Javanese Diaspora Event Sebagai Wadah Perkumpulan

tegas.co, YOGYAKARTA – Javanese Diaspora Event (JDE) ke III dengan tema “Ngumpulke Balung Pisah” akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 17-23 April mendatang. Dalam event ini kurang lebih 19 program kegiatan yang akan menyemarakan event tersebut.

Norman Pasaribu sebagai perwakilan Diaspora Suriname memberikan sambutanhya FOTO : NADHIR ATTAMIMI
Norman Pasaribu sebagai perwakilan Diaspora Suriname memberikan sambutanhya
FOTO : NADHIR ATTAMIMI

Event yang secara rutin di gelar setiap 1,5 tahun sekali ini juga sebagai media silaturahmi serta melestarikan dan memperkuat budaya Jawa di masa yang akan datang. Tidak ketinggalan kerjasama baik individu, kelompok bahkan antar bangsa.

Indra  Kusuma Prijadi selaku Ketua Panitia JDE saat sambutannya di pembukaan JDE di Museum Vredeburg Yogyakarta, Jum’at (14/4) mengatakan sama seperti JDE sebelumnya, akan dihadiri para Diaspora dari penjuru dunia.

“Kami sebagai panitia hanyalah sebagai fasilitator dalam temu kangen mereka. Para diaspora yang hadir berasal dari Kaledonia Baru, Belanda, Suriname, Meksiko, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia dan Hongkong” ungkapnya.

Indrata juga menambahkan, acara JDE kali ini dipusatkan di Museum Benteng Vredeburg mulai jam 09:00-21:00 WIB. Terdapat program spesial yakni penayangan film dokumenter Jaji dan forum diskusi, dialog bersama Sri Sultan Hamungkubuwana X dan masih banyak lainnya.

Lebih lanjut Indrata menambahkan event ini bisa menjadi momentum bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana penyebaran orang Jawa dan keturunannya hingga ke berbagai Negara.

Dalam avara tersebut, juga terdapat pameran karya seniman-seniman keturunan Jawa dari Belanda serta berbagai Negara lainnya.

Bagi para pecinta stand up comedy, tanggal 17 hingga 19 April nanti akan di adakan lomba stand up comedy berbahasa Jawa “waton njeplak” dengan hadiah jutaan rupiah.

Menurut Indrata, para diaspora ini sangat memegang tradisi dan budaya yang dibawa oleh leluhurnya. Mereka bisa berbahasa jawa dan juga konsern dalam melestarikan budaya jawa.

“Event ini terbilang berbeda, karena bahasa resmi kita selama event hanyalah bahasa Jawa ngoko atau bahasa Inggris, jadi bukan bahasa Indonesia” tutupnya.

NADHIR ATTAMIMI / HERMAN

Komentar