tegas.co., BUTON, SULTRA – Dari 20 titik alat panen hujan yang diprogramkan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), melalui Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) Buton, yang sudah berhasil terpasang 14 titik. Yaitu di wilayah Kecamatan Wabula dan Pasarwajo. Kini terus dirampungkan.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Buton, Rizal Djalil mengatakan, pemasangan pertama dilakukan di Kelurahan Kombeli, Kecamatan Pasarwajo, pada 02 Oktober 2018 lalu. Per hari pihaknya mampu memasang satu sampai dua alat panen air hujan.
Sekarang tinggal enam titik lagi yang belum dipasangkan alat pemanen air hujan. Ditargetkan sebelum 10 November 2018 sudah harus rampung semua.
“Terakhir nanti di Desa Wasuemba,” kata Risal Djalil, ditemui di salah satu tempat di Pasarwajo, Senin (29/10/2018).
Untuk melakukan uji coba, pihaknya sekarang tinggal menunggu turunnya hujan. Diharapkan alat ini dapat bermanfaat buat kelangsungan hidup masyarakat.
Melalui Bidang Pencegehan dan Kesiapsiagaan kini terus merampungkan pemasangan alat pemanen air hujan di wilayah Kecamatan Wabula dan Pasarwajo. Dari 20 titik yang ditargetkan, sudah 14 titik berhasil dipasang.
Sebelumnya, BPBD Buton telah menyiapkan alat pemanen air hujan yang digadang-gadang sebagai solusi penangkal bencana di musim penghujan maupun kemarau panjang. Pengerjaannya akan dimulai September-Desember 2018.
Mengawali penerapan penggunaan teknologi ini, BPBD Buton melakukan rapat bersama dengan pemerintah desa dan kecamatan di Kantor BPBD setempat, Selasa (17/07/2018) lalu. Salah satu tujuannya adalah untuk dilanjutkan sosialisasinya kepada masyarakat agar diketahui fungsi dan cara penggunaannya.
Rizal Djalil menjelaskan, sabagai langkah awal, teknologi alat panen hujan dipasang di 20 titik dalam wilayah Kecamatan Wabula dan Pasarwajo. Sasaran utamanya adalah pemukiman warga, perkebunan, tempat ibadah, hingga kantor pemerintahan, sementara kecamatan lainnya nanti akan menyusul.
Dijelaskannya juga, jika masyarakat menggunakan alat panen hujan dengan baik, maka dapat menjadi solusi krisis air bersih saat kemarau. Begitu pula ketika musim penghujan tiba, teknologi ini dapat berfungsi selayaknya waduk penampung air. Alat akan menampung limpahan air melalui talang air yang sudah terpasang.
Selain itu, tambahnya, terhadap alat ini juga sudah dirancang khusus agar air hujan yang pertama kali turun bisa dikeluarkan dan digantikan dengan air hujan berikutnya.
Kemudian, air hujan yang pertama kali turun juga biasanya masing mengandung banyak kotaran dan tidak layak. Namun setelah melalui berbagai proses sterilisasi, air hujan ini akan dialirkan menuju tempat penampungan yang berkapasitas ribuan liter.
“Jadi alat ini fungsinya sangat besar. Ketika musim kemarau, dapat mengatasi krisis air bersih. Dan begitu musim hujan turun, dia dapat menampung air,” tandasnya.
KONTRIBUTOR: SUPARMAN
PUBLISHER: SALAMUN SOFIAN
Komentar