Islamophobia Kian Merajalela?

Islamophobia Kian Merajalela?
YUSRIANI RINI LAPEO

Ditengah meredanya situasi politik dewasa ini, dunia tidak bisa dipisahkan dengan berbagai isu yang berkembang sampai kepada khalayak. Memang hal ini sangat identik dengan masyarakat pada umumnya, namun sebagai masyarakat yang cerdas, mestinya kita harus bisa memilah sebuah informasi yang benar.

Seiring berkembangnya zaman, masyarakat sangat bergantung kepada media. Kita tidak bisa menafikan hal demikian, karena sejatinya kita memang membutuhkannya, namun pertanyaannya apakah kita bisa benar-benar cerdas dalam menganalisis sebuah informasi, dengan tidak menelan mentah-mentah begitu saja?

Iklan Pemkot Baubau

Diskriminasi Terhadap Syariat Islam

Banyaknya isu yang berkembang bahwa Islam selalu identik dengan pemboman, teroris, radikal, Ini yang kemudian mendorong ketakutan  atau islamophobia, pada masyarakat muslim terhadap agamanya sendiri. Dalam pandangan tersebut, otomatis semua yang berkaitan dengan simbol-simbol agama Islam, mulai dilarang diterapkan dalam sebuah negara mayoritas muslim.

Pelarangan ini tidak hanya ditemukan di bawah rezim otoriter, tetapi juga di negara-negara demokrasi Eropa, Amerika, Spanyol, Jerman, dll. Riset menemukan bahwa, sebanyak 52 pemerintah memberlakukan batasan dalam level yang tinggi terhadap hal yang terkait agama. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya di tahun 2007 hanya ada 40 pemerintah yang melakukan hal serupa.

Negara-negara yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah Rusia dan Cina. Sementara tingkat pembatasan terendah dapat ditemukan di Afrika Selatan, Jepang, Filipina, Brasil, dan Korea Selatan. Peningkatan paling signifikan untuk periode 2007-2017 bisa dilihat di Eropa, dimana 20 negara membatasi pakaian yang berhubungan dengan agama termasuk burqa dan cadar yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim. (Viva.co.id)

Kasus semacam ini pada 2007 hanya ada di lima negara, dan akhirnya Indonesia berada dalam posisi ini juga pada tahun 2018. Sebagai contoh,pelarangan cadar bagi muslimah di setiap universitas dan sekolah lainnya. Bukan hanya itu, bendera kaum muslimin yang bertuliskan kalimat tauhid pun turut disoroti, dan selalu dibenturkan dengan Pancasila dan NKRI.

Khilafah pun yang merupakan bagian dari syariat Islam, berusaha mereka padamkan dari jiwa dan pemikiran kaum Muslimin. Mereka terus memplintirkan hoax yang buruk tentang khilafah. Padahal mereka telah salah besar, mereka tidak tahu bahwa khilafah telah menancap dalam dihati para penjaga Islam.

Dari sini, munculah pertanyaan bahwa mengapa semua ini terjadi dalam negara demokrasi?  seakan mereka melupakan bahwa ancaman dan lawan terberat NKRI, adalah mereka yang kerap berkhianat, dengan korupsi menguras uang rakyat, hingga menjual aset negara ini kepada pihak asing. Reaksi tersebut dapat menunjukkan ketidakdewasaan rezim saat ini.

Demokrasi yang  ada saat ini, mampu membuat manusia membabi-buta membuat hukum dengan sewenang-wenang, dan dipaksa tunduk kepada hukum yang rusak. Liberalisme yang lahir dari sistem ini, bahkan membuat manusia melupakan Allah SWT yang telah menciptakan-nya, dengan memisahkan agama dari kehidupan seperti sifat islamophobia.

Sistem ini telah terbukti gagal, membawa manusia ke dalam kemuliaan dan kesejahteraan hakiki. Bahkan, sistem ini sukses menumbuh suburkan berbagai kerusakan di berbagai aspek kehidupan. Aspek moral, ekonomi, sosial budaya, bahkan politik dan hukum, semuanya nyaris mengalami krisis.

Disisi lain, penerapan sistem batil ini, sukses membuka jalan penjajahan. Hingga negeri kaya raya, seperti Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya menjadi lahan bancakan kaum kapitalis yang di-back up negara-negara adidaya. Sumber dayanya dikuras, manusianya dimanfaatkan sebagai tenaga kerja murah dan visi politik penguasanya di setir agar sesuai arahan penjajah. (Muslimah news.com, 30/7/2019)

Islamophobia, sesungguhnya hanyalah alat Barat dan para anteknya melawan kebangkitan Islam. Agar umat dengan rela menjadi pion rezim sekuler, menghadapi arus pergerakan dakwah yang kian tak bisa dihadang. Framing jahat yang dituduhkan oleh agama Islam, adalah merupakan hoax yang sesat. Semua takut dengan simbol-simbol dari Arab, tapi menerima budaya, gaya hidup, bahkan ideologi yang datang dari Barat, Nauzubillah.

Belajar dari Masyarakat Paris

Seorang da’i mudah dari Brunei Darussalam, asal Madura, yang bernama Abbas Rahbini, mengungkapkan bahwa pada tahun 2015 lalu, dirinya mengunjungi Paris setelah pemboman yang terjadi pada tanggal 13 November, 2015. Ia bercerita bahwa, orang-orang Paris telah terbiasa dengan kaum minoritas muslim di sana. Saat berkunjung di tempat-tempat umum, ia tak jarang melihat wanita muslimah, dengan menggunakan pakaian jilbab dan cadar. Bahkan, berkali-kali ia disapa dengan salam oleh sesama muslim yang melihatnya.

Belajar dari kisah ini, ia ingin membuktikan bahwa masyarakat Paris sedikitpun tidak terpengaruh dengan keberadaan muslim di sana, atas pemboman yang telah terjadi saat itu. Ia juga mengungkapkan bahwa, simbol-simbol Islam disana tidak menjadikan respon negatif bagi mereka.

Dalam pengamatannya, Muslim di Paris cukup aman. Kemungkinan ada diskriminasi atau orang phobia terhadap Islam, namun tidak begitu banyak. Sebab menurut pengamatannya, untuk ukuran negara sekuler seperti Prancis, perkembangan Muslim di Paris sangat bagus.

“Orang Islam di Paris menurutnya biasa-biasa saja, seperti tidak pernah ada kejadian yang menghebohkan seperti yang diberitakan selama ini,” Bahkan, Islam bisa berkembang lebih baik lagi tidak hanya di Prancis tetapi di daratan Eropa. Meskipun orang-orang jahat membuat konspirasi untuk memadamkan cahaya Islam, agama ini tetap akan menyebar di berbagai negara.” (Abbas Rahbini)

Islam Adalah Cahaya

Islam bukan saja sebagai agama yang mengurusi perkara ibadah, melainkan pemecah segala problematika kehidupan. Percayalah bahwa, semua krisis yang terjadi ditengah kehidupan ummat adalah buah dari ideologi barat yang sesat. Bahkan mereka rela menggadaikan agama demi kepentingan, sekalipun ia seorang muslim. Lantas apakah wajar kita phobia terhadap hukum Allah?

Allah SWT yang telah menciptakan semesta, maka Allah lebih mengetahui mana yang hak dan mana yang bathil. Allah SWT berfirman, yang artinya;; “…..Ingatlahtakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf: 54)

Ayat tersebut merupakan salah satu petunjuk bagi manusia bahwa hak untuk mengatur makhluk adalah Allah. Urusan kehidupan dan hidup manusia mestinya diatur dengan hukum yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Syariat Islam diturunkan kepada manusia dan seluruh alam semesta, guna sebagai perisai yang dapat melindungi manusia dalam kegelapan.  Standar perbuatan manusia adalah hukum Syara’. Sekalipun ideologi sesat tetap eksis meracuni pikiran manusia, namun tidak akan dapat menghambat dakwah yang ditempuh oleh orang-orang yang ikhlas, dan janji Allah itu pasti.

Sungguh kemenangan Islam adalah keniscayaan sejarah dan janji Allah. Dan setiap makar yang dibuat untuk menantang syariat-Nya akan kembali pada pembuatnya. Allah berfirman, yang artinya; “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya. Dialah Yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk Dia menangkan atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS at-Taubah: 32-33) Wallahu’alam.

YUSRIANI RINI LAPEO, S.PD (PEMERHATI SOSIAL)

Komentar