Game online beberapa waktu lalu menjadi perbincangan dalam debat capres cawapres beberapa hari lalu. Mengutip dari liputan6.com Capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pemerintah saat ini harus cepat tanggap dan responsif terhadap perubahan global yang terjadi saat ini. Hal itu disampaikan Jokowimenanggapi penjelasan Prabowo Subianto tentang strategi pengembangan e-Sport dan Mobile Legend.
“Perubahan global yang terjadi saat ini, seperti artificialintelligence (AI), internet ofthings, virtual reality, dan bitcoin. Ini juga sama, ini sebuah profesi yang anak muda menyenangi,”ujar Jokowi dalam debat pamungkas Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).Oleh sebab itu, lanjutnya, pemerintah akan membangun infrastruktur digital.
“Cara lainnya, membangun ekosistem yang sama bagi mereka untuk bisa berusaha membuat game. Ini peluang yang besar bagi industri game di Indonesia,” jelas Jokowi.
Fokus pada sektor ini menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu sangat menjanjikan. “Ekonomi ini bertumbuh sangat besar, Rp 11-12 triliun pertumbuhannya per tahun,” jelas Jokowi.
Ini sungguh ironi di saat banyak hal negatif terjadi akibat kecanduan gameonline, pemerintah malah ingin memberikan peluang besar agar generasi saat ini semakin masif bermain game.
Harus di sadari hal ini akan membuat generasi bangsa ini menjadi generasi yang tak berkualitas,malas dan tak produktif. Bagaimana tidak di saat anak-anak seharusnya belajar mengenal lingkungan dengan bermain dengan teman sebayanya karena gameonline ini mereka hanya sibuk di depan gadget, begitu pula dengan pelajar yang seharusnya berjibaku menuntut ilmu disibukan dengan bermain gameonline. Para pemuda yang hampir siap menikah menyibukan diri dengan game ini tanpa mereka menyadari bahwa mereka seharusnya memikirkan masa depan dengan menimba ilmu agama agar menjadi imam yang benar saat menikah nanti. Seorang ibu yang seharusnya mengurus keluarga juga di sibukan dengan game ini. Begitu pula para bapak yang seharusnya menjadi pengayom keluarga dalam nafkah dan kasih sayang bisa abai karena kecanduan game.Mereka semua tidak menyadari bahwa game ini melenakan dan memangsa waktu mereka yang mustahil untuk di kembalikan.
Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam:
مِنْحُسْنِإِسْلاَمِالْمَرْءِتَرْكُهُمَالاَيَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” [HR Tirmidzi 2317 dan Ibnu Majah 3976]
Problem gameonline ini pun tak sekedar itu. Game yang membuat candu para pemainya ini pun membuka peluang besar untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya di lakukan.
Mengutip dari tribunnews.com Komplotan bocah ditangkap karena mencuri di sebuah rumah di Kelurahan Selindung Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, Rabu (10/1/2019).Aksi nekat ini mereka lakukan lantaran kecanduan gameonline. Empat anak di bawah umur ini yakni, RY (12), ES (13), RI (12) dan GF (12).Mereka menggondol uang tunai senilai Rp 8 juta, dua unit handphone dan lima unit tabung gas berukuran 3 kilogram.(tribunnews.com 11/01/19)
Selain membuka peluang untuk melakukan kejahatan gameonline ini juga merusak mental generasi bangsa. Seperti sepuluh anak di Banyumas didiagnosa mengalami gangguan mental akibat kecanduan bermain gameonline sepanjang tahun 2018. Mereka mendapat terapi di RSUD Banyumas. 7 dari 10 anak itu merupakan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).(merdeka.com 11/10/18).
Dari banyaknya sisi negatif yang di timbulkan akibat dari gameonline lantas kenapa pemerintah masih mensuport hal ini. Hal ini tidak lain karena pemerintah mengadopsi sistem kapitalis yang selalu menginginkan keuntungan materi bagi segelintir orang dengan mengorbankan banyak generasi bangsa ini. Pengurusan pada rakyat di dasarkan keuntungan semata.
Sistem kapitalis ini jelas berbeda dengan sistem Islam, sistem Islam akan menjadikan masyarakat dan para generasi penerus bangsa sebagai orang-orang yang produktif dan berilmu tinggi. Sistem Islam akan menjauhkan hal-hal yang merusak masyarakat dan generasi. Wallahu’alam.
IkaUmmual-Fatih (Aktivis Muslimah)
Komentar