Tidak ada yang salah dengan pepatah banyak jalan menuju Roma dan tuntutlah imu sampai ke negeri Cina. Demikian pula yang dilakukan oleh warga empat Desa di Muna Barat yang melakukan studi banding ke Cina, seperti yang diberitakan Harian Rakyat Sultra edisi 19 Maret 2019, memberitakan empat desa di kecamatan Sawerigadi diutus menjadi peserta dalam mengikuti benchmarking di Cina. Empat desa tersebut adalah Lawada, Marobea, Lakalamba serta Kampobalano. Pengurusan itu sebagai reward Kementerian atas pengelolaan dana desa terbaik. Saat berada di sana mereka akan mempelajari mulai dari model pemerintah desa, pengelolaan desa, pengelolaan pembangunan dan model pembinaan kemasyarakatannya.
Tetapi bagi saya sebagai seorang muslim, alangkah idealnya jika studi banding tersebut dapat dilakukan di negeri-negeri muslim, kemudian dikomparasikan bersama sejarah kejayaan sistem pemerintahan Islam (khilafah islamiyah) di negara tersebut. Karena biar bagaimana pun juga, hanya sistem pemeintahan Islam yang memahami sekaligus menjadi solusi permasalahan kaum muslimin.
Islam Berjaya di Masa Kekhalifahan
Sadar ataupun tidak belum ada peradaban yang bertahan lebih dari 13 abad kecuali sistem pemerintahan Islam (khilafah Islamiyah). Tepatnya sejak Rasululullah Muhammad saw membangun negara Islam di Madinah hingga para penggantinya termasuk khulafaur Rasyidin yang sangat termasyhur. Adapun kemajuan yang pernah dicapai.
Di bidang pendidikan, terdapat beberapa lembaga pendidikan yang pernah menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam diantaranya Nizhamiyah (1067-1401 M) di Baghdad, Al- Azhar (975 M- sekarang) di Mesir, Al Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu Mali Afrika. Lembaga-lembaga pendidikan ini berhasil melahirkan ilmuwan muslim yang sangat disegani seperti Al-Gazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al Farabi, Al Khawarizmi dan Al Firdausi. Bahkan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al Qarawiyyin, yang mana sebelum menjadi Paus, beliau sempat menimba ilmu di sana.
Di bidang teknologi, kaum muslimin telah menemukan teknologi pertanian dan irigasi khususnya berhubungan dengan produksi gandum pada Abad ke 8 dan 9 M. Pada bad ini pula terdapat arsitektur Mesjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Konstatinopel dan menara spiral di Samara yang dibangun oleh Khalifah Al-Mutawakkil, Istana Al-Hamra di Sevillle serta Andalusia pada tahun 913 M, sebuah istana terindah yang dibangun diatas bukit yang menghadap ke Kota Granada.
Islam yang pertama kali memperkenalkan rumah sakit berstandar tinggi untuk pertama kalinya. Standar yang tinggi terlihat dari pelayanan kesehatan yang tidak membedakan warna kulit, status sosial dan agama. Baik pasien yang kaya maupun yang miskin, yang Arab maupun non Arab, semuanya mendapatkan pelayanan yang sama. Tidak ada pemisahan bangsal antara pasien kaya dan kurang mampu, yang ada hanya pemisahan bangsal laki-laki dan perempuan, serta dokter pria hanya melayani pasien pria.
Pada awal kejayaan Islam, tepatnya pada era kekuasaan Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dibangun rumah sakit di Baghdad. Kemudian rumah sakit Bimaristan oleh Nuruddin di abad XI M. Hingga abad XIII telah tersebar rumah-rumah sakit di sepanjang jazirah Arab hingga Cordoba (Spanyol).
Untuk pertama kalinya pula, rumah sakit Islam menerapkan pencatatan penyakit pasien (rekam media). Rumah sakit Islam juga berfungsi menempa tenaga-tenaga kesehatan. Mahasiswa kedokteran belajar di rumah sakit Islam dan tinggal di asrama yang disediakan di dalam kompleks rumah sakit.
Dokter dan perawat berasal dari semua agama. Hanya dokter-dokter yang memenuhi kualifikasi yang diperbolehkan bekerja di rumah sakit. Khalifah Al-Mughtadir pada era Abbasiyah memerintahkan dokter istana, Sina Ibn Thabil, untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad. Demikian juga Abu Osman Sa’id Ibn Yaqub menyeleksi dokter-dokter di Damaskus, Makkah dan Madinah.
Rumah sakit umum seperti Bimaristan al-Mansuri didirikan di Kairo pada tahun 1283, mampu mengakomodasi 8.000 pasien. Ada dua petugas untuk setiap pasien agar mereka merasa nyaman, serta pasien mendapatkan ruang tidur dan tempat makan sendiri. Para pasien rawat inap dan rawat jalan diberikan makanan dan obat-obatan secara gratis.
Ada apotik dan klinik berjalan untuk perawatan medis orang-orang cacat dan mereka yang tinggal di desa-desa. Khalifah Al-Muqtadir Billah, memerintahkan bahwa setiap unit apotik dan klinik berjalan harus mengunjungi setiap desa dan tetap disana selama beberapa hari sebelum pindah ke desa berikutnya.
Tidak kalah pentingnya kesehatan merupakan salah satu bidang yang berada dibawah divisi pelayanan masyarakat (Mashalilh an-Nas). Pembiayaan rumah sakit seluruhnya ditanggung oleh pemerintah. Dokter dan perawat digaji oleh khalifah. Dananya diambil dari Baitul Maal dari poros harta kepemilikan negara (kaharaj, jizyah, harta waris yang tidak dapat diwariskan kepada siapa pun, dan lain-lain)., serta poros harta kepemilikan umum (hasil pengelolaan sumber daya alam,energi, mineral, tanah dan sebagainya). Pelayanan kesehatan gratis bagi pasien tidak hanya diterapkan saat kekhalifahan mencapai puncak kejayaannya, melainkan telah diterapkan sejak awal kemunculan rumah sakit islam.(mhtimalang.wordpress.com/15/6/2009 dan eramuslim.com/25/3/2010).
Capaian kejayaan masa kekhilafahan Islamiyah tersebut pastinya dapat tertular ke negara-negara muslim lainnya, dengan catatan negara tersebut mau dan sadar untuk menerapkan sistem pemerintahan Islam secara kaffah. Sebagai seorang mulim, tentunya kita sangat menginginkan hal tersebut. Semoga dengan perjuangan bersama, hal tersebut dapat segera terealisasi. Wallahu’alam bishowab[].
PENGIRIM: ULFAH SARI SAKTI,S.PI (JURNALIS MUSLIMAH KENDARI)
PUBLISHER: MAS’UD
Komentar