Wawali Baubau: Jangan Takut Bencana, Tapi Persiapkan Diri Kita Menghadapinya

Wawali Baubau: Jangan Takut Bencana, Tapi Persiapkan Diri Kita Menghadapinya

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Baubau menggelar simulasi Gempa di Rusunawa Kota Mara, Rabu (31/7/19).

Dalam acara tersebut Wakil Wali (Wawali) Kota Baubau La. Ode Ahmad Monianse mengungkapkan, secara umum Indonesia itu diikuti oleh dua cincin api, baik yang datang dari jalur samudra Hindia maupun dari sirkum pasifik yang putaranya berhenti tepat di perairan belakang Irian Jaya.

Iklan KPU Sultra

Cincin Api Pasifik atau lingkaran api Pasifik (Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 Km.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang cincin api ini.

Diungkapkan, ada dua lingkaran api yang mengarah di Indonesia ini menjadi sebuah anugerah sekaligus bisa menjadi bencana alam menjadi anugerah karena dengan adanya dua sirkum ini maka tanah Indonesia itu adalah tanah yang subur penuh dengan mineral yang pada akhirnya bisa dikelola dengan baik menjadi sumber kesejahteraan masyarakat.

Namun tidak sedikit juga kerusakan akan terjadi akibat bencana kalau tidak bisa dikelola dengan baik sehingga pengantisipasian bencana menjadi penting dalam masalah bencana yang disebabkan oleh gesekan lempengan bumi ini.

“Olehnyanitu, mewakili bapak wali kota Baubau saya mengapresiasi kegiatan simulasi gempa ini,”ucapnya.

Dengan mengenal dan mengantisipasinya tambah dia, maka kita bisa mengurangi tingkat risiko atau kerusakan dari bencana itu.

“Kalau di Jepang beberapa sumber mengatakan bahwa Jepang adalah ekor dari cincin api itu hampir setiap hari ada guncangan ada tsunami ada gempa tapi mereka sudah tidak terlalu takut karena sudah hidup bersama dengan bencana itu sehingga sudah dilatih sejak dini dengan tingkat goncangan tertentu itu tidak perlu cemas apa yang harus dilakukan jika sudah diajarkan mulai dari pendidikan keluarga maupun di pendidikan formal sekolah mereka sudah sampaikan cara menanggulangi Guncangan seperti apa,”hatur wakil wali kota.

Kegiatan Simulasi ini akan menjadi pola pikir yang merubah tentang bagaimana mengantisipasi bencana karena itu penting buat kita bencana ini harus kita tahu jangan hindari.

Pulau Buton berada di bagian selatan garis khatulistiwa yang juga dilewati lempeng eurasia ini hampir setiap harinya terjadi pergeseran dan ada guncangan yang bisa di dirasakan dan ada yang tidak karena frekuensinya atau intensitasnya sedang.

Pulau Buton menurut penelitian setiap tahun naik kurang lebih 33 centi akibat pergeseran lempeng tadi sehingga dapat kita lihat wilayah kota Baubau ini kebanyakan Bertrap.

Pengalaman latihan ini kalau terjadi bencana yang sebenarnya kita sudah punya kesiapan mental termasuk konsentrasi kita sudah bisa atur bakal terjadi guncangan.

“Apa yang duluan saya lihat, kemana, siapa dulu yang harus diselamatkan, dimana posisi saya saat itu, kalau ada anak kecil kira-kira bagaimana sikap saya, kalau ada orang tua jompo apa yang harus saya lakukan,”katanya.

Ditambahkannya, bekal ketika berhadapan dengan bencana yang sebenarnya tidak dapat kita hilangkan atau hindari melainkan melakukan persiapan untuk menghadapinya.

“Menyiapkan diri serta rambu dan tanda evakuasi yang dipasang, nanti jangan di rusak agar menjadi pemandu dan mempermudah dalam menghadapi bencana nantinya,”tukasnya.

PLH Kabag BPBD Baubau Muslimin Hibali menambahkan, kegiatan simulasi ini diikuti oleh 120 orang yang mengikuti nateri selama 2 hari.

Diharapkan Ilmu dan pengetahuan tentang bencana dapat memudahkan dan membantu peserta nantinya.

Ia juga mengungkapkan, pada 2020 mendatang Simulasi tanggap gempa akan dilanjutkan ke Rusunawa Wameo dan beberapa sekolah yang ada di kota Baubau.

J S R

Komentar