tegas.co, YOGYAKARTA – Coin a Chance (CAC) merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang pendidikan. Komunitas CAC banyak tersebar di Kota-kota diseluruh Indonesia salah satunya di Kota Palu.
CAC pertama kali berdiri di Kota Yogyakarta pada tahun 2009. Untuk Kota Palu berdiri pada tahun 2014, berkat Bakri salah satu Volounteer CAC yang pernah mengenyam pendidikan di Kota Jogja, akhirnya ketika kembali ke Kota Palu, beliau mulai membangunnya.
“Berawal dari sekelompok mahasiswa yang sering nongkrong-nongkrong dan akhirnya memiliki ide untuk membuat satu komunitas pergerakan di bidang pendidikan, akhirnya terciptalah komunitas CAC ini. Setelah balik ke Palu, saya membangun bersama istri,” Ujarnya kepada awak media ini, Minggu (23/4/2017).
Komunitas ini mengumpulkan koin-koin dari masyarakat dan memberikan kepada anak-anak yang terancam putus sekolah.
“Kami ingin menyelamatkan anak-anak ini jangan sampai putus sekolah. Kami memilih simbolnya sebuah koin karena di Jogja itu memiliki slogan “receh tidak remeh,”Katanya.
Bakri menerangkan, koin itu dianggap seakan-akan barang kembalian yang tidak dianggap lagi. Kami ingin menujukkan bahwa dengan koin ini kita bisa memberikan beasiswa kepada anak-anak yang benar-benar sangat membutuhkan.
Untuk para penerima beasiswa tersebut, tidak secara langsung diberikan kepada anak terkait, tetapi melalu berbagai macam seleksi
“Setiap calon penerima, kami melakukan survey dan menyeleksi secara ketat, kami tidak langsung memberinya begitu saja,”Imbuhnya
Kriteria dalam penerimaan beasiswa tersebut, tidak harus menjadi juara, tetapi kami lebih memilih bagi mereka yang memiliki tingkat kemauan yang sangat tinggi. Hingga saat ini CAC Kota Palu mulai berkembang.
“Untuk CAC Kota Palu, kami memiliki 18 anak asuh dari SD hingga SMP, untuk tingkat Mahasiswa kami belum menyiapkan,”Tambahnya.
CAC tidak pernah meminta kepada pihak manapun tetapi selalu berusaha untuk mengajak para relawan-relawan menyisihkan koin-koin yang mereka miliki.
Dalam pemberian dana beasiswa yang telah terkumpul, tidak diberikan langsung kepada orang tua si penerima, tetapi kepada pihak sekolah yang bertanggung jawab karena mereka mengetahui segala kebutuhan anak tersebut.
“Beasiswa tidak dikasih kepada orangtua mereka tetapi kami memberi langsung kepada wali kelasnya. Dari itu kami memiliki sistem laporan setiap semesternya, karena kami melihat dana BOS belum bisa sepenuhnya mengcover semua itu,”Tutupnya.
NADHIR ATTAMIMI / HERMAN
Komentar