tegas.co., MUNA, SULTRA – Ada media online yang memberitakan bahwa Pemerintah daerah memerintahkan untuk memburu dan membunuh ular piton yang ada disekitar lokasi ditelannya manusia beberapa waktu lalu.
Jika ini benar, tentu ini adalah solusi yang sangat buruk, karena kita ketahui Ular adalah bagian dari ekosistem hutan yang jika rusak akan menimbulkan rusaknya ekosistem lain yang kemungkinan bisa saja memberi musibah lebih besar kepada manusia.
Beberapa Pengalaman sejarah terhadap pemusnahan spesies tertentu yang pernah terjadi menjadi Pelajaran bagi kita.
- Death (Bubonic) Plague di abad pertengahan Eropa yang disebabkan oleh tikus (Ada penelitian terbaru yang mengatakan penyebabnya adalah kutu).
Penyebabnya adalah Katolik Eropa memusnahkan ular secara massal. Sebabnya, diliteratur Katolik, iblis dan perilaku iblis diwujudkan sebagai ular, sehingga pemuka agama menyalahkan ular atas kehidupan susah pada masa itu.
- Di Cina pun pada masa Revolusi Budaya oleh Mao Tse Tsung yang memerintahkan warganya memusnahkan burung, kodok dan ular, sehingga menyebabkan paceklik dan gagal panen para petani.
- Di tanah Sul-Sel dulu sebelum adanya pestisida, para petani juga memelihara ular sanca. Tujuannya satu, untuk mengontrol populasi tikus di sawah sehingga panen padi bisa diamankan.
Pada dasarnya Ular Sanca kembang ini tidak memangsa manusia, sejak lama, spesies ini hidup berdampingan dengan masyarakat kabupaten Muna, dan sebelumnya belum pernah ada kejadian menyerang manusia.
Masyarakat Muna pada dasarnya sering menyaksikan ular – ular tersebut memangsa Unggus, Kambing, Anjing, Babi, Bahkan Sapi yang ukurannya lebih besar dari manusia pun pernah ditelan oleh predator raksasa ini.
ABDUL WAHID MONGKITO, S.SI., M.EI
(KETUA YAYASAN PENDIDIKAN IBNU ABBAS MUNA, DOSEN IAIN KENDARI)
Komentar