SDN 13 Angata Butuh Guru PNS dan Gedung Sekolah yang Layak

SDN 13 Angata Butuh Guru PNS dan Gedung Sekolah yang Layak
Kondisi ruangan Kelas SDN 13 Angata, yang terletak di Desa Lamoeri saat ini, ruangan yang berdindingkan papan dan plafonnya sudah rapuh. FOTO: MAHIDIN

tegas.co., KONAWE SELATAN, SULTRA – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 13 Angata, yang terletak di Desa Lamoeri, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini tengah menanti perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.

Pasalnya, SDN yang memiliki 73 orang siswa dan tujuh orang guru serta seorang Kepala Sekolah (Kasek) mayoritas tenaga pengajarnya adalah tenaga honorer. Dari delapan tenaga pengajar, yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya satu, yakni Kasek yang lainnya masih status guru honor pengangkatan dari sekolah bukan dari kabupaten atau dinas terkait.

Iklan ARS

Selain itu, sarana dan prasananya (Sarpras) sekolah ini sangat memprihatinkan, seperti ruangan kelas yang berdindingkan papan yang sudah rapuh, dan sudah kumuh serta jamban (WC) tidak ada. Dimana para guru dan siswa ketika ingin membuang air besar dan lainnya, mereka ke kali atau ke tebing sawah, karena jarak kali (sungai) cukup dekat hanya sekitaran 30 meter saja.

Sedangkan rungan belajar kelas 1, 2, 3 dan 4, juga cukup mengiris hati, mulai dari lantai hingga plafon ruangan sudah pada rusak.

Kepala Sekolah SDN 13 Konsel, Sarni saat ditemui menjelaskan, upah para guru ini masih menggantung di dana BOS. Besaran upah tergantung jumlah siswa yang ada, apalagi sekarang juknis baru dana BOS hanya memberikan izin 15 persen untuk pembelajaan atau insentif para Guru Tidak Tetap (GTT) sekolah.

“Insentif guru honor targantung jumlah siswa, karena mereka belum di tanggung kabupaten. Jadi kalau 15 persen, tiap bulan perguru hanya mendapat seratusan ribuh lebih,” jelas Sarni, Jumat (02/11/2018).

Menurut Sarni, dengan insentif seperti itu, pihaknya tidak mungkin memaksa guru untuk mengejar tiap hari masuk, apalagi jarak mereka ke sekolah cukup jauh. Dimana guru PNS hanya dirinya.

“Tenaga guru disini rata-rata jauh tempat tinggalnya. Insentif mereka yang diterimah tiap tiga bulan hanya bisa untuk biaya bensin saja. Disini ada delapan guru, PNS saya sendiri sebagai kepala sekolah dan yang lain masih honorer itupun baru dua orang sarjana lainnya tamatan SMA,” ungkapnya.

Terkait dengan kondisi Sarpras sekolahnya, lanjut Sarni, jumlah ruangan yang tersedia saat ini ada enam ruangan, tiga ruangan bangunan permanen sedang tiga ruangan lainnya terdiri dari bangunan kayu.

“Tiga ruangan yang permanen dibagi dua ruangan kelas dan satu ruangan kelasnya dijadikan untuk kantor sekolah. Sedangkan gedung satunya yang terbuat dari kayu dibagi empat kelas yakni, ruangan kelas 1, 2, 3 dan 4,” lanjutnya.

Sarni menambahkan, saat ini sekolah yang dinahkodainya cukup banyak kendalanya, bahkan ketersediaan jamban atau WC juga tidak ada. Selama ini, kalau siswa atau guru mau buang air besar tinggal ke sawah atau sungai, karena bangunan WC-nya belum ada.

Melihat permasalahan seperti ini, seyogyanya pihak Pemerintah Kabupaten Konsel dalam hal ini Dinas Pendidikan jangan menutup mata. Apalagi Moto Pemda Konsel adalah “Desa Maju Konsel Hebat “, tentunya moto inilah yang perlu di aktualisasikan dalam membangun daerah, khususnya dibidang pendidikan.

PUBLISHER: MAHIDIN