Setiap manusia pasti menginginkan terwujudnya sebuah negeri idaman, negeri yang bisa menjamin keamanan dan kesejahteraan. Infrasuktur identik dengan prasarana, yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama untuk memudahkan jalnnya kehidupan.
Pembahasan infrasuktur adalah pembahasan yang menarik karena merupakan salah satu yang menunjang hajat hidup masyarakat saat ini. Masyarakat diresahkan dengan sejumlah permasalahan infrastuktur yang tak kunjung terselesaikan.
Kerusakan infrastuktur terjadi diberbagai pelosok negeri seperti gedung sekolah ambruk, jalan raya/tol rusak, bergelombang atau pun berlubang, jembatan hancur, rel kereta api amblas, dan yang lainnya.
Dari sekian permasalahan terjadi di daerah Bandung Timur ketika aspal yang bergelombang di jalan raya Cileunyi menjadi penyebab sebuah truk bernopol D 8A57 BA terguling saat melewati tikungan Gardu Induk PLN Cileunyi, kamis (3/10/2019). Truk yang mengarah ke Cileunyi itu sebelum kejadian bermanuver melewati tikungan jalan tersebut.
Namun, di medan jalan aspal yang bergelombang truk itu oleng tak terkendali. “Ban kanan truk menginjak aspal yang bergelombang, tiba-tiba truk berat ke kiri akhirnya terguling ke kiri jalan” ujar Rahmat (45) warga sekitar saat ditemui dilokasi kejadian.
Kecelakaan kendaraan karena kondisi jalan berlubang ataupun bergelombang bukan kasus pertama yang terjadi. Menyikapi hal ini seharusnya pemerintah sigap untuk memperbaiki kondisi jalan yang rawan kecelakaan jangan sampai banyak memakan korban.
Sampai tulisan ini ditulis jalan raya Cileunyi yang bergelombang belum mendapatkan perhatian pemerintah. Bisa saja yang mengeluhkan dan melaporkan sudah banyak. Di sisi lain pembangunan jalan tol, rel kereta api begitu massif. Padahal perbaikan jalan yang mengakibatkan kecelakaan mendesak untuk diperbaiki.
Belum lagi masalah kemacetan yang semakin rumit dan melelahkan, bikin stress pengguna jalan. Seharusnya berbagai kegiatan bisa efektif karena jalanan rusak akhirnya banyak terganggu. Permasalahann terkait jalan saja, rakyat tidak bisa mendapatkan hak nya, padahal hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah.
Inilah realita kehidupan di era kapitalisme sekular. Pembangunan jalan yang berbayar seperti tol dibangun dengan jor-jor an, sebagai sarana mempermudah akses ekonomi bagi para pengusaha, baik lokal maupun asing. Sedangkan yang dibutuhkan oleh rakyat kebanyakan banyak yang terabaikan, bukan hanya di Cileunyi, di daerah-daerah pelosok apalagi.
Anak-anak pergi sekolah harus bergelantungan nyebrang sungai. Betapa sengsaranya anak bangsa yang hidup miskin perhatian pemerintah. Ketika pembangunan bukan didasarkan pada asas tanggung jawab sebagai pemelihara urusan umat, tapi pada keuntungan, inilah yang terjadi. Rakyat diwajibkan dengan berbagai pungutan pajak, tapi tidak sebanding dengan pelayanan yang didapatkan. Berbeda dengan Islam.
Islam sangat memprioritaskan periayahan/pengurusan terhadap umat, karena berangkat dari kesadaran bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban dari semua yang menjadi urusannya. Pengurusan bukan berdasarka Islam akan melahirkan banyak kerusakan, banyak penyimpangan.
Sebaliknya Jika pengurusan umat berdasarkan syariah maka pembangunan infrastruktur menjadikan kemaslahatan bagi umat, keberkahan, kelancaran mudah diraih. Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah tangan-tangan manusia” (TQS-Ar Rum: 41).
“Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (TQS Al A’ raf : 96).
Sungguh tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin, karena diakhirat kelak akan ada banyak pertanyaan tentang apa yang dipimpinnya belum lagi pertanyaan terhadap dirinya sendiri. Sejarah telah mencatat masa kepemimpinan Umar bin Khattab tentang besarnya perhatian beliau terhadap infrastuktur yang harus menjadi kemaslahatan bagi masyarakat dan juga mahluk hidup lainnya.
Kekhawatirannya bukan tanpa alasan, semua itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap umat yang akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat. Sungguh dari kisah tersebut seharusnya mampu memberikan gambaran dan inspirasi bagaimana sosok pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Secara politik dalam sistem Islam/khilafah, jabatan kepemimpinan didedikasikan untuk melayani kepentingan masyarakat. Sebab, hakikat dari politik Islam adalah ri’ayah su’un al ummah (pengurusan urusan umat) yang didasarkan pada syariah Islam. Karena itu penguasa dalam Islam bagaikan pengembala (ra’in) dan pelayan umat/khadim al ummah (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam aturan Islam penguasa hadir untuk menerapkan hukum-hukum Islam, memastikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok setiap individu masyarakat seperti pangan, sandang, dan papan. Khilafah sebagai lembaga Islam pun akan menyediakan infrastuktur berupa jalur transportasi yang aman dan memadai dengan teknologi terkini sesuai kebutuhan rakyat, dirancang sedemikian rupa agar tidak ada keluhan apalagi korban jiwa.
Semua hal diatas akan terwujud, bukan isapan jempol tapi nyata terealisasi saat syariat Islam kaffah diterapkan. Maka, cepat atau lambatnya harapan kemaslahatan akan tercapai dalam semua aspek tergantung upaya kita. Sudah saatnya Daulah Khilafah Islamiyah diperjuangkan secara total, tegak dalam kekuatan ukhuwah dan akidah islamiyyah. Wallahu a’lam bii ash shawab
WIDA ELIANA