Bersenang-senang Dahulu, HIV AIDS Kemudian

Bersenang-senang Dahulu, HIV AIDS Kemudian
UMMU ZHAFRAN


Setiap anak dilahirkan di atas fitrah.” ( HR Imam Bukhari). 

Tetapi siapa sangka fitrah tersebut ternoda oleh virus HIV AIDS.  Ya, beberapa waktu lalu terungkap fakta memilukan. 

Iklan Pemkot Baubau

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak dua tahun terakhir telah menemukan tujuh kasus HIV AIDS yang menyerang balita. Dokter spesialis anak RSUD Konawe dr. Rafika Mansyur menjelaskan, temuan kasus penderita HIV ini merupakan yang terbesar untuk kategori balita. Dari tujuh pasien yang dinyatakan positif, satu di antaranya telah meninggal dunia.  (zonasultra, /7/2019).

Dengan sendirinyakebanyakan kasus yang ditemukan menular dari orang tua si balita. Sebab, setelah dilakukan observasi, pihak RSUD mendapati orang tua balita tersebut mengidap HIV AIDS.

Miris bukan?   Sebab sudah menjadi rahasia umum penyakit HIV/AIDS akrab dengan perilaku ‘esek-esek’ bebas.  Perbuatan haram yang nyata-nyata  melanggar kaidah agama.  Lantas apakah kita akan membiarkan hal ini?  Apalagi Konawe hanya bagian dari lingkaran pengidap yang harus diakui semakin lama semakin besar. 

Bisa terlihat bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk dalam Kawasan Asia Pasifik. Sedang kawasan ini menduduki peringkat ketiga sebagai wilayah dengan pengidap HIV/AIDS terbanyak di seluruh dunia dengan total penderita sebanyak 5,2 juta jiwa.

Indonesia sendiri menyumbang angka 620.000 dari total 5,2 juta jiwa di Asia Pasifik yang terjangkit HIV/AIDS.

Jika dikelompokkan berdasarkan latar belakangnya, penderita HIV/AIDS datang dari kalangan pekerja seks komersial (5,3 persen), homoseksual (25,8 persen), pengguna narkoba suntik (28,76 persen), transgender (24,8 persen), dan mereka yang ada di tahanan (2,6 persen). (kompas.com, 1/12/2018).

Upaya penanganan masalah ini mutlak dilakukan.  Tentu tak harus menunggu hingga keadaan menjadi darurat hingga tak bisa terselamatkan lagi.  Na’udzubillah.

Menangani AIDS, Tak Sekedar Medis

Mengutip wikipedia.org,  AIDS  digolongkan sebagai penyakit sejenis infeksi ditandai dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV.  (Human Immunodeficiency Virus).

Berbeda dengan infeksi lainnya,  AIDS memang sangat berbahaya dan berpotensi besar membawa pada kematian.   Sebabnya tidak lain karena tubuh kehilangan imunitas hingga mudah terserang segala penyakit. Sedang obat yang ada tak kunjung ampuh menyembuhkan.  

Masalahnya jika menilik sejarah terlihat persoalan AIDS tak sekedar problem kesehatan tapi juga perilaku. Terungkap pasien terduga AIDS pertama (patientzero) adalah seorang dengan perilaku seks menyimpang.(wikipedia.org)

Dengan kata lain penularan penyakit ini tak hanya lewat aktivitas seksual yang tidak aman (zina) tapi juga menyimpang (lesbian, gay,  biseksual dan transgender).  Maka mendudukkan perilaku sebagai fokus pembahasan selain sisi medis, akan membuat kita dapat menentukan penanganan yang tepat.

Tambahan lagi sejak  menggeliatnya industri pertambangan di Sulawesi Tenggara tak pelak diikuti bergairahnya berbagai sektor lain. Wajar bila lambat laun muncul kecemasan bakal adanya bisnis prostitusi di sekitar kawasan pertambangan, tepatnya  di Kabupaten Konawe. (jpnn.com, 9/8/2016).

Sebab jumlah TKA (Tenaga Kerja Asing)ter data di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Konawe saja mencapai 414 orang. (kompas.com, 9/8/2016). Dengan kata lain, setidaknya ada 400-an lebih pria dewasa yang bekerja di pembangunan pabrik pemurnian bijih besi itu.

Pemenuhan kebutuhan biologis sudah pasti menjadi problem baru. Bukan mustahilmarak bisnis prostitusi terselubung di sekitar kawasan itu. Sedikit banyak faktabalita yang terinfeksi virus HIV membuktikan hal tersebut.

Menyikapi hal ini jelaslah tak cukup mengupayakan pengobatan,  menghentikan perilaku penyebab juga prioritas dilakukan.  Lebih jauh lagi perlu ada tindakan nyata alias politicalwill dari para pemangku kebijakan mengatasi hingga tuntas sampai ke akarnya.

Solusi Revolusioner,Mengatasi dari Akar

Harus diakui berbagai upaya telah dilakukan untuk mengerem laju penderita AIDS.   Mulai dari kondomisasi, ATM kondom,  sterilisasi jarum suntik, pendidikan seks usia dini hingga kampanye bahaya penyakit ini.  Hasilnya? Ibarat mencencang air, tak sesuai dengan harapan. Sebab zina dan seks menyimpang malah  diabaikan.

Bagaimana bila mengambil Islam sebagai jalan keluar?

Pertama,  Islam memandang penyakit sebagai dharar atau bahaya.  Terlebih pada AIDS yang terbukti dapat mematikan.   Maka segala ikhtiar akan digunakan untuk menemukan obatnya. Islam mewajibkan negara untuk mendorong para peneliti akan didorong untuk melakukan berbagai rekayasa demi upaya menyembuhkan.  Sebab hukumnya haram membahayakan diri dan orang lain. Sabda Nabi saw., “Tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan juga bahaya bagi orang lain.” (HR. IbnuMajah).

Kedua, mendudukkan zina dan perilaku meniru kaum Nabi Luth as sebagai tindak kriminal yang layak diberi sanksi tegas (Abdurrahman Al-malikiy, Nizhamul ‘Uqubat). 

Dalilnya antara lain firman Allah swt., 

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”(QS An Nuur:2).  Juga dalam surah Hud, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.”(QS Hud:82).  Tak ketinggalan Rasul saw juga bersabda,  “Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth”…  (3 kali)(HR. Ahmad). 

Demikianlah Islam mengatur sempurna demi kemaslahatan umat dan keselamatan generasi masa depan. Termasuk menutup setiap celah yang mengarah pada kemaksiatan lewat tangan pemangku kebijakan.   Pornografi dan porno aksi?  Jangan harap dibiarkan.

Terlebih tambang yang nyata merupakan milik umum.  Tak ada cerita dijual ke pihak asing apalagi sampai kemudian berdampakmenjamurnya prostitusi dan wabah penyakit mematikan.

Hanya saja apakah cukup sampai di sini? Sayangnya tidak. Sebab seluruhnya mustahil tanpa menaati syariat Allah atau dengan kata lain menerapkannya secara  kaffah. Saatnya seluruh umat, pemerintah dan rakyat  mengkaji Islam hingga memahami dan mengambil Islam sebagai solusi. Tidakkah kita ingin meraih kasih sayang Allah yang diperuntukkan bagi hamba-Nya yang bertakwa? Sungguh Allah Maha Menepati janji. “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di surga penuh kenikmatan. Di tempat yang menyenangkan disisi Penguasa yang Maha Berkuasa” (QS Al-Qamar: 54 – 55). Wallahu a’lam.

UMMU ZHAFRAN

Komentar