Lebay, PAUD Terpapar Radikalisme

Lebay, PAUD Terpapar Radikalisme
HAWILAWATI

Dilansir KOMPAS.com – Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan masih banyak sekolah-sekolah yang menyampaikan ajaran yang mengarah ke radikalisme. Namun Ma’ruf tak merinci sekolah apa saja dan di mana saja yang ia maksud.

Hal itu disampaikan Ma’ruf saat membuka Dies Natalis ke-39 Universitas Islam Malang (Unisma), Jawa Timur, Rabu (27/11/2019).

Iklan Pemkot Baubau

“Banyak tulisan, gambar ataupun video tersedia dengan mudah untuk diakses melalui media sosial yang isinya menganjurkan kekerasan,” ujar Ma’ruf di Kampus Unisma.

“Bahkan beberapa pesan tersebut dapat lolos masuk dalam materi bahan ajar disekolah. Ini banyak juga sekolah-sekolah menggunakan ajaran-ajaran radikalisme,” lanjut dia. (Kompas.com 27/11/2019).

Anggota DPR RI Komisi I Fadli Zon tak percaya, banyak institusi-instuti dan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terpapar paham ajaran radikalisme.

Fadli Zon beranggapan, pernyataan semacam itu merupakan barang basi dan satu pelarian kegagalan-kegalalan untuk menunaikan janji ekonomi, kesejahteraan.

“Ini semacam eskapisme satu pelarian ya, dari kegagalan-kegalan untuk menunaikan janji ekonomi, janji kesejahteraan, akhirnya jualannya dagangannya itu soal radikalisme, terorisme, ini jualan kuno, barang basi sebenarnya yang menurut saya akan merugikan kita sendiri,” ucapnya.

Pernyataan tersebut, menanggapi pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, yang memperkirakan banyak sekolah PAUD terpapar paham ajaran radikalisme. (Indopolitika.com 02/12/2019).

Pendidikan usia dini adalah proses belajar secara alami sesuai dengan tumbuh kembang anak yang menyenangkan tanpa ada tekanan atau beban. Tujuannya agar potensi dirinya tereksplorasi dengan bagus , baik perkembangan motorik halusnya maupun motorik kasarnya bahkan perkembangan berfikirnya.

Di dalam islam, Pendidikan usia dini berawal dari keluarga yaitu madrosatul ula (sekolah pertama, dengan guru pertama dan utama adalah orangtunya, khususnya adalah ibu). Orangtua  harus menjadi role model terdekat bagi anak-anaknya.

Karenanya jika orangtua ingin generasinya baik dan Sholih maka orangtua harus menjadi teladan yang baik dan Sholih juga, karena  anak banyak belajar dari lingkungan yang terdekatnya. Daya rekamnya sangat tinggi, sensivitas panca inderanya kuat, apa yang ia indera akan cepat sekali ditiru.

Setiap jenjang pendidikan pasti memiliki target pembelajaran, tak terkecuali adalah level PAUD.

Apa target proses belajar untuk anak usia dini? Yaitu pembiasaan melakukan perbuatan yang baik. Bagi keluarga muslim dan lembaga pendidikan islam telah memahami bahwa amalan yang terbaik yaitu sesuai dengan tuntunan syari’at, karenanya jangan heran jika anak usia dini sudah ditanamkan pembiasaan amalan sesuai adab Rosulullah, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Bahkan orangtua maupun guru senantiasa mengajarkan mereka dengan doa-doa sebelum beramal, agar apa yg dilakukan menjadi nilai ibadah yang mendatangkan pahala  dan tidak sia-sia.

Akan sangat berbahaya jika Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dinyatakan sebagai tempat mengajarkan faham radikalisme. Pemerintah harus memperjelas bahan ajar  yang mana, yang radikal? Hal ini sama saja membuat rasa takut orangtua yang awam terhadap agama, akan muncul berbagai asumsi sesat, seakan-akan sekolah yang berbasis agama mengajarkan ajaran sesat dan  tindakan kekerasan.

Jika ini tidak terbukti sama saja pemerintah menebar fitnah terhadap dunia pendidikan islam.

Umumnya sekolah PAUD yang berbasis Islampun, aktivitasnya tak jauh dari  bernyanyi, bermain, berkarya mengenal angka dan huruf, bahkan membacapun tidak dibebankan bagi mereka.

Bahan ajar yang diberikan seputar Shiroh, Fiqih anak (pemahaman ibadah mahdoh), Tahsin, Tahfidz dan adab Rosulullah SAW.

Bahan ajar tersebut diberikan agar anak mencintai agamanya, sang penciptanya, suritauladan hidupnya  dan kitab sucinya. Ini sebagai bentuk penanam konsep Aqidah yang shohih.

Apa jadinya jika keluarga muslim abai terhadap pendidikan agama anak-anaknya sedari dini?, Kelak akan menjadi generasi yang lemah, rusak, tak memahami jati diri dan agamanya, bahkan akan hadir phobia terhadap agamanya sendiri dan yang paling miris generasi akan bingung apa yang harus  dilakukan sebagai muslim/ah karena miskin ilmu agama. Na’udzubillah min dzalik.

Justru yang menjadi tugas besar dan serius  pemerintah adalah  harus tegas dalam  menghapus situs-situs porno, bandar  narkoba, miras, aktivitas gaul bebas, LGBT yang kian menjadi-jadi dan berani berseliweran dihadapan.

Kemungkaran dan maksiat  ini jelas menjadi racun bagi generasi hingga membunuh karakter dirinya. Tak sedikit anak usia PAUD yang menjadi  korban keliaran para pelaku.

Sudah saatnya jika penguasa ingin maju negerinya, ingin cerdas dan Sholih generasinya maka harus serius memperhatikan dunia pendidikanya, berikan kurikulum pendidikan mulai level PAUD hingga Menengah Atas sesuai taraf berfikir generasi sesuai dengan tuntunan syariat. Agar generasi tumbuh menjadi pribadi yang terbaik. Bukan justru memberikan statemen-statemen lebay tanpa bukti yang jelas hingga menuai kontroversi. Wallahu’alam bishowwab

HAWILAWATI