tegas.co, BROMO, PROBOLINGGO, JATIM – Libur panjang di kawasan wisata bromo, sangat ramai di kunjungi wisatawan, terutama wisatawan domestik.
Setiap liburan bahkan libur panjang seperti saat ini sudah menjadi tradisi kemacetan terjadi, jalur lalu lintas yang ada sangat minim dan sempit, belum lagi sarana parkir kendaraan roda 4 yang kurang memadai, sehingga menyebabkan kendaraan roda 4 seperti minibus menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir.
Angkutan wisata seperti jeephardtop jalur yang di gunakan cuma 1 jalur, walaupun pihak TNBTS membuka jalur alternatif sebagai jalur keluar dari arah laut pasir, masih saja terjadi kemacetan.
Pemicu kemacetan sebenarnya ada beberapa titik yakni pintu keluar dari laut pasir, pertigaan 200 meter sebelum pos karcis masuk yang arah dari seruni point.
Kemacetan biasanya terjadi saat jeep hardtop yang mengangkut wisatawan keluar dari arah laut pasir bromo, menuju jalur alternatif yang keluar menuju reast area, namun ada saja minibus atau kendaraan lain yang masuk lewat jalur keluar reast area, ungkap Bripka Taufik. H, petugas Polisi Pariwisata yang bertugas mengurai kemacetan bersama Serda Yoyok Nurhadi anggota TNI AD dari Koramil Sukapura, hal ini dilakukan membantu petugas TNBTS.
Selain jalur keluar di seputaran reast area, kemacetan juga terjadi di pertigaan gerbang Seruni point, dari sini kendaraan ada yang keluar kawasan wisata bromo dan juga yang ada mau menuju laut pasir, dan hal ini bersamaan dengan kendaraan yang dari arah Probolinggo, sehingga kemacetanpun tidak terhindari.
Data yang kami himpun dari TNBTS, Wisatan yang berkunjung ke Bromo diperkirakan lebih dari 2000 orang yang masuk dari arah Probolinggo, Belum yang dari arah Malang dan Pasuruan , bisa lebih dari 2000 orang pengunjung, ungkap seorang petugas Karcis masuk, yang kami temui di pos entransfee cemorolawang.
Harapan kedepan permasalahan Permasalahan yang terjadi semua pihak segera turun tangan karena menyangkut kenyamanan wisatawan, karena bagaimanapun Bromo juga merupakan salah satu 10 besar destinasi wisata di Indonesia.
ASL / HERMAN
Komentar