Wacana yang dicanangkan Puan Maharani mengenai guru menuai kekhawatiran sejumlah masyarakat. Pasalnya Menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, Puan Maharani mengatakan, akan mengundang guru atau pengajar dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. “Kita ajak guru dari luar negeri untuk mengajari ilmu-ilmu yang dibutuhkan di Indonesia.” kata Puan saat menghadiri diskusi Musrenbangnas di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Lebih lanjut, dijelaskan, jika terkendala bahasa, ia akan sediakan banyak penerjemah serta perlengkapan ahli bahasa. Menurutnya, Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa negara untuk mengundang para pengajar, salah satunya dari Jerman. Ia juga mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menadi ekonomi terkuat dunia bahkan peringkat ke 4 atau 5 pada 2045 (Harianjogja.com,09/05/2019).
Menawarkan Solusi Pemicu Masalah
Wacana yang dicanangkanPuan Maharani bukanlah solusi yang tepat dalam menuntaskan masalah yang terjadi di negeri ini, justru akan menambah rentetan masalah baru.
Indonesia telah diketahui banyak memiliki tenaga pengajar yang masih berstatus honorer yang gajinya pun tidak sesuai dengan upah yang semestinya diterima. Menanggapi pernyataan Puan Maharani yang mengatakan guru sekarang tidak bermutu, sebenarnya perkara itu bukan karena tidak maksimalnya dalam bekerja melainkan akibat dari kurikulum yang saat ini diterapkan sehingga fokus mereka hanya pada kurikulumnya bukan ke pelajarnya. Alhasil, pendidikan saat ini kurang berkualitas sehingga negeri ini tidak mampu bersaing dengan negara lain.
Wacana ini juga menimbulkan kekhawatiran dari segala sisi. Pertama dari pihak tenaga guru. Masyarakat yang berprofesi sebagai seorang guru dan mahasiswa yang mengambil jurusan keguruan akan khawatir karena akan bersaing dengan tenaga pengajar dari luar negeri dan ini akan mematikan hak mereka. Kedua, segi budaya. Kita juga mengkhawatirkan budaya luar akan masuk di negeri ini. Mereka akan membawa dan mengajarkan bahasa dan budaya dari asal mereka.
Tentunya jangan sampai guru asing tersebut mengajarkan budaya yang merusak moral generasi muda serta akan menjauhkan mereka dari pemahaman Islam. Ketiga, harga pendidikan akan semakin mahal. Ketika negara kita mengimpor guru maka yang terjadi biaya pendidikan (UKT) akan semakin tinggi.
Mari kita berpikir luas mengenai pendidikan saat ini. Disaat sekolah atau kampus mendatangkan tenaga pengajar (guru) dari luar kota maka pihak kampus pun langsung menaikkan UKT. Kemudian bagaimana jika yang didatangkan dari luar negeri maka selanjutnya yang akan terjadi adalah semakin mahalnya biaya pendidikan. Kebijakan ini justru semakin membuat rakyat semakin jauh dari pendidikan dan membuat masyarakat miskin tidak bisa mengenyam pendidikan.
Seperti inilah yang terjadi jika aturan yang diterapkan bukanlah bersumer dari Islam. Ketika negara mengunakan sistem selain Islam yakni menggunakan ideologi Kapitalisme Sekuler maka masalah akan datang terus menerus.
Pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap rakyatnya. Tidak beres dalam mengurusi negara dan umatnya. Mereka meraup keuntungan di segala bidang tanpa memikirkan nasib masyarakatnya. Kemudian menyelesaikan masalah dari segi individunya saja.
Karena hakikat dari sistem ini adalah mereka menganggap jika nilai yang tertinggi dalam hidup dengan memperoleh kesenangan atau kebahagian yang sebesar-besarnya berupa kesenangan jasmani.
Jaminan Pendidikan dalam Sistem Islam
Berbeda halnya dengan pendidikan Islam, negara dapat menjamin kualitas dengan menyediakan tenaga pendidik yang ahli pada bidangnya dan memberikan pendidikan pada umatnya secara gratis tanpa memandang latar belakangnya serta didukung oleh alat dan sarana yang lengkap. Bahkan non-muslim pun mendapatkan hak yang sama dengan warga muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin pernah mengirim tenaga pendidik untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat. Pada saat yang sama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengizinkan kaum muslim satu dengan yang lain untuk saling belajar mengajar.
Dalam sistem Islam, tujuan pendidikan adalah menjadikan hamba yang beriman kepada Allah, membentuk kepribadian Islam baik pola pikir maupun pola sikap, serta dapat menguasai ilmu Sains dan Teknologi.
Walhasil, akan mampu menciptakan intelektual yang ahli di segala bidang dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang dimiliki sehingga ketika melayani masyarakat dia lebih mengutamakan kepentingan umat serta mampu mengurusi mereka dengan baik. Wallahua’lam bi ash-shawab.
YUHARIA
Komentar