tegas.co., BAUBAU, SULTRA – Setidaknya 10 ribu tanda tangan masyarakat Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), sudah dikumpulkan sebagai bukti menolak pemutasian Kapolres Baubau, AKBP Daniel Widya Mucharam.
Tanda tangan dikumpulkan masyarakat Kota Baubau menyusul dikeluarkannya telegram Kapolri nomor: ST/2597/X/Kep.2018, tanggal 14-10-2018, tentang Mutasi Pejabat Polri sebanyak 10 orang.
Dalam telegram itu, AKBP Daniel Widya Mucharam diangkat sebagai Wadirlantas Polda Bengkulu. Sementara posisinya digantikan AKBP Hadi Winarno yang saat ini menjabat Kapolres Wakatobi.
Salah seorang warga Kota Baubau, Deva mengatakan, dirinya bersama 50 komunitas yang terdiri dari Dancer, Musisi, KPJB, dan Askomtiblan dengan 18 Club motor, tengah malakukan petisi pengumpulan tanda tangan masyarakat Kota Baubau yang masih sangat membutuhkan sosok DWM sapaan akrab Daniel Widya Mucharam.
“Saya mengapresiasi dan berterimakasih kepada seluruh masyarakat yang telah membubuhkan tanda tangan, serta antusias yang luar biasa dalam memberikan dukungan. Kegiatan dilakukan semua berlangsung tanpa hambatan,” ujar pria yang juga pelatih Wolio Taekwondo Club ini ditemui saat sedang mengumpulkan tanda tangan, Sabtu (20/10/2018).
Dikatakannya, petisi yang mengangkat tema “Sejuta Cinta Untuk Kapolresku” mendapat antusias yang sangat luar biasa dari masyarakat Kota Baubau. Mereka mengaku ikhlas membubuhkan tanda tangannya tanpa ada paksaan, demi menolak dipindahkannya DWM, sang penggagas Penakluk Selat Kadatua itu.
“Pada senin nanti akan kami lanjutkan menuju DPRD Kota Baubau, agar bersurat ke Kapolri. Dan harapan kami, semoga apa yang telah kami lakukan dan masyarakat berikan ini dapat dikabulkan,” harapnya.
Untuk diketahui, kegiatan pengumpulan tanda tangan ini sudah berlangsung sejak 18 Oktober 2018. Gerakan ini telah mendapatkan beragam tanggapan baik media sosial maupun masyarakat Kota Baubau. Mereka mengharapkan Kapolri dapat menunda perpindahan sang perwira dua bunga tersebut sampai selesainya Pileg dan Pilpres 2019.
REPOTER: JELITA SRI RAHAYU
PUBLISHER: SALAMUN SOFIAN
Komentar