Warga Gelar Tradisi Menyambut Malam Nisfu Sya’ban.

tegas.co, JEPARA, JATENG – Warga Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara setiap 15, sya,ban menggelar tradisi Pesta baratan untuk menyambut bulan Ramadhan. Pelaksanaan tradisi tahun ini terlihat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Plt Bupati Jepara M. Solih saat memberikan sambutan sebelum melepas peserta arak-arakan tradisi paratan setiap 15 Sya,ban di Jepara. FOTO : DSW
Plt Bupati Jepara M. Solih saat memberikan sambutan sebelum melepas peserta arak-arakan tradisi Baratan setiap 15 Nisfu Sya,ban di Jepara.
FOTO : DSW

Pasalnya pada tahun ini, ribuan penonton yang biasanya hanya menonton arak-arakan, kali ini diajak turut terlibat dalam prosesi pesta baratan, yakni tahlil bersama sebelum memulai arak-arakan dan di tempat finish arak-arakan.

Demikian disampaikan Ketua Panitia Pesta Baratan 2017, Andyka Failasufa Yusuf saat ditemui sebelum prosesi arak-arakan dimulai dari sebelah Masjid Al-Makmur Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan.

“Yang membedakan tahun ini dan tahun lalu, kami menggunakan konsep arak-arakan replika jenazah Sultan Hadlirin, awal dan diakhir arak-arakan kita ada tahlilan. Konsep kita nanti semua pemain dan penonton ikut tahlilan semua,”Ujar Andyka.

Peserta pesta baratan tahun ini dikatakannya, melibatkan sebanyak 150 peserta arak-arakan yang berasal dari desa Purwogondo dan sekitarnya.

“Peserta kurang lebih sebanyak 150, terdiri dari, sapu jagat, replika usungan jenazah Sultan Hadlirin, Ratu Kalinyamat , dayang, pasukan lampion, obor, puli, penabur bunga, tayub, wali kutub, prajurit Ratu Kalinyamat, prajurit Arya Penangsang dan lainnya serta saka pariwisata,” Katanya menyebutkan.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Jepara, Ir. Sholih turut hadir dalam kegiatan tradisi baratan. Dalam kesempatan itu orang nomor satu di Jepara itu mengatakan, pesta baratan menyimpan makna yang tinggi. Baik dari sisi religi maupun legenda. Yang paling menarik tradisi Baratan yakni memiliki satu ciri khas lampu baratan yang disebut “impes”. Yaitu lampu-lampu kertas yang munculnya disetiap baratan saja. Disamping itu ada pembuatan jajanan tradisional yang disebut “puli”. Jajanan tersebut oleh ibu-ibu rumah tangga di wilayah Kalinyamatan kemudian dibagi-bagikan ke tetangga sekitar.

“Harapannya pesta budaya dan tradisi ini kedepan tetap lestari dan berkembang dari generasi ke generasi,”Katanya berharap.

Harapan tersebut juga ditegaskan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, SH, M.IP dalam sambutanya yang dibacakan oleh Kepala Balai Pengendalian Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK) Wilayah II Pati, Santoso menandaskan agar festival seperti ini dapat diuri-uri agar lestari, karena betul-betul menginspirasi orang dalam berkebudayaan serta mampu meningkatkan daya daya tarik wisata.

“Apalagi dalam budaya sarat akan pesan-pesan moral dan nilai-nilai positif untuk membentuk karakter kita yang makin baik dan sekaligus mampu menjadi tameng atas nilai-nilai dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,”Ungkapnya.

Gubernur juga mengungkapkan rasa senangnya bila saat ini muncul kesemarakan budaya dan karya-karya kreatif, karena didalamnya banyak melibatkan semua elemen masyarakat. “Spirit inilah yang harus dapat dijaga dengan baik agar Jateng makin semarak dan semarak lagi dengan kegiatan berkebudayaan,”Tandasnya.

DSW / HERMAN

Komentar