Terkoyak, terluka dan berdarah
Narasi Sesat yang tak terarah
Jadikan kondisi kian parah
Menjebak hingga membuat payah
Mereka muslim namun tak sama
Suka mengintimidasi dan provokasi
Tak beri peluang bagi syari’at
Mencekal jalan menuju cahaya
Memilih hidup dalam kubangan lumpur
Menjerat dalam gurita kemerosotan
Mengumpulkan noktah-noktah hitam
Hingga semua berubah kelam
Ini bukan tentang teori evolusi
Di Inggris atau juga di Prancis
Ini tentang pertiwi yang kian meringis
Yang lagi tak mampu membendung tangis
Ini bukan tentang atheis
Di Soviet, China atau Jermais
Bukan pula tentang kaum borjuis
Namun mengagungkan liberalis
Yang campakkan aturan Tuhan
Dengan kesombongan dan keangkuhan
Merasa diri paling hebat
Jadikan nafsu sebagai tuan
Cukup satu kata tuk menghancurkan
Cukup satu kata tuk menikam
Cukup satu kata tuk membunuh
Menumpas bibit-bibit kebangkitan
Bukan cadar kami yang salah
Tapi pemikiranmu terlalu dangkal
Bukan celana jingkrang yang tak boleh
Hanya kau yang jauh dari kata shaleh
Radikalisme teriak radikalisme
Sebab liberalisme yang begitu radikal
Menjalar merasuki hingga merusak nalar
Efek kebebasan yang kebablasan
Narasi sesat pembunuh karakter
Korbankan kejernihan pemikiran
Hanya demi ego dan kekuasaan
Yang berada di atas segala kepentingan
Lupa fungsi akal untuk apa dianugerahi
Sebab terganti nafsu yang menguasai
Tak lagi mampu tuk mengetengahi
Tinggalkan kesesatan yang mempengaruhi
Hilang arah dan tujuan hidup
Untuk apa hadir di dunia ini
Menghapus segala jati diri
Mengoyak tirai sanubari
Narasi sesat radikalisme
Buah pahit kapitalisme
Coba hancurkan idealisme
Tuk suburkan liberalisme
Jangan sampai terseret arus
Bila tak ingin takwa tergerus
Tetaplah di jalan yang lurus
Agar iman pun tak ikut pupus
Meski sulit tetaplah bertahan
Dengan perjuangan dan pengorbanan
Inilah bagian dari ujian
Untuk layak disebut beriman
Bogor, 26 November 2019
Mila Sari, S.Th.I
Sastrawan, Pegiat Opini, Pendidik Generasi dan Member Akademi Kreatif