisasi Nasional PB PMII ) yang di Moderatori oleh Muh. Rifky Syaiful Rasyid (Anggota Forum Santri Nasional Sultra).
Dalam materinya, Gus Djalil menuturkan tentang Film Jejak Khilafah di Nusantara yang dirilis di Khilafah Channel pada tanggal 20 Agustus 2020.
Menurutnya, panitia dari mereka mengklaim film ini harus diakses melalui tiket tetapi pada akhirnya hanya memutar film ini di akun Youtube.
“Setelah saya menonton film itu, ternyata ada sejumlah catatan dalam film ini yang patut dikritisi dalam film Jejak Khilafah di Nusantara,” tutur Gus Djalil.
Dikatakannya, jika memang film tersebut menceritakan sebenarnya sejarah, mengapa para sejarawan yang pertama membantu pembuatan Film tersebut memilih mundur?
“Yang pada akhirnya HTI menyulap kader-kadernya sebagai ”sejarawan” untuk melegitimasi gagasan mereka seperti Nicko Pandawa (kader HTI), Septian AW (kader HTI), Hafidz Abdurrahman (Ketua DPP HTI). Bahkan sebelum memutar film, Ketua DPP HTI Rokhmat Labib sudah lebih dahulu memberikan wejangan,” Kata Dosen FIB UHO Itu.
Dan, lanjutnya, yang paling menarik Nicko Pandawa yang disebut sebagai penulis dalam film itu ikut menjadi narasumber melalui nama komunitas literasi Islam.
“Sebuah hal yang aneh dalam sebuah film dokumenter, adanya satu orang yang sama memakai identitas berbeda dalam satu film,” tutup Gus Djalil.
Sedangkan menurut Falihin Barakati terkait film dia tidak akan bicara banyak tapi akan menambahkan. Bahwa memang, mereka sebenarnya tidak Punya sejarah di Indonesia. dan inilah yang dibuat dalam sekelas skripsi yang kelasnya tidak pernah diuji masih dalam tahapan revisi langsung di film kan. ini karena mereka miskin sejarah.
“Beberapa waktu ini, kita memang dapat melihat perkembangan paham radikal yang mencoba untuk menggantikan Pancasila menjadi Khilafah,” sahut Falihin.
Lanjut Falihin, Salah satu yang telah viral di Media Sosial adalah video sejumlah mahasiswa yang bersumpah untuk tegakkan syariah Islam dalam naungan Negara Khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas problematika masyarakat Indonesia.
Katanya, Hal tersebut bukan suatu kebetulan, karena menurut Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), radikalisme telah merambah dunia mahasiswa melalui proses islamisasi secara tertutup.
“kita harus tahu bahwa mahasiswa merupakan target potensial penyebaran paham radikalisme. Hal itu bahwa kampus sudah menjadi ladang subur tumbuhnya paham radikalisme dan tentunya hal ini suatu ancaman besar bagi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia,” Tegasnya.
“Sehingga untuk menetralisir dan mencegah bertumbuhnya paham radikal. Pertama kita perlu kerjasama antar organisasi keagamaan di kampus untuk mengadakan diskusi atau seminar untuk membahas isu-isu terkini terkait hal-hal yang ingin menggantikan eksistensi Pancasila,” tutup Falihin Barakati.
Reporter: Muh. Rifky Syaiful Rasyid
Editor: H5P