Belum tuntas, satu kata yang menggambarkan masalah negeri ini. Mulai dari masalah remaja yang bergelut dengan narkoba. Ditambah banyaknya aksi bunuh diri karena permasalahan ekonomi, hingga masalah kebijakan-kebijakan penguasa yang anti Islam dengan mempermasalahkan cadar dan celana cingkrang namun lupa kasus korupsi tak kunjung usai bahkan badan pemberantasan nya pun dilemahkan.
Dari sekian banyak masalah, fokus utama pemerintah bukanlah terletak pada pelayanan urusan umat, namun fungsi keuntungan materi semata. Tak urung rakyat pun pasti menjadi korbannya. Tak heran rezim saat ini menuai banyak perlawanan dari rakyat akibat kebijakan yang dibuat sama sekali tidak berpihak pada rakyat, sebaliknya membuat rakyat semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Tidak? Ketika lapangan kerja sangat sulit didapatkan baik tenaga ahli maupun tenaga kasar, tapi pemerintah justeru mengimpor pekerja dari Aseng (China). Ketika gaji guru honorer memprihatinkan, pemerintah malah berencana mendatangkan dosen dari luar negeri.
Para petani pun terkena imbasnya. Impor bahan pangan yang dilakukan pemerintah secara masif membuat petani merugi karena hasil panen kalah bersaing dengan hasil impor. Pada akhirnya nasib petani berakhir tanpa kesejahteraan. Belum selesai penderitaan karena bahan pangan, rakyat dibuat kejang dengan biaya kesehatan yang mahal. Tak jarang rakyat miskin yang datang ke rumah sakit harus membawa jenazah l dengan digendong kerabatnya karena keluarga tak mampu membayar biaya pengobatan bahkan sekedar mobil ambulance untuk mengantar jasad ke rumah duka.
Rakyat merintih. Rakyat tersayat perih. Rakyat ingin mengadu, tapi kepada siapa? Rintihan penderitaan rakyat hanya menjadi data laporan kemiskinan semata. Pejabat tetap menyandang gelar tuan kapitalis saja. Pak presiden pun tak segan berkata, ” Itu bukan urusan saya”. Jika pak presiden saja berkata seperti itu, lalu kepada siapa lagi rakyat mengadu? Sampai kapan kondisi ini berlangsung? Apakah tidak ada solusi tuntas untuk permasalahan ini?
Rasulullah Saw datang di tengah tengah kaumnya tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Dimana zina merajalela, praktek riba sudah biasa, minum khamr tidak lagi dianggap dosa, bahkan membunuh anak perempuan yang baru lahir telah menjadi budaya. Rasulullah Saw menyampaikan Islam, awalnya terasa asing bagi umatnya. Namun kita bisa melihat bagaimana Umar bin Khattab yang awalnya sangat membenci Islam kemudian menjadi sosok yang sangat tegas dalam menyerukan agama Allah. Kita juga bisa melihat bagaimana Bilal bin Rabah rela disiksa oleh majikannya demi Islam.
Jika pada masa Rasulullah, Islam mencapai kebangkitan hakiki, maka tidak mustahil Islam mencapai kebangkitan yang ke-dua kali.
Lalu bagaimana Islam memberikan solusi atas kondisi yang terjadi saat ini? Allah berfirman:
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Banyaknya masalah yang terjadi saat ini akibat tidak diterapkannya hukum Allah di muka bumi. Maka dari itu hanya dengan menerapkan hukum Allah yang dipimpin oleh Khalifah dan dibawah naungan khilafah semua masalah dapat dituntaskan. Hukum Allah wajib diterapkan di muka bumi, termasuk Negari Pertiwi ini. In shaa Allah akan tercipta negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Bi idznillaah. Wallaahu a’lamu bi ash shawab.
LIAUL FAIZIN