tegas.co., KENDARI, SULTRA – Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama KH. Said Aqil Siradj mengatakan, Indonesia saat ini masih menjadi Negara yang utuh karena jiwa nasionalisme rakyat yang tinggi. Bangsa-bangsa di beberapa belahan Negara lain telah mengalami kehancuran akibat tidak memiliki jiwa nasionalisme.
Hal itu diungkapkan saat membawakan Kuliah Umum di kampus IAIN Kendari, Rabu (11/10/17) Lalu.
Dalam materinya Ia menjabarkan, prinsip nasionalisme bangsa Indonesia sudah ada sejak bangsa ini belum merdeka. Para ulama khususnya pendiri Ormas NU KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1920-an telah meramalkan bahwa pada suatu masa negara-negara Islam khususnya di negara-negara Arab akan rapuh dan terpecah belah apabila tidak dilandasi kecintaan terhadap tanah air.
Menurutnya, para ulama di Timur Tengah di masa itu belum memiliki jiwa nasionalisme dalam rangka mempertahankan kedaulatan bangsa untuk kepentingan bersama.
Sedangkan di Indonesia, para ulama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi diiringi dengan kesadaran bahwa bangsa Indonesia telah ditakdirkan menjadi bangsa yang majemuk sehingga kita wajib menghormati kebhinekaan dan menghargai perbedaan.
“Kita terdiri dari 700 suku, 400 bahasa, 17.500 pulau, yang ditakdirkan memiliki perbedaan dan kita wajib menerima itu. Allah menciptakan manusia dari bersuku-suku dan berbangsa, mengapa bukan jawa semua, atau cina semua? Karena perbedaan diantara makhluknya itulah bukti bahwa yang absolut hanya Allah, sedangkan makhluknya berbeda-beda,”paparnya.
Ia menegaskan, bangsa Indonesia sepatutnya tidak saling memusuhi kecuali kepada mereka yang melakukan pelanggaran hukum.
“Kita tetap patut saling menghargai meski berbeda agama, suku, pilihan politik dan lain-lain, yang patut dimusuhi itu yang melanggar hukum, yang korupsi, bos judi, bos LGBT, bos narkoba, mereka musuh kita semua. Jika ada diantara kita yang ingin mengganti ideologi pancasila dengan ideologi yang lain maka kita usir dari Negara ini, suruh pindah ke negara lain,”tegasnya.
Secara gamblang, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyatakan bahwa ideologi pancasila adalah final dan tidak perlu dipertentangkan. Ranah diskusi lebih baik mengarah pada bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai pancasila untuk mencapai tujuan bangsa yang adil, makmur, tentram damai dan sejahtera.
Hal senada diungkapkan Rektor IAIN Kendari, Nur Alim saat membawakan sambutannya. Ia mengatakan, perbedaan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar, maka sepatutnya kita mengambil peran untuk menjaga kekuatan tersebut agar lebih bermanfaat demi kemajuan bangsa.
“Saya ingin tegaskan, bahwa tugas utama dari Civitas akademika adalah membangun peradaban, mengintegrasikan kekuatan akademik menjadi kekuatan sosial, ekonomi dan berkontribusi dalam mempertahankan ideologi bangsa dengan mencounter paham yang akan menghancurkan bangsa kita. Kita ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang plural, untuk itu kita tidak rela jika bangsa ini bubar karena hadirnya paham yang menolak kebhinekaan“, pungkasnya.
Kuliah umum yang dilaksanakan di auditorium ini sekitar seribu orang dari unsur civitas akademika IAIN Kendari dan para undangan dari tokoh agama serta tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini mengangkat tema, Revitalisasi Peran Perguruan Tinggi dalam Merawat Kebhinekaan.
I L H A M
PUBLISHER : MAS’UD