Masya Allah, kita patut berbangga hati ketika melihat pemandangan yang tidak biasa. Sebuah kegiatan yang menjunjung tinggi peradaban Islam yaitu perlombaan musabaqoh tilawatilquran, musabaqoh hifzhilquran, lomba dakwah, rangking 1 Islam, lomba kaligrafi, lomba marawis, lomba memanah, dan pencak silat. Teringat sebuah hadits dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung zikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (HR. an-Nasa’i).
Pemandangan itu terlihat di Yayasan Alma’soem Bandung. Dalam rangka mengisi Hari Santri Nasional tahun 2019. Tepatnya hari Sabtu hingga Minggu (12-13/10/2019) telah menggelar Alma’soem Islamic Fair (ALIF) ke-II 2019.
Sebanyak 1.236 peserta dari sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs di Jawa Barat. Diantaranya dari Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Cimahi, Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sukabumi, Cianjur, Indramayu, Purwakarta, Bekasi, Bogor, dan Jakarta. Direktur Pesantren Al Masoem, Asep Dedi Suhendri dalam sambutan pembukaan ALIF II/2019 mengatakan
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Agama Kabupaten Sumedang, yang telah mensupport acara ini dan merekomendasi even ini ke seluruh sekolah di Sumedang, bagi siswa/siswi yang ingin menyalurkan bakat dan minat, sekaligus mengukur kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya lewat perlombaan ini, sekaligus memasukkan ALIF sebagai acara tahunan Kemenag Sumedang.”
Diharapkan para siswa dan santri yang ikut acara ini bersikap fair dan menjunjung nilai sportivitas serta mengacu pada tema ALIF tahun ini yakni Santri Beprestasi, Santri Berkreasi. (tribunjabar.news.com. 12/10/2019).
Sebagaimana dilansir wikipedia penetapan Hari Santri Nasional dimaksudkan untuk meneladankan semangat jihad kepada para santri tentang keindonesiaan yang digelorakan para ulama. Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan. Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang.
Di belakang tentara Inggris, rupanya ada pasukan Belanda yang ikut membonceng. Aspek lain yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.
Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri.
Generasi muda kita hari ini telah sangat jauh dari kepribadian yang islami, mereka rapuh karena paparan media liberal dan pendidikan yang hanya mampu menjadikan mereka budak dunia. Hal ini akibat dari penerapan sitem kapitalis sekuler, yakni sebuah sistem kehidupan yang mengusung pemisahan agama dari kehidupan.
Begitu pula dengan sistem pendidikannya, terjadi pendikotomian ketika ingin belajar agama maka pilih pesantren agar menjadi ahli agama, dan ketika ingin belajar sains maka pilihlah sekolah teknik agar menjadi ahli teknik.
Model pendidikan sekuler saat ini hanya memberikan penilaian pada ranah kognitif saja, sehingga tidak jarang para siswa yang mempunyai nilai tinggi dalam hal pengetahuan, masih rendah dalam hal pengamalan dalam kehidupan termasuk di dalamnya moral.
Berbicara tentang santri, tentunya tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada eksistensinya jauh sebelum republik ini berdiri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pada umumnya terus menyelenggarakan pendidikan yang memiliki misi mengkader umat untuk menjadi tafaqquh fiddin dan memotivasi kader ulama dalam misi dan fungsinya sebagai warasat al-anbiya.
Untuk itu peringatan Hari Santri Nasional hendaknya tidak dijadikan sekedar seremonial acara tahunan saja, bahkan mencukupkan diisi dengan lomba semata. Tetapi harus mampu ke tatanan yang lebih luas, yakni sebagai tonggak perubahan menuju pemikiran yang shahih yaitu pemikiran Islam.
Sejarah mencatat pada masa-masa kejayaan Islam, Islam mampu melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia.
Salah satunya pada masa pemerintahan Abbasiyah lahir para imam mazhab hukum yang empat, yakni Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Islam sebagai agama yang sempurna. Islam mempunyai sistem pendidikan tersendiri yang khas. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islami (syakhshiyah islamiyah), setiap muslim serta membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut kurikulum Islam memiliki tiga komponen materi pokok yaitu: (1) pembentukan kepribadian Islam; (2) penguasaan tsaqafah Islam; (3) penguasaan ilmu kehidupan (iptek, keahlian dan keterampilan). Hal demikian akan mampu mencetak peserta didik yang menghiasi segenap aktivitasnya dengan akhlak mulia dan memandang Islam sebagai sistem kehidupan satu-satunya yang benar.
Sistem pendidikan Islam yang sesungguhnya akan membentuk peserta didik sesuai hakekatnya yang berasal dari Allah Swt dengan tugas dan tujuan sebagai hamba Allah SWT yang selalu beribadah kepadaNya. Membentuk peserta didik berorientasi pada khasanah keilmuwan yang dapat dicapainya, dipelajari untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik secara individu, masyarakat dan bernegara.
Sistem pendidikan ini hanya bisa terlaksana ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Hal ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaiman firman Allah Swt :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhan, (kaffah) dan janganlah kalian turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqoroh : 208). Wallahu a’lam bishshawab.
UMMI MUNIB