tegas.co, ACEH SINGKIL – Organisasi Wahana Lingkungan hidup (WALHI) Aceh berpendapat, solusi penanganan banjir yang kerap melanda kota Singkil, Kabupaten Aceh Singkil harus segera dilakukan reboisasi demi kelestarian dan keseimbangan alam.
“Lokasi yang direboisasi adalah di lahan gambut Hutan Rawa Singkil guna pengembangan hutan kayu besar yang mempunyai daya serap dengan jumlah besar,”kata M Nasir Advokasi Walhi Aceh, dalam Diskusi penanganan Banjir Singkil, di Cafe Bunda Rim, Aceh Singkil Kamis (9/2/2017).
Dikatakan dari data yang dihimpun Walhi, di Aceh Singkil tidak ada tambang ilegal. Namun seperti daerah lain masih ada Galian C ilegal yang merajalela, salah satu perusak ekosistem daya tahan bumi.
Sedangkan penyebab banjir lainnya, kata Nasir, dampak pembangunan bendungan-bendungan perusahaan perkebunan yang berdekatan dengan anak Sungai.
“Kenapa kita klaim dari perusahaan, karena air perusahaan cukup untuk dia, tapi air luar tidak bisa masuk ke kawasan perusahaan, pola ini harus diperbaiki,”kata Nasir.
Nasir, berpendapat dengan penanaman hutan kayu di kawasan rawa gambut dan rawa Singkil dapat melakukan penyerapan secara besar-besaran.
Termasuk membuat sumur-sumur untuk penyerapan, serta mempercepat lintasan air yang langsung ke laut, salah satunya dengan mengatasi pendangkalan dan normalisasi alur sungai.
Anggota DPRK Aceh Singkil dari Badan Anggaran M Azmi menilai, banjir Singkil akibat dibukanya kanal di lokasi perkebunan Nafasindo.
“Dulu meluapnya air dari Sungai bisa masuk ke perkebunan perusahaan, jadi air menyebar dan berbagi, tapi sekarang karena bendungan dibuka, air menghantam Singkil dan Singkil Utara,” ucapnya.
Dan perusahaan itu juga belum pernah membuat saluran air untuk pembuangan langsung ke laut.
“Paling tidak harus ada 4 saluran pembuangan, jadi air berbagi, dan tidak menyebabkan banjir,” tambah Azmi.
MAN/MAS’UD