Sesungguhnya seorang imam adalah junnah (perisai), orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azzawajalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya.“ (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasaai dan Ahmad).
Di saat penduduk negeri ini menyambut Ramadhan dengan suka cita. Gaza sebaliknya kian membara. Kembali Israel bikin ulah menyerang wilayah yang dikuasai HAMAS tersebut.
Israel melemparkan serangan melalui udara menggunakan roket dan rudal. Atas serangan ini, 19 warga Palestina tewas yang sebagian besar merupakan gerilyawan. Namun di antaranya terdapat pula seorang perempuan hamil dan seorang bayi berumur 4 bulan. (detik.com, 6/5/2019).
Duka Gaza ialah duka kita.Peristiwa yang pedih melebihi tragedi kemanusiaan terulang di depan mata. Tahun 2014 lalu hal serupa juga terjadi. Berdalih sekedar membalas serangan dari HAMAS,Israel juga membombardir Gaza. 1.880 warga Palestina tewas dan 10.000 lainnya cedera. Dari jumlah tersebut, 398 di antaranya adalah anak-anak, 207 wanita, dan 74 manula. (liputan6.com, 15/7/2014).
Kali ini alih-alih mengutuk, Presiden Amerika Serikat justru memberi dukungan penuh. Dalam sebuah tweet-nyaDonaldTrump tak segan menempatkan tanggung jawab pada Palestina untuk “menghentikan kekerasan dan bekerja menuju perdamaian” ujarnya.
“Kami mendukung Israel 100 persen dalam pembelaan terhadap warganya,” lanjutnya (liputan6.com,6/5/2019).
Tak pelak, pernyataan tersebut seolah menyihir negara sedunia untuk bungkam.Seolah mendapat angin segarIsrael semakin menampakkan arogansinya. Padahal semua tahu Israel sejak awal bak tamu tak diundang di negeri Kan’an. Datang di negeri para Nabi untuk kemudian menguasai.
Mau sampai kapan kepedihan ini berlanjut?Terulangnya petaka untuk yang ke sekian kali harusnya mendorong dilakukannya solusi yang tuntas dan menyeluruh. Tak hanyamenggalang bantuan kemanusiaan seperti yang telah dilakukan selama ini.
Tanah Milik Umat Islam
Berkaca dari sejarah tanah Palestina adalah tanah milik umat Islam. Ketika wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan kekhalifahanUtsmaniyah(Ottoman) tahun 1867-1909, maka tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan Yahudi kecuali dengan membujuk KhilafahUtsmaniyah agar mau menyerahkan sepetak wilayah Palestina kepada Yahudi, atau setidaknya mengizinkan migrasi bangsa Yahudi ke wilayah tersebut.Namun simak apa yang dikatakan khalifah Sultan Abdul Hamid II yang berkuasa pada saat itu,
“Aku
tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina),
karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah
berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah
mereka.
Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Daulah KhilafahUtsmaniyah
dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa
membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela
menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan
dipisahkan dari Daulah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan
terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
(Khalifah Abdul Hamid II, 1902) (republika.co.id, 7/12/2017).
Malangnya khilafahUtsmaniyah kemudian runtuh. Tak lama muncullah Deklarasi Balfour, Inggris menyatakan sejengkal tanah Palestina adalah milik bangsa Yahudi. Selanjutnya 29 November 1947, PBB mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel yang diamini oleh AS, dengan wilayah Israel meliputi 55% tanah Palestina.Dengan pongahnya Perdana Menteri pertama David Ben-Gurion lantas melakukan pengusiran dan pembunuhan kepada kaum muslim di Palestina.Sampai kini Israel dengan brutal telah menginvasi hingga menguasai lebih dari 90% wilayah Palestina. (republika.co.id, 4/8/2014).
Menebas Hingga ke Akar Masalah
Alhasil mutlak dibutuhkan solusi yang menyentuh sampai ke akar masalah. Jelas bukan dengan bersandar pada negeri Paman Sam sebab Donald Trump nyata berpihakpada zionis.
Pada PBB? Justru PBB yang meresmikan eksistensi negara berlambang bintang segi enam itu.Solusi dua negara (twonation-state) yang ditawarkan pun sangat riskan untuk diambil. Sebab berarti mengakui status kepemilikan tanah Palestina oleh Israel.
Hal yang selamanya tak terdapat dalam
kamus umat Islam. Bukankah Allah swt. sendiri dengan tegas melaknatYahudi
hingga akhir zaman. Kalam Allah swt.,“Katakanlah:
“Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk
pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang
dikutuk dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi
dan (orang yang) menyembah thaghut?.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan
lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (TQS. al–Maidah : 60)
Lalu dapatkah berharap pada Indonesia? Meski pemimpin negeri ini sempat melontar quote, “Dalam setiap helaan napas diplomasi Indonesia, ada keberpihakan
terhadap Palestina.” Kenyataannya belum
terlihat tindakan lugas yang berarti dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Untuk itu satu-satunya solusi bagi saudara kita di Palestinadan muslim dunia adalah ditegakkannya kembalikepemimpinan global bagi Kaum Muslim. Yaituditerapkannya syariah kaffah di bawah naungan KhilafahIslamiyyah dipimpin seorang khalifah.
Kelak khalifahakan menjelma seperti dalam kutipan hadis di awal tulisan. Sebagai perisai yang melindungi umat.Layaknyakhalifah Sultan Abdul Hamid II dulu mengusir mentah-mentah dedengkot zionis Yahudisaat datang mengemis tanah Palestina.
Khalifah nantinya yangsanggup untuk memimpin dan mengomandoi 1,5 milyar kaum muslim di seluruh dunia untuk berjihad. Tersisa dua kata, khilafah dan jihad untuk mengubur Zionis Yahudi. Inilah satu-satunya solusi yang diberikan Allah dan Rasulnya kepada kita.Sebagaimana sabda Rasul saw.,
“Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi. Kemudian mereka akan diperangi oleh kaum muslimin sehingga batu dan pohon sampai berkata: ‘Hai kaum muslimin, wahai hamba Allah, inilah seorang Yahudi tersembunyi di belakangku, datangilah dan bunuhlah”. (Seluruh alam akan berkata begitu), kecuali pohon Al Gharghad. Sebab, sesungguhnya ia (pohon itu) tergolong pohon (simpatisan) kaum Yahudi.” (HR. Bukhari & Muslim).
Olehnya itu setiap umat Islam mesti memiliki kesadaran politik bahwa satu-satunya solusi ialah tegaknya kembali sistem Islam secara kaffah yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Melalui jalan dakwah yang sebelumnya telah ditempuh Rasulullah saw. dan para sahabatradhiyallahuanhum. Wallahua’lam.
UMMU ZHAFRAN
Komentar