Suyanti Jatmiko Sosok Dibalik Bangkitnya  Batik Jepara

tegas.co., JEPARA – Selain ukir-ukiran, pada era Raden Ajeng Kartini, Jepara juga dikenal dengan batiknya, karena memiliki motif yang beragam. Namun, seiring bergulirnya waktu, batik Jepara mulai tenggelam.

Suyanti Jatmiko saat memberikan penjelasan tata cara membatik kepada salah seorang siswa. FOTO : DEDY SETYAWAN

Untuk mengangkat kembali batik Jepara, Suyanti Jatmiko seorang pecinta batik kembali mengembangkan batik tersebut dengan motif beragam, mengadopsi ukir kayu Jepara yang telah mendunia.

Di sebuah rumah di jalan Mangunsarkoro, 54 Jepara, Jawa Tengah, Suyanti Jatmiko  berhasil mendesain puluhan motif. Dari beragam motif yang dihasilkan, dirinya selalu mengkolaborasi dengan sesuatu yang ada di Jepara, seperti tumbuhan dan biota laut.

“Setiap motif diberi nama sesuai dengan ciri masing-masing.  Seperti motif Bimo Kordo, gambar batik berukuran besar, sebagai gambaran Bima dalam tokoh pewayangan,”katanya.

Ada juga motif Sido Arum,terinspirasi dari batik-batik yang telah ada sebelumnya,antara lain batik Sido Mukti dan Sido Drajat, dengan makna filosofi agar bisa memberi keharuman bagi seisi alam.

Hampir seluruh batik karya Suyanti Jatmiko, mengadopsi motif ukir kayu Jepara. Pasalnya, ukiran Jepara telah melegenda dan dikenal hingga manca negara.  Dengan menggunakan motif ukiran sebagai motif batik, terbukti menghasilakn sebuah karya batik yang memiliki seni tinggi.

Agara menjaga batik agar tetap dikenal dan terus berkembang, Suyanti Jatmiko membuka pelatihan bagi kalangan pelajar, tanpa dipungut biaya. Seluruh fasilitas membatik juga telah disediakan, sehingga menjadi daya tarik pelajar, dan masyarakat umum.

Sebagai rasa kecintaan batik Jepara, Suyanti Jatmiko juga menyimpan beberapa kain batik berusia lebih dari satu abad.  Batik tersebut merupakan peninggalan Raden Ajeng Suci, nenek dari Suyanti Jatmiko yang juga murid Raden Ajeng Kartini.

Selain mengoleksi dan memproduksi batik, Suyanti Jadmiko juga mengajarkan bagaimana proses pembuatan batik tulis secara tradisional dan gratis kepada pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Angel Lauren Putri, salah satu pelajar ,mengatakan, sangat senang sekali dapat belajar batik, karena dapat mengetahui proses pembuatan batik secara utuh.

“Ini baru pertama kalinya saya mencoba mengukir diatas  kain,”imbuh Angel.

DEDY SETYAWAN / NAYEF