tegas co, MUNA, SULTRA – Tenun tradisional Desa Masalili Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna terus mendapat perhatian pemerintah daerah. Bank Indonesia Perwakilan Sultra berani membulatkan komitmen dengan Pemda Muna guna pengembangan kerajinan tenun tradisional. Bupati Muna LM. Rusman Emba dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sultra Minot Purwahono membubuhkan tandatangan diatas lembaran nota kesepahaman.
Bupati Muna, lebih rinci menjelaskan bahwa pengrajin tenun terdapat di enam desa pada dua kecamatan yakni Kontunaga dan Lohia. Hanya saja banyak konsentrasi kegiatan di Desa Masalili dan Desa Mabodo. Namun Bupati menjelaskan bahwa pengembangan tenun dalam bentuk kampung tenun ini telah lama didesain. Dengan uluran tangan BI ini akan memberi semangat dan suport kepada masyarakat untuk terus mengembangkan tenun.
“Tenun kita ini memang agak unik. Tenun kita ada yang dinamakan dengan tenun jadi. Pewarna alam dan itu dingin. Memang yang terbaik di Indonesia cuma kendalanya kita mahal, 1,2 (juta). Kalau tidak salah semarang atau jepara dengan kualitas dan corak yang sama harganya cuma 600 (Ribu). Ternyata disana sudah banyak yang produksi. Sehingga produksi banyak harganya murah. Kita yang produksi sedikit yang kelola cuma sedikit. Sehingga dengan bantuan-bantuan ini semakin muncul para pengrajin tenun, tentu harganya bisa berkurang sehingga daya beli masyarakat cukup besar,” kata Rusman Emba saat memberi sambutan penandatangan MoU di Aula Galampano, Selasa (31/10)
Dilanjutkan bahwa para pengrajin ini bekerja di Desa namun pangsa pasarnya cukup luas. Wilaya itu kata Rusman adalah Wakatobi, Jakarta dan Makassar. Corak sudah dipesan, pengrajin tinggal mengerjakan pesanan. Pemerintah juga sedang membangun pariwisata dan menciptakan industri kreatif tapi semua dikerja dengan perlahan. Namun Rusman tetap yakin bahwa Muna kedepan bisa tumbuh dan berkembang dan menyamai industri-industri kreatif yang telah tumbuh subur didaerah lain.
Kepala Perwakikan BI Sultra Minot Purwwhono menjelaskan bahwa pihaknya sedang melaksanakan identifikasi dalam rangka pengembangan satu sektor yang ada di Kabupaten Muna. Disebutkan juga bahwa sektor UMKM terutama yang berkaitan dengan industri kreatif seperti kain tenun menjadi satu tumpuan yang harus dikembangkan. Industri ini akan menjadi motor penggerak ekonomi di Muna.
“Jadi kalau misalnya berkunjung ke Muna atau ke Raha kira-kira yang dibawa pulang apa ini. Kalau disini sudah ada, tenunnya. Nanti ada lagi mungkin makanan khas Muna yang mungkin sebagai salah satu unggulan. Jadi kami di Bank Indonesia setiap lima tahun sekali, kami itu mengadakan kajian untuk seluruh wilayah yang ada di Sultra. Jadi kami melaksanakan riset untuk komoditas, produk, usaha dan jasa unggulan,” kata Minot
Kepala BI berharap dengan adanya sinergi ini peran dan kontribusi UMKM terutama yang mempunyai produk bisa dikembangkan bersama. BI pun dalam setiap pengembangan usaha tidak hanya melihat kompetensi dan jumlah produksi namun melatih UMKM membuat suatu catatan. BI berharapa ada catatan sederhana yang bisa menunjukkan pergerakan usahanya.
Catatan ini penting menurut Minot karena akan menjadi pertimbangan untuk tindakan selanjutnya dalam pemberian kredit.
REPORTER : AWALUDDIN
PUBLISHARE : WIWID ABID ABADI