Fenomena Ular Piton dan Kerusakan Ekosistem Hutan

tegas.co., MUNA, SULTRA- Di Sumatra banyak terdapat Ular Piton namun disana Ular Piton di mangsa oleh Harimau dalam urutan Rantai makanan, Di Muna, Sulawesi Tenggara( Sultra) Ular piton menempati posisi tertinggi pada kasta rantai makanan, Sehngga Praktis tidak ada pemangsa bagi Reptil Raksasa yang satu ini, Masyarakat Muna pun tidak ada yang berprofesi sebagai Pemburu ular.

Fenomena Ular Piton dan Kerusakan Ekosistem Hutan
Abdul Wahid Mongkito, Dosen IAIN Kendari
Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Abbas Muna

Sehingga Peluang hidup reptil yang diduga bisa mencapai usia 100 thn ini sangat besar. bahkan sebenarnya menurut pengakuan warga masyarakat ular piton sering ditemukan di Muna bahkan ada yang sudah berlumut dengan Panjangnya bisa mencapai 9 meter karena usianya sangat tua.

Iklan Pemkot Baubau

Turunnya Predator ganas ini kepemukiman warga sebenarnya menggambarkan bahwa ada masalah dengan habitat mereka. menurut Peneliti ular dari Universitas Brawijaya Ular Sanca Kembang ini selalu menghindari Pemukiman Penduduk karena sensitif terhadap cahaya dan bising.

Fakta dilapangan kondisi Hutan jati yang merupakan ikon Kabupaten Muna sangat memprihatinkan, data dari dinas Kehutanan, sebelumnya Hutan di Kabupaten Muna mencapai luas 43.000 Ha, dengan 23.000 Ha adalah hutan jati, namun pada tahun 2014 hutan yang tersisa hanya 100-200 Ha atau tersisa tinggal 0,3-0,4 % saja.

Yang artinya rantai makanan dalam ekosistem hutan akan terganggu. Babi hutan, sapi liar, Ayam hutan, serta Hewan liar makanan ular Piton akan berkurang signifikan, baik karena hutan yang berubah menjadi kebun masyarakat atau pun karena di buru manusia, sehingga Reptil Raksasa ini mencari makanan lain untuk tetap bertahan hidup, sehingga manusia menjadi pilihannya.

Beberala waktu lalu adik-adik mahasiswa melakukan aksi damai di sekitar tugu jati, mereka mngharapkan pemerintah kembali memperhatikan hutan, Sudah ada beberapa gejala alam yang nampak di mata air jompi, seperti debit air jompi yang menurun sangat fantastis, data dari PDAM Kabupaten Muna debit air jompi 2008 mencapai 250 liter/detik kini hanya tinggal 60 Liter /detik atau mengalami penurunan hingga 75% , dan ketika hajun turun dengan intensitas tinggi mata air Jompi kebanjiran, hingga air menjadi keruh total dan terpaksa suplai air minum kerumah – rumah penduduk mati total, pernah terjadi hingga satu pekan.

Tidak pernah dalam sejarah ketika hujan turun banjir besar terjadi di Jompi, dibeberapa tempat di Kota Raha pun banjir sudah sering terjadi.

Padahal sejak dahulu sekalipun Raha diguyur hujan satu bulan penuh tidak akan terjadi banjir. saat ini hujan sehari saja air kali mulai naik dan genangan dimana-mana.

Nah, munculnya ular diberbagai tempat ini secara ilmiah sangat logis bahkan bisa jadi jika kerusakan yang dilakukan masyarakat Muna makin parah maka bisa saja ini adalah teguran dari Sang Khaliq agar tidak terjadi bencana yang lebih besar seperti keringnya mata air jompi yang merupakan sumber air utama masyarakat kota Raha dengan jumlah penduduk lebih kurang 50.000 jiwa.

Semoga Pemerintah jeli melihat ini, membasmi ular sebnarnya bukan solusi cerdas karena ular adalah juga mahluk Allah dan memiliki peran dalam keseimbangan ekosistem, Gerakan penanaman kembali hutan harus dilakukan secara masif untuk kelangsungan hidup anak cucu kita. adapun oknum yang masih berkebun di wilayah hutan lindung adalah musuh masyarakat Muna. dan kita lawan sama-sama. semoga para pemuda pemerhati lingkungan bisa menjadi promotor kegiatan reboisasi masal di Kabupaten Muna.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Qs. ar-Rum:41.

Abdul Wahid Mongkito

Dosen IAIN Kendari

Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Abbas Muna

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar