Kapitalis-Liberalis Biang Kerok Kerusakan

Kapitalis-Liberalis Biang Kerok Kerusakan
Nur Syakiyyah

Seolah ingin menegaskan paham yang dianut Indonesia selama ini, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh menyebutkan bahwa sistem bernegara Indonesia menganut sistem kapitalis yang liberal. Surya Paloh mengatakan itu saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, yang bertajuk “Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan” (Republika, 14/8/2019).

Jika kita melihat fakta yang terjadi di masyarakat maupun negara semuanya tidak lepas dari cengkraman ideologi kapitalis. Misal, masalah antara suami istri bukan lagi masalah soal kurangnya kasih sayang diantara keduanya justru yang ada suami istri bisa saja bertengkar karena tuntutan kebutuhan sehari-hari, mulai dari biaya sekolah anak yang semakin mencekik, harga kebutuhan pokok yang terus meningkat tiap tahunnya hingga gaji suami yang tidak cukup untuk membiayai segala kebutuhan domestic keluarga.

Iklan Pemkot Baubau

Alhasil, yang terjadi lagi-lagi seorang wanita harus keluar dari fitrah nya sebagai seorang istri dan ibu, ia harus bekerja untuk membantu menutupi kebutuhan sehari-hari yang tak mampu ditutupi oleh gaji sang suami. Contoh lainnya dalam masalah hukum di negeri ini yaitu kasus nenek Asyani yang diduga mencuri 7 batang kayu jati milik Perum Perhutani. Menurut wanita tua dari Situbondo, Jawa Timur tersebut, kayu jati itu dulunya ditebang oleh almarhum suaminya dari lahan mereka sendiri yang kini telah dijual. Namun, pihak Perhutani tetap mengatakan bahwa kayu jati itu berasal dari lahan milik mereka dan bersikeras memperkarakan ulah Nenek Asyani itu. Padahal kita tahu bahwa banyak pihak asing dan ilegal yang justru menebang pohon jati dengan sangat brutal hingga merusak hutan. Namun justru jarang kita temukan kasus mereka masuk ke ranah hukum, semua itu tidak lain ketika hukum dinegeri ini dapat dibeli dengan uang.

Di Indonesia sendiri mungkin tidak disadari bahwa negara ini telah lama menganut sistem liberal kapitalis, buktinya yaitu ketika terjadinya krisis moneter diakibatkan anjloknya rupiah. Dikutip dari detiknews.com, Tercatat, dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 miliar U$, sekitar 72,5 miliar dolar U$adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, dimana sekitar 20 miliar dolar U$akan jatuh tempo pada 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dolar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dolar AS pada 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998 atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.

Resikonya, rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dolar untuk membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/1999 yang diumumkan 6 Januari 1998. RAPBN dinilai tak realistis. Krisis yang menandakan kerapuhan fundamental ekonomi tersebut dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional mendadak terlilit kesulitan besar.

Semua ini terjadi tidak lain karena kapitalis yang dianut dan dibungkus atas nama Demokrasi kapitalisme yang tegak diatas asas sekulerisme, liberalisme dan materialisme.

Sistem kapitalisme ini lah yang seharusnya bertanggungjawab atas rusaknya tatanan masyarakat di berbagai aspek, mulai dari politik, ekonomi,sosial,budaya,hukum, pertahanan dan keamanan negara. Karena sistem ini masyarakat harus rela bekerja seharian penuh demi memenuhi kebutuhan mereka yang sangatlah mahal, karena sistem ini pula banyak pejabat berbaju orange lahir, wanita harus keluar dari fitrahnya sebagai seorang ibu dan istri menjadi tulang punggung keluarga. Hukum yang dengan mudah diperjual belikan, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Parahnya negara tidak mampu mengontrol masyarakat dari segala pengaruh hegemoni barat serta tidak mampu menepis segala pengaruh investor asing dalam menguasai sumber daya Islam di Indonesia, justru yang ada semakin dipermudah.

Sistem ini harus segera diganti dengan sistem yang shohih, yakni sistem yang lahir dari Dzat yang Maha Mengetahui kebaikan dan keburukan setiap hamba-Nya, Dial ah Allah SWT., sebagai satu-satunya yang berhak membuat hukum.

Sistem ini adalah system Islam yang akan membawa yang akan membawa keberkahan bagi negeri ini. Tak luput pula menjamin kesejahteraan hakiki bagi seluruh rakyat. Hanya dengan sistem islam, wanita tidak perlu kluar dari ranah penciptaannya sebagai ibu dan istri, kekayaan SDA tidak dikelola oleh pihak asing dan aseng, para koruptor akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka, kehidupan masyarakat sejahtera sebab hidup dibawah aturan yang sempurna. Islam memang agama yang sangat sempurna dengan aturan-aturannya yang sesuai dengan fitrah manusia, menjadikan tujuan hidup bukanlah sekedar materi namun ada yang lebih penting dari itu yakni mengambil segala aturan-Nya untuk diterapkan dalam kehidupan sebagai perwujudan dari tujuan diciptakannya manusia yaitu semata-mata hanya beribadah kepada-Nya. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”(TQS. Az- Zariyat:56). Wallahu ‘alam bishowab.

NUR SYAKIYYAH

Komentar