Tersekat Oleh Nasionalisme, Gaza Butuh Junnah

Tersekat Oleh Nasionalisme, Gaza Butuh Junnah
Nurhidayat S

Kabar duka ditengah bulan suci ramadhan kembali bergaung ditengah kaum muslimin. Bagaimana tidak, penantian dan persiapan diri menyambut momen kemuliaan ini sudah sepantasnya bagi setiap diri kaum muslim untuk bersuka cita. Tak terkecuali saudara muslim di belahan bumi Gaza yang bersambut darah akibat penyerangan oleh tentara Israel.

Jakarta, CNN Indonesia—Gaza kembali memanas. Pasukan Israel dan gerilyawan Palestina terus melancarkan serangan dalam tiga hari belakangan. Beberapa orang tewas dan beberapa lainnya terluka. (Minggu, 05/05/2019). Serangan ini menjadi dalih atas gempuran yang dilakukan Israel sebagai bentuk balasan. Milisi Palestina memang menembakkan roket ke wilayah yang diduduki Israel sehingga empat warga negara Israel tewas akibat roket tersebut, tiga diantaranya adalah militer.

Iklan Pemkot Baubau

Korban jiwa yang bertambah tampaknya tidak membuat Israel menggendurkan serangan. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu malah memerintahkan militernya untuk terus menggempur Gaza. “Lanjutkan serangan massif ke elemen terror di Jalur Gaza,” kata Netanyahu. Kumparan.com (06/05/2019).

Peristiwa memilukan ini kembali terulang. Belum kering luka fisik saudara disana, ditambah perihnya hati kaum muslim dibelahan bumi manapun yang menganggap warga Gaza sebagai saudara seiman mereka. Kini serangan balasan Israel terhadap gerilyawan Palestina berhasil menelan korban jiwa. Anak-anak tak berdosa, tempat bermain, cita-cita bahkan tubuhnya kerap ‘bertegur sapa’ dengan ‘hantu kematian’ yang berwujud rudal dan senjata mengerikan lainnya.

Tak sampai disitu, perempuan hamil musti berlapang dada kehilangan anak yang dikandungnya, pemuda-pemuda disana syahid di jalan Allah. Sehingga ‘manisnya kurma harus bersimbah darah’ kaum muslim. Jika kembali menarik tanya, apakah ramadhan tahun ini kaum muslim ‘bangun kesiangan?’ Sampai tidak terjaga mendengar saudara muslim lainnya tengah bertaruh nyawa?

Meski disinyalir sebagai serangan balasan, tetapi pada faktanya serangan Israel terhadap negeri kaum muslim ‘Gaza’ bukan hanya sekali. Penduduk Gaza yang melakukan pembelaan terhadap hak mereka dicap sebagai ‘aksi teror’, sedang tindakan tidak berperikemanusiaan zionis Israel sama sekali tak dialamatkan istilah demikian. Kemana jalur tujuan atas keberadaan PBB yang katanya sebagai bukti serikat bangsa satu dan lainnya dalam rangka perdamaian seluruh negeri?.

Hingga kini, PBB atas nama bangsa menyikapi ‘konflik berdarah’ ini hanya sebatas perundingan semata, tak satupun sinyal untuk mengakhiri derita Gaza. Terlebih pada wilayah kekuasaan yang dipimpin oleh seorang muslim dan menjadi bagian dari serikat PBB juga tak mampu berkutik. Seperti sedang membentuk amunisi untuk bermanis muka, demi menjaga keberlangsungan kursi jabatan yang diduduki. Penguasa muslim kehilangan nyali untuk berani mengirimkan pasukan militer dan bantuan untuk melindungi dan mengakhiri derita Gaza.

Permasalahan di Gaza jika dilihat dari sudut pandang kemanusiaan, maka telah jelas tercabut akar manusiawi oleh zionis Israel. Kemudian, disisi lain isu Nasionalisme telah menjadi paham yang membisukan negeri-negeri kaum muslimin lainnya. Akibat nasionalisme dan kepentingan sarat kuasa didalamnya, maka inilah yang membuat terpisahnya negeri-negeri atas nama keberkuasaan wilayah. Diantara alasan kuatnya adalah persoalan nation state yang berhasil menciptakan sekat-sekat ditengah kaum muslim.

Sehingga tidak ada solusi lain untuk mengakhiri konflik ini selain mencabut nasionalisme hingga ke akar-akarnya dan menghadirkan junnah (perisai) atas permintaan umat muslim yang bersatu. Kekuatan ini yang akan menghentikan gertakan zionis Israel.

 Seperti yang dikutip oleh majalah Al-Waie edisi Jumadil Akhir, 1-28 Februari 2019 halaman 12, Pat Bunchanan, salah seorang pendiri majalah The American Conservative dan penasehat bagi tiga presiden AS sebelum Bush (Nixon, Ford, dan Reagan) pernah berkata, “Apabila aturan islam adalah gagasan yang disetujui oleh seluruh kekuatan islam, bagaimana mungkin pasukan terbaik di dunia dapat menghentikannya?”.

Kebutuhan akan perisai oleh kaum muslimin adalah perkara yang paling mendesak. Sehingga tidak ada jalan lain selain berjuang untuk menghadirkannya. Menghendaki kehadiran pemimpin kaum muslimin hanya akan diraih dengan persatuan dalam naungan Daulah Islamiyyah. Maka niscaya Islam akan menjadi negeri Adidaya yang akan menjamin kesejahteraan seluruh umat, termasuk menghentikan penderitaan Gaza dan negeri muslim lainnya. Wallahua’lam bi ash-shawab.

NURHIDAYAT SYAMSIR

Komentar