Bercerita Tentang Kepergian BJ Habibie

Bercerita Tentang Kepergian BJ Habibie
Ilustrasi.

Indonesia berduka. Rabu tanggal Sebelas September 2019 berita duka tersebar. Tak berselang lama hingga berita tersebut terkonfirmasi atas nama Bapak BJ Habibie Presiden Republik Indonesia ketiga.

Setelah sepekan berjuang bersama keluarga dan tim dokter RSPAD Gatot Subroto untuk menangani penyakitnya akhirnya beliau dinyatakan meninggal dunia akibat gagal jantung pada usia 83 tahun.

Iklan Pemkot Baubau

Pada hari itu juga ditetapkan sebagai hari berkabung nasional. Dikibarkan bendera negara setengah tiang selama 3 hari berturut-turut mengiringi kepergian beliau. Bapak bangsa telah pergi meninggalkan kita. Sosok dan pribadinya akan tercatat abadi dalam sejarah.

Selamat jalan Bapak BJ Habibie. Doa kami semua menyertaimu. Semoga jasa-jasa, karya, nasihat-nasihat, amal dan ibadahmu selama di dunia menjadi lentera penerang dan penolong dalam perjalanan kembali kepada Tuhan. Semoga rahmat dan ampunan Alloh senantiasa bersamamu. Amin,Ya Robbal Alamin.

Sejenak mengingat masa kecilku dulu. Bila ditanya tentang cita-cita pasti tidak jauh dari profesi dokter, insinyur, direktur, pegawai, pilot, guru, tentara, polisi dan profesi lain yang membanggakan.

Kala menjawab pilot pasti langsung terbayang sebuah pesawat terbang dan sang insinyur pembuatnya yang berasal dari negeri kita sendiri yaitu bapak BJ Habibie. Kebetulan saya tertarik pada bidang teknik kala itu.

Beliau adalah inspirasi saya dalam melalui berbagai tantangan saat mengenyam pendidikan semasa sekolah dulu. Semangat untuk bisa sukses seperti beliau menjadi nasihat dan motivasi kala diterpa kemalasan dan kegagalan. Alhamdulillah dan sangat bersyukur saya bisa menjadi seperti hari ini. 

Sangat banyak pesan, nasihat dan buah pemikiran beliau yang diabadikan baik melalui ceramah, orasi, dialog, video, film maupun tulisan. Pada kesempatan ini, izinkan saya menuliskan sebagian isi ceramah beliau di Cairo tahun 2011 yang saya ambil dari sumber :

Nasihat BJ Habibie

Masalah pribadi saya itu yang paling tahu ialah Ibu Ainun. Masalahnya adalah kalau sudah memulai sesuatu saya tidak mau berhenti. Sampai saya sering dimarahin oleh beliau.

Saya dimanja oleh dua ibu yaitu ibu yang melahirkan saya dan ibu yang mendampingi saya. Ibu yang melahirkan saya memanjakan saya, merawat saya selama 24 tahun 3 minggu lalu beliau berikan (estafet) kepada Ibu Ainun yang mendampingi saya selama 48 tahun 6 minggu 10 hari.

Ketika saya sedang bekerja, Ibu Ainun berada disamping saya membaca Al-Qur’an (sebisa mungkin 1 juz setiap hari). Saya jadi terbiasa. Saya membaca tentang IPTEK sambil mendengar musik tapi bukan musik rock atau lainnya tapi bacaan Al-Qur’an.
Itu akibat dari proses pembudayaan, dimana dibutuhkan jumlah minimum yang dibutuhkan oleh manusia untuk yakin bahwa IPTEK nya itu harus diimbangi oleh IMTAQ.

Kalau hanya IPTEK saja, saya katakan tidak. Bila Alloh menawarkan saya untuk memilih salah satu, apakah pilih IMTAQ atau IPTEK ? Sekejap saya akan menjawab dan memilih IMTAQ. Akan tetapi bila engkau Alloh memperkenankan, saya bermohon berikan saya keduanya dalam keadaan seimbang. Dan berikan saya kemampuan untuk bisa meningkatkan kedua, IMTAQ dan IPTEK. Dan saya beruntung, Alloh memberikan keduanya.

Untuk anda, saya harapkan. Insya Alloh dalam waktu sesingkat-singkatnya bisa menempuh S1, S2, S3 dan seterusnya. Akan tetapi yang penting adalah kembalilah ke tanah air. Buatlah sistem dan proses pembudayaan IMTAQ dan IPTEK agar dapat berjalan dengan baik di negeri kita. Sehingga sumber daya manusia Indonesia menjadi unggul dan daya saingnya meningkat. Itu adalah tugas kita semua.

Catatan Kecilku

Setelah beliau dinyatakan wafat, beredar tulisan atas nama BJ Habibie di media sosial. Entah siapa yang pertama kali menyebarkan dan menulisnya karena memang tidak tercantum nama penulisnya.

Tidak perlu waktu lama tulisan tersebut menjadi viral dan heboh. Siapa yang tidak tergiur untuk menyebarkan tulisan yang maknanya begitu dalam tersebut apalagi tertulis sebagai narasumber adalah BJ Habibie. Mungkin termasuk anda juga ikut menyebarkannya. Ya tepat sekali, termasuk juga saya.

Tanpa berpikir panjang, firasat ini mengatakan “…ini pasti tulisan eyang”. Padahal jelas-jelas isi di paragraf awal dengan paragraf selanjutnya berbeda konteksnya. Paragraf awal berisi pidato beliau di forum resmi di Cairo dan paragraf selanjutnya berisi tentang refleksi diri seseorang.

Memang di paragraf kedua itulah membuat kita semua larut dalam perasaan. Tak pelak, tulisan itu sungguh telah mengecoh banyak orang.

Seorang penulis dari padang akhirnya mengkonfirmasi dan mengklarifikasi bahwa sebagian dari tulisan tersebut adalah karya tulisnya yang dicomot/copas oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab. Dengan adanya klarifikasi tersebut berarti menunjukkan bahwa tulisan itu memang benar-benar ada dan ditulis oleh seseorang (bukan BJ Habibie) yang dimaksudkan sebagai bahan renungan dan instrospeksi diri.

Alhasil setelah klarifikasi tersebut, bermunculan berbagai tulisan di media yang membahasnya dan berspekulasi atasnya, termasuk tulisan yang sedang anda baca ini. Hal inilah barangkali yang menjadi dasar pertimbangan bagi sebagian orang yang enggan menyebarkannya karena takut bila itu salah, tidak benar dan hoax.

Sampai hari ini memang tulisan tersebut masih misterius, belum ada seorangpun yang mengaku menulisnya dan menjelaskan apa maksud dan tujuannya. Walaupun demikian, ijinkan saya berpendapat.

Seandainya bukan eyang yang menulisnya kemudian eyang mengetahui fenomena ini, saya yakin beliau pasti bangga bahwa namanya “dipinjam” untuk mengajarkan suatu kebaikan. Beliau pasti senang apabila tulisan tersebut bisa membuka mata hati banyak orang tentang pentingnya ilmu agama dan ilmu dunia bersinergi dalam karir dan kehidupan seseorang. Bahwa kelak semua itu akan dipertanggungjawabkan dan menjadi bekal kehidupan disana (akhirat).

Sikapi dengan Baik

Pembaca yang budiman, menyebarluaskan tulisan viral tersebut mungkin sudah menjadi pilihan banyak orang. Ada juga yang merasa menyesal karena telah menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Ada juga yang menahan diri untuk tidak menyebarkannya sambil melakukan konfirmasi akan kebenarannya. Itu semua tergantung sudut pandang masing-masing orang dalam memahaminya.

Sesungguhnya ada hikmah yang luar biasa dapat kita peroleh setelah membacanya. Rasa haru, bangga, tangis, takut dan sesal mendera bercampur aduk dalam hati para pembaca. Tentang bagaimana seseorang memperhitungkan dan merencanakan masa depannya/akhiratnya.

Tentang bagaimana menjaga dan mendidik keluarga agar kelak bisa menjadi kebanggaan di dunia dan akhirat. Tentang gambaran hati seseorang bagaimana menghadapi kematian yang kian dekat dan nyata. Terbesit rasa syukur saya berkesempatan membacanya.

Namun perlu diingat, siapa sesungguhnya yang menulis ini dan mengkaitkannya dengan almarhum BJ Habibie adalah hal yang belum terkonfirmasi secara jelas dan bisa menyesatkan.

Upaya mengkaitkan tulisan viral tersebut dengan almarhum BJ Habibie bukan hanya hoax tapi juga fitnah yang luar biasa. Oleh karena itu, melalui tulisan singkat ini saya bermaksud untuk mengajak pribadi saya dan masyarakat untuk tidak mengkaitkannya dengan beliau.

Tulisan yang sudah terlanjur viral tersebut seyogyanya dijadikan sebagai pelajaran agar jangan tergesa-gesa menyebarkan berita tanpa komunikasi dan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait.

Realitas Kehidupan

Fenomena ini bisa terjadi karena hari ini masyarakat haus akan nasihat, pituah maupun solusi-solusi dari sesosok figur pemimpin, tokoh maupun orang-orang sukses lainnya untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang kian hari kian bertambah banyak. Baik itu permasalahan sosial, ekonomi, politik, moral, akhlaq, lingkungan dan kualitas sumber daya manusia yang masih menjadi tren pembahasan di berbagai media dan forum-forum.

Masyarakat merindukan sosok yang bisa memberikan pencerahan sekaligus memberikan contoh dan suri tauladannya. Tidak hanya permasalahan pribadi namun secara umum juga permasalahan bangsa, negara bahkan dunia. Dan yang tidak banyak orang tahu, bagaimana BJ Habibie meletakkan fondasi ilmu agama (IMTAQ) dan ilmu dunia (IPTEK) secara equal (seimbang) dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa.[

DRG HAPPY