Di tengah permasalahan yang mendera sepak bola Indonesia sekarang, kompetisi mulai bergulir, dimulai dari liga 1, kemudian disusul liga 2 yang rencara dimulai pertengahan Juni 2019 dan disusul kompetisi liga 3 baik yang pra nasional maupun propinsi yang akan digelar juli 2019.
Namun dari ingar bingar kompetisi dan perlakuan PSSI terhadap kompetisi khususnya liga 1 memantik keprihatinan dari kalangan peserta kompetisi dibawah liga 1, hal ini diungkapkan oleh salah satu peserta liga 3, yakni Persijap Jepara.
Presiden klub Persijap mengaku kecewa ” kita sama sama ikut kompetisi namun beda sekali perlakuannya, gegap gempita liga 1 itu diatas penderitaan liga 3.
Kegundahan Esti Puji Lestari ini tanpa alasan, sebagai peserta yang bernaung dibawah PSSI ini klubnya belum memerima match fee dan subsidi.
Esti bahkan menegaskan bahwa sesungguhnya yang paling berhak menerima subsidi adalah klub liga 3, ” klub liga 3 ini kan secara jenjang untuk pembinaan dan belum mandiri untuk sponsorship, perlu adanya bantuan untuk pembinaan dimana usia dibatasi sehingga sulit untuk menjadi komersial. Bahwa Pemda dan aset daerah lainpun belum tentu menyokong karena sudah adanya cabang olah raga lain didaerah yang menggunakan dana tersebut, Walaupun ada inpres percepatan sepak bola nasional, akan tetapi masih banyak Pemda yang takut dianggap menyalahgunakan APBD untuk kepentingan sepak bola profesional.” imbuhnya.
Namun Esti berharap , PSSI bisa transparan dan menjelaskan subsidi berjenjang ini secara detail berdasarkan prestasi masing masing klub bukan hanya bagi dan pukul rata. Harus ada rewards dan bukan hanya punishment seperti denda denda dan sanksi sanksi , perlu adanya SOP federasi dalam membuat klub semakin terpicu untuk berprestasi dan bukan hanya mencari juara tapi kokoh dalam pembinaan dan pengelolaan pra sarana serta organisasi nya.
Komentar