tegas.co, PROBOLINGGO, JATIM – Bawang Prei atau bawang daun dalam kurun waktu 1 bulan ini mengalami penurunan harga yang cukup merugikan petani di lereng Bromo.
Hampir 85 oersen petani di lereng bromo menanam bawang prei sebagai komoditas andalan sejak erupsi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, bawang prei di pilih karena selain tahan terhadap paparan abu vulkanik dan hawa belerang, bawang prei juga tidak memerlukan biaya yang mahal serta pertumbuhannya cukup pesat, selain itu bawang prei juga sebagai tanaman pengganti tanaman kentang yang rusak dampak dari hujan debu vulkanik saat erupsi beberapa waktu lalu.
Di lereng Bromo, ada 2 jenis bawang prei yang di tanam oleh petani, yakni bawang prei lokal yang batangnya berwarna putih dan lunak serta aroma gurih bawangnya sangat kuat, yang kedua adalah bawang biji, disebut bawang biji karena bawang prei biasanya bawang lokal batangnya yang di tanam, tetapi bawang biji ini justru bijinya harus di sebar dulu di bedengan, setelah kurang lebih 2 bulan baru bisa di tanam di ladang, warna dari bawang biji ini batangnya agak keras cenderung lurus, daunnya agak kaku dan warnannya putih kemerahan.
Dari perbedaan 2 jenis bawang prei tersebut maka juga berpengaruh terhadap harga di pasaran, yang saat ini harga bawang lokal Rp.2.500/ Kg sedangkan bawang biji Rp. 2.000/ Kg, namun para tengkulak membatasi jumlah bawang prei yang di belinya dari petani, maksimal hanya 5 kwintal sekali dalam seminggu, hal ini di ungkapkan : “Marsum” salah satu tengkulak dari Desa Sepuh Gembol, Kecamatan Wonomerto, Probolinggo, yang kami temui saat menimbang bawang di Wonokerto, Probolinggo.
Anjlok Harga bawang prei disebabkan oleh melimpahnya ketersidaan bawang merah di pasaran serta harga bawang merah yang juga murah, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat petani di lereng bromo, justru para petani mensiasati anjloknya harga bawang dengan tidak menjual semua bawangnya, namun menanam kembali bawang yang sudah lebih dari 5 batang dan di cabut disisakan 2 batang saja lalu ditanam lagi dengan jarak tanam yang biasanya 30 Cm menjadi lebih rapat lagi sekitar 20 Cm, hal ini di lakukan agar nantinya pada saat musim kemarau, pertumbuhan bawang prei tetap stabil, hal ini dikatakan “Sumardi” seorang petani asal Desa Sapikerep, Probolinggo, yang kami temui di ladangnya, walaupun sedikit kecewa dengan anjloknya harga bawang yang biasanya mencapai harga Rp.10.000 sampai Rp.13.000, sekarang hanya Rp. 2.000 sampai Rp. 2.500 saja, Sumardi tetap optimis bahwa harga bawang segera membaik seperti semula, tandasnya pada awak media tegas.co, siang kemarin, (22/02/2017).
AHMAD SUGENG LAKSONO / HERMAN