Satu lagi film drama-romantis buatan Indonesia akan menggebrak layar bioskop Tanah Air yaitu SIN. Tema film ini agak kontroversial karena bercerita tetang kakak beradik yang saling jatuh cinta. (viva.co.id, 4/10/2019).
Marak Propaganda Maksiat
Setelah sebelumnya muncul film dua garis biru yang mempropagandakan cinta anak muda yang berujung maksiat, kembali muncul film serupa. Namun film sin ini lebih ‘gila’ lagi, yaitu kisah cinta kakak beradik. Makin menjamurnya film-film yang mempropagandakan kemaksiatan tersebut sangat mengkhawatirkan.
Betapa tidak, tontonan mampu menyihir para penontonnya, untuk berbuat sebagaimana apa yang ditontonnya. Apalagi jika film tersebut ditonton oleh remaja yang kebanyakan dati mereka masih labil. Buktinya, betapa banyak jumlah remaja yang baper setelah menonton kisah-kisah percintaan seperti itu.
Maraknya propaganda maksiat ini tak lepas dari penerapan sistem sekuler demokrasi. Pemisahan aturan agama dari kehidupan membuat setiap orang menjadi loss control, berbuat semaunya tanpa memikirkan akibatnya.
Bahkan, negara pun dilarang turut campur dalam kebebasan prilaku individu. Sebaliknya negara harus melindungi dan menjamin kebebasan individu. Dalam demokrasi, ada 4 kebebasan yang harus dijamin oleh negara yaitu kebebasan beragama, kebebasan berkepemilikan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekspresi/berperilaku.
Atas nama kebebasan berperilaku inilah, setiap individu bebas untuk berbuat apa saja yang disukainya meskipun perbuatannya melanggar aturan dan nilai-nilai agama. Siapapun yang mempermasalahkan kebebasan perilaku seseorang, maka seseorang tersebut bisa menuntut ke hadapan hukum. Pun juga ketika misalnya ada yang berzina, selama dilakukan suka sama suka, tidak akan ada hukuman kepada para pelakunya.
Pelaku hanya bisa dijerat hukum kecuali jika ada individu yang keberatan. Maka tak heran jika begitu banyak kemaksiatan yang terjadi, karena ada pembiaran atas terjadinya semua kemaksiatan tersebut.
Sistem Islam Sebagai Solusi
Sesungguhnya penjagaan akhlaq generasi adalah hal yang penting. Karena generasi adalah aset penting bagi sebuah bangsa. Merekalah nanti yang akan menjadi pemimpin berikutnya. Rusakmya generasi adalah salah satu tanda jatuhnya sebuah bangsa. Tentu kita tidak ingin akhlaq generasi hancur akibat serangan dan berbagai propaganda kemaksiatan.
Maka jika kita ingin keluar dari kondisi ini, maka harus dilakukan pergantian sistem yang baik, yang mampu menuntaskan persoalan merebaknya kemaksiatan ini. Sistem yang baik itu adalah sistem yang berasal dari dzat yang maha baik yaitu sistem Islam.
Dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan, termasuk merebaknya kemaksiatan yang dapat merusak akhlaq generasi, terdapat 3 pilar penting, yaitu:
1. Ketakwaan individu. Sejak dini, seorang individu telah ditanamkan aqidah Islam sebagai dasar penting dalam pembinaan generasi. Yang paling berperan dalam pembentukan ketakwaan individu ini adalah keluarga. Di dalam lingkungan keluarga seseorang dibentuk kepribadiannya, sehingga terbentuk kepribadian Islam pada diri individu tersebut. Keyakinan bahwa dia selalu diawasi oleh sang Khaliq akan senantiasa menjadi pengontrol utama dalam berperilaku.
2. Kontrol dari masyarakat. Masyarakat adalah tempat berinteraksi sosial. Ketika masyarakat ini memiliki cara pandang yang sama dalam menilai sebuah kemaksiatan, maka mereka tidak akan membiarkan kemaksiatan terjadi di sekeliling mereka.
3. Negara menerapkan sistem Islam/aturan Allah. Negara memiliki peran yang besar dalam memberantas kemaksiatan. Kemaksiatan akan lebih mudah diatasi jika negara turun tangan. Maka negara yang menerapkan Islam, tidak akan membiarkan berbagai sarana dan fasilitas yang mengantarkan kepada kemaksiatan ada. Besarnya kewenangan yang dimiliki oleh negara sangat efektif untuk menutup pintu-pintu kemaksiatan. Misalnya negara tidak akan memgizinkan film-film yang dapat mendorong dan menginspirasi seseorang untuk berbuat maksiat. Wallahu ‘alam bishowwab.
UMMU SALMAN