Kurikulum Pendidikan Sejatinya Karakter Bangsa

Kurikulum Pendidikan  Sejatinya Karakter Bangsa
Hawilawati.

Sebagaimana dilansir TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Jokowi meminta agar reformasi besar-besaran dilakukan di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.

Saya juga minta agar kita semuanya mendukung reformasi besar-besaran di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan juga di Kemenag,” kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019.

Iklan Pemkot Baubau

Ia-pun menegaskan reformasi tersebut harus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Berbicara tentang pendidikan sama halnya sedang merancang  masa depan. Pendidikan berkualitas  sebuah bangsa  tak luput dari kurikulumnya, karena kurikulum adalah nyawa dan karakter bangsa.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sehingga ada 4 komponen yang harus diperhatikan dalam penyusunan kurikulum yaitu tujuan, isi atau materi pembelajaran, startegi pembelajaran dan evaluasi.

Maka tak heran setiap pergantian  rezim kerap kali menyusun kebijakan baru, tak terkecuali kebijakan pendidikan.

Disadari atau tidak, kurikulum pendidikan formal  yang berlaku saat ini adalah kurikulum berbasis sekuler kapitalis yang memuat bahan ajar ilmu-ilmu miskin agama, alhasil output yang dimiliki adalah generasi yang berkepribadian sekuler (pribadi yang jauh dari agama, bebas berprilaku).

Carut marutnya problematika negeri ini adalah bentuk kegagalan dunia pendidikan melahirkan SDM yang berkarakter sholih. Sangat nyata perkembangan berfikir generasi mulai level SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi tidak  pada semestinya.

Lemah atau ketidakmampuan membedakan perkara baik buruk dan halal haram masih banyak ditemukan  warga usia baligh, terlihat banyak fakta  kejahatan, kemaksiatan, penyimpangan perilaku, korupsi, terus terjadi tidak terselesaikan dan ironisnya hal itu tak sedikit  terjadi pada diri pejabat pemerintah.

Disinilah lemahnya karakter manusia yang dihasilkan oleh kurikulum pendidikan sekuler. Meraih kesuksesan demi materi semata, menghalalkan segala cara, menabrak apa saja yang ada dihadapannya.

Setali tiga uang, jika penguasa dengan kabinet barunya, ingin merombak besar-besaran kurikulum pendidikan dengan kecanggihan teknologi  namun  muatan kurikulumnya masih tetap miskin ilmu agama dalam membentuk pribadi generasi.

Mengapa sangat perlu konten kurikulum berbasis Aqidah yang shohih ? Karena Aqidah shohih (aqidah Islam) adalah basic dalam bertindak serta berfikir yang benar dan  solutif, tanpa aqidah shohih tersebut maka segala amalan manusia sia-sia saja.

Dalam Islam menikmati pendidikan adalah untuk memahami ilmu yang benar, dengan ilmu ia memahami tujuan hidup dan tugas dirinya sebagai hamba Allah. Mensinergikan antara urusan duniawi dengan akhirat. Sehingga ilmu tidak semata-mata untuk mengejar dunia tapi mempersiapkan diri menuju kampung akhirat, yang nilai-nilai ini ditanamkan dalam konten kurikulum pendidikan bagi generasi.

Pentingnya sebagai bangsa yang peduli terhadap masa depan bangsanya menengok kembali sejarah kegemilangan sistem pendidikan masa khilafah Islamiyyah yang telah berkontribusi besar menyelamatkan dunia.

Kehadiran khilafah, yang memiliki kurikulum berbasis Aqidah Islam, yang menyiapkan ilmu berkualitas ,  yang memanusiakan pendidik,  hingga mampu melahirkan para ulama dan ilmuwan dan tak sedikit melahirkan polymath (yang menguasai berbagai bidang ilmu). Sungguh masa itu adalah masa keemasan khilafah  dengan sistem pendidikan yang sangat  keren, bahkan Barat dan Eropapun berbondong-bondong belajar dalam dunia pendidikan Islam yang dilegalkan kholifah.

Kurikulum  berkualitas bukan hanya sekedar melahirkan pribadi yang siap bersaing di dunia kerja hingga memperkaya materi, melainkan  mampu melahirkan pribadi yang berkarakter  unggul “cerdas akal dan sholih jiwa”  mampu memajukan bangsa dan menyelamatkan dunia dengan ilmu yang dimilikinya.

Untuk melahirkan pribadi unggul tersebut tidaklah instan, membutuhkan proses panjang pembinaan dengan  asupan ilmu shohih, bergizi dan bermanfaat dalam pendidikannya.

Reformasi besar-besaran kurikulum seperti apakah yang akan dirancang kabinet baru Jokowi melalu mendikbudnya?

Akankah kurikulum pendidikan yang dirancangnya mampu melahirkan manusia unggul cerdas sholih yang memiliki orientasi ukhrowi, mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dihadapan sang pemilik kecerdasan Allah Azza Wajalla? Wallahu’alam bishowwab.

HAWILAWATI