Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menyatakan, tidak ada lagi materi tentang perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di madrasah. Hal itu diimplementasikan pada tahun ajaran baru 2020. “Kami ingin menghapuskan pandangan-pandangan orang yang selalu saja mengaitkan Islam itu dengan perang. Kita juga ingin mendidik anak-anak kita sebagai orang-orang yang punya toleransi tinggi kepada penganut agama-agama lainnya,” kata Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Ahmad Umar. (Republika.co.id,23/9/2019)
Penghapusan materi perang dari kurikulum madrasah menunjukkan jika penyakit islamophobia pada umat ini semakin menguat. Atas nama deradikalisasi, pelan-pelan berbagai ajaran Islam yang dinilai “radikal” dieliminasi dari umat Islam. Islamophobia ini salah satunya tampak pada pernyataan seorang menteri yang menghimbau kampus mendata telepon dan akun media sosial mahasiswa baru sebagai antisipasi penyebaran radikalisme. Sebelumnya kemenag juga langsung melakukan investigasi ketika mendapatkan informasi tentang pengibaran bendera tauhid oleh siswa salah satu madrasah di Kabupaten Sukabumi, juga menhan yang mempermasalahkan salah satu taruna di Akademi Kemiliteran karena mendapati foto taruna tersebut di akun media sosialnya sedang mengibarkan bendera tauhid. Hal ini tentu sangat miris, karena sadar atau tidak, umat ini sedang diarahkan untuk menerima narasi yang dibentuk oleh kafir barat selama ini bahwa Islam adalah agama radikal dan tak toleran pada penganut agama lain.
Sejarah peradaban manusia termasuk suatu bangsa tak terlepaskan dari adanya peristiwa perang. Indonesia sendiri mempunyai sejarah perang. Jika dahulu para pahlawan bangsa ini yang sebagian besar adalah dari kalangan umat Islam tak punya ghiroh untuk melawan penjajahan melalui perang, mustahil bangsa Indonesia bisa merdeka dari penjajahan fisik oleh Belanda. Bahkan, perang yang dilakukan oleh selain Islam cenderung barbar, tak mengenal aturan. Sebaliknya dalam Islam, perang itu mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi. Misalnya, tidak membenarkan penghancuran fasilitas umum, menebang pohon, membunuh warga sipil yang tidak turut dalam peperangan, tidak menculik warga yang tidak dibawa dalam perang dan menjadikannya hamba sahaya. Sungguh sangat berbeda dengan perangnya kaum kafir yang tidak mengenal aturan. Tengok saja peristiwa Hiroshima-Nagasaki 1945. Jihad/Perang diajarkan di dalam fiqih Islam, justru agar anak didik kita bisa membandingkan konsep perang yang beradab di dalam Islam, dengan cara perang orang-orang kafir yang begitu barbar, bahkan di era modern sekalipun.
Materi “perang” adalah bagian dari isi Al Qur’an yang tidak bisa dihilangkan. Allah berfirman: “Perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah dan adalah agama bagi Allah semata-mata” (TQS Al Baqarah:193). Rasulullah bersabda: “serulah mereka pada tiga pilihan: serulah mereka pada Islam, dan jika mereka menolak maka mintalah mereka untuk membayar jizyah. Jika mereka tetap menolak maka minta tolonglah kepada Allah dan perangilah mereka“. Dalam perang Yarmuk yang terjadi pada tahun 636M, terjadi percakapan antara panglima pasukan kristen yang bernama Gregorius Thedorus dengan sahabat Rasulullah yang bernama Khalid bin Walid.
Gregorius: “didalam tugas dakwah anda, apa sajakah yang anda sampaikan?
Khalid: “mengakui tiada yang patut disembah selain Allah, dan mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah”
Gregorius: “jika seseorang tidak bersedia menerimanya?
Khalid: “membayar jizyah, mengakui kepemimpinan Islam, dan setelah itu kami berkewajiban menjamin hak miliknya, jiwanya dan juga kepercayaannya, keyakinan, agama yang dianutnya!”
Gregorius: “jika ia tetap tidak mau menerimanya?”
Khalid menjawab dengan singkat, jelas dan tegas : “pilihan akhir adalah perang, dan kami siap untuk itu!”
Perlu diketahui, dalam periode dakwah di Madinah, Rasulullah Saw telah mengirimkan 62 pasukan baik dalam jumlah kecil (sariyah), maupun jumlah besar (untuk ghozwah). Bahkan 27 perang di antaranya, beliau sendiri yang memimpinnya (Ghozawatur Rasul wa Saroyah, Ibnu Sa’ad). Beberapa perang penting yang amat berpengaruh pada sepak terjang umat Islam di antaranya Perang Badad Kubro (17 Ramadhan 2 Hijriyah), Perang Uhud (Syawal 3 Hijriyah), Perang Ahzab, Penaklukan Khaibar (Rabiul Awal 7 H), Perang Mu’tah (Jumadil Ula 8 Hijriyah), Fathu Makkah (20 Ramadhan 8 Hijriyah), Perang Hunain & Tha’if (Syawal 8 H), Perang Tabuk (Rajab 9 Hijriyah) (Penaklukan Dalam Islam, Dr. Abdul Aziz bin Ibrahim Al-Umari)
Maka penolakan terhadap ayat-ayat perang yang ada dalam Al Qur’an menunjukkan penolakan terhadap isi Al Qur’an semuanya. Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk mengimani isi al Qur’an secara kaffah/keseluruhan. Perkataan yang indah dari sahabat Rasulullah yang bernama Saad bin Abi Waqqas r.a,
كنا نعلم اولادنا سيرة الرسول ومغازيه كما نعلمهم القرآن
“Kami mengajari anak-anak kami siroh Rasulullah dan perang-perangnya Rasulullah sebagaimana kami mengajari mereka Alquran” (Kitab Nur Al-Yaqin). Wallahu ‘alam bishowwab.
UMMU SALMAN
Komentar