Pasar Minggu Palangga di Gelar di Jalan Raya

tegas.co, KONSEL, SULTRA – Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan telah membangun Pasar Kecamatan Palangga hingga miliyaran rupiah anggarannya pada tahun 2015 dan diresmikan pada tahun 2016 lalu.  Namun para pedagang belum menempati dan melakukan aktifitas jual beli di pasar modernya yang telah disiapkan oleh pemerintah tersebut.

Pasar tumpah di kecamatan palangga. Pedagang terpaksa menggelar dagangan di jalan, sehingga arus lalulintas macet dan rawan kecelakaan lalulintas. FOTO : MAHIDIN
Pasar tumpah di Kecamatan Palangga. Pedagang terpaksa menggelar dagangan di jalan, sehingga arus lalulintas macet dan rawan kecelakaan lalulintas. FOTO : MAHIDIN

Justru sebaliknya pedagang lebih memilih menggelar dagangannya di jalan raya di depan Balai Desa Wawonggura Kecamatan Palangga, arus lalulintas terhambat dan rawan akan kecelakaan. Pedagang belum menempati pasar sentral Palangga, itu dikarenakan pasar yang di bangun di lokasi yang sulit dijangkau oleh pembeli, termasuk akses jalan menuju pasar tersebut belum memadai.

Untuk itulah pedagang yang setiap hari Minggunya lebih memilih untuk beraktifitas jual belih di jalan umum yang menghubungkan Kota kendari-Bombana via Konawe Selatan.

“Gimana mau jualan di pasar yang baru di bangun oleh pemerintah. Lokasinya jauh dari jalan umum dan masuk lorong. Itupun jalannya becek di musim hujan begini. Karena itu pedagang memilih menggelar jualannya di jalan ini atau di depan eks pasar Palangga,”Ujar Harun salah seorang pembeli yang ditemui awak media ini, pagi tadi, (2/4).

Menurutnya, pasar palangga yang telah dibangun oleh pemerintah merupakan bangunan yang refresentatif yang sudah modern. Pasar kering dan pasar basah sudah terpisah. Hanya saja lokasi menuju pasar tersebut jauh dari pemukiman  warga dan akses jalan menuju pasar tersebut kondisinya tidak memadai untuk dilintasi.

“”Kalau pemerintah mebiarkan pasar tumpah seperti ini, bisa saja pasar yang dibangun dengan anggaran mencapai Milyaran rupiah itu bisa mubazir seperti pasar-pasar yang dibangun sebelumnya seperti di Tinanggea, Andoolo, Angata, Wolasi,”Katanya.

Begitu juga dengan Mirna salah seorang pedagang beras mengaku, berdagang di pinggir jalan raya seperti ini membuat dirinya tidak nyaman. Hal itu dikarenakan lokasi tempat mendagangkan dagangannya di jalan utama menuju Kendari – Bombana di Palangga.

“Sebenarnya kami bisa saja menjual di pasar baru yang telah di bangun, hanya saja kondisi jalannya menuju ke pasar tersebut belum selesai di bangun. Sehingga pedagang lebih memilih berjualan di pinggir jalan ini,”Katanya singkat.

MAHIDIN / HERMAN

Komentar