Mengapa Narkoba Banyak Peminatnya?

Mengapa Narkoba Banyak Peminatnya?
ROSMIATI

Narkoba merupakan patologi sosial yang subur di Indonesia. Narasi darurat narkoba juga pernah disematkan pada bangsa ini. Pasalnya, barang yang masuk dalam daftar  ‘haram’ ini telah menyasar berbagai kalangan. Tidak lagi mengenal batas usia, dari yang muda sampai yang tua berbondong-bondong menjadi penikmatnya.

Menurut informasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) ada sekitar 4 sampai 4,5 juta pemakai narkoba di tanah air (kompas.com, 9/02/2019). Sekitar 2,3 juta penggunanya adalah para pelajar dan mahasiswa (CNNIndonesia.com, 22/06/2019).

Iklan Pemkot Baubau

Untuk wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) pengguna narkoba mencapai 29.012 orang. Dari jumlah itu, ada 490 tahanan  dari jumlah 1.100 narapidana yang terjerat kasus narkoba yang saat ini tengah berada di Lapas dan Rutan (Sultraantaranews.com, 6/02/2019).

Fenomena Narkoba di tanah air, memang bukanlah hal baru. Eksis sejak tahun 90-an awal,  tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Belum lama ini, Brigjen Pol Iriyanto selaku Kapolda Sultra mengungkapkan, jaringan pengedar narkoba nasional dan internasional telah berada di bumi anoa Sulawesi Tenggara. Dan mereka sudah melakukan upaya-upaya pengedaran.

Anehnya, kendatipun telah banyak yang tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi bahkan telah ada pula yang dihukum mati. Pegiat barang haram ini tak kunjung berkurang. Bahkan peminatnya nyaris mengalami tren kenaikan. Ada apa sebenarnya dengan barang perusak mental ini, mengapa kian banyak memiliki peminat di tengah masyarakat?

Narkoba Karibnya Kemiskinan dan Kebebasan

Ternyata narkoba dengan berbagai jenis turunannya subur karena kemiskinan yang tak kunjung selesai. Selama kemiskinan masih membersamai masyarakat, narkoba juga masih akan tetap  menarik di mata mereka.  Mengapa? Narkoba adalah ladang bisnis yang paling menjanjikan dari segi penjualan dan pendapatan. Kendatipun  menjualnya dengan cara ‘kucing-kucingan’

Coba kita cermati setiap data yang dikeluarkan oleh BNN, pengguna narkoba nyaris mengamali tren kenaikan setiap tahunnya. Bahkan penggunanya kian variatif. Tidak semata kalangan berduit saja. Rakyat kelas bawah yang sejatinya mempunyai persoalan finansial pun ikut menjadi pemakainya. 

Kebanyakan karena frustasi dengan nasib garis tangan,  menenangkan diri dengan barang terlarang ini. Sementara kita pun tahu, bahwa hidup di tengah kondisi yang mendewakan materi ini, ketenangan jiwa sukar didapatkan.  Dikarenakan banyaknya tuntutan hidup yang harus dipenuhi karena kondisi yang kian materialis dan hedonis.

Disamping itu, upah yang didapat dari berjualan barang haram ini juga tidaklah sedikit. Siapapun dia bisa kaya mendadak, dengan menggeluti bisnis haram ini. Itulah mengapa, di zaman ini, dimana mencari untuk sesuap nasi saja itu sulitnya luar biasa, profesi yang demikian ini diminati. Sudah kerjanya tidak butuh modal yang besar, penghasilan yang diperoleh malah menjanjikan. Maka siapa yang tak tergoda!

Olehnya itu, tidak mengherankan ketika ada seorang abdi negara berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) mencari pekerjaan sampingan berjualan sabu. Dengan alasan gajinya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak cukup untuk melunasi seluruh hutang-hutangnya (Zonasultra.com. 5/10/2019). Oleh karena itu, faktor kemiskinan juga turut memberi andil suksesnya narkoba eksis di tengah masyarakat.

Disamping itu, letak Indonesia yang strategis juga turut mempengaruhi ramainya narkoba di tanah air. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu negara yang letaknya berada tepat di bawah jalur segitiga emas negara pemasok narkoba di wilayah Asia. Yakni Thailand, Laos, dan Myanmar. Ketiga negara ini aktif memproduksi narkoba jenis heroin dan kokain. Sementara untuk narkoba jenis sabu diproduksi di Cina.

Kondisi ini membuat narkoba tidak akan bisa jauh dari bangsa ini. Belum lagi, wilayah Indonesia yang cukup terbuka. Sebagaimana yang terjadi di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Selain karena aktivitas penambangan yang pesat di sana, yang mana memungkinkan narkoba bisa saja di bawah masuk oleh kapal-kapal asing. Letak geografis Bangka Belitung juga mempengaruhi. Apalagi dari Laut Cina Selatan nyaris tidak ada penghalang. Sehingga tidak mengherankan jika di kepulauan ini banyak dijumpai lubang-lubang tikus  di sekitaran pesisir pantai. Yang mana ini diduga sebagai tempat penyelundupan barang haram ini.

Selain juga karena faktor kemiskinan. Budaya kebebasan juga turut memberi andil yang besar di dalamnya. Hidup di bawah paham pemisahan agama dari kehidupan. Dimana setiap orang tidak lagi terikat dengan hukum agama. Hidupnya dipenuhi dengan suka-sukanya. Halal haram tidak lagi diperhitungkan. Narkoba pun pada akhirnya diambil begitu saja. Tanpa menimbang perkara baik dan buruknya. 

Sungguh semua ini adalah buah dari penerapan sistem sekuler kapitalis yang hari ini masih kita emban bersama.  Keduanya akan menyuburkan virus ini. Kebebasan bertemu kemiskinan semakin klop ibarat kunci bertemu gembok.

Kemiskinan adalah hasil kerja sistem ekonomi kapitalisme begitu juga dengan kebebasan. Dan narkoba sekalipun haram, namun potensial mengisi gundik rupiah para kapitalis. Maka akan tetap diproduksi.

Di dalam Islam, hal-hal yang berpotensi merusak akal harus ditiadakan. Mengingat akal merupakan komponen terpenting yang dimiliki manusia. Sebagaimana FirmanNya, bahwa orang-orang yang berakal sehatlah yang mampu mengiksas keberadaan sang Pencipta ketika ia melakukan proses berfikir. Sehingga akal akan dipelihara. Olehnya itu, segalah bentuk yang merusaknya harus dilenyapkan. Begitupula narkoba dan lainnya.

Dengan menghidupkan tiga elemen penting, yakni keluarga, masyarakat dan negara narkoba bisa ditinggalkan. Keluarga selaku tempat pertama dimana pendidikan itu didapatkan harus benar-benar menghidupkan peranannya. Melakukan pembekalan dengan sebaik mungkin kepada generasi. Ilmu agama selaku fondasi dari kehidupan harus diberikan sehingga muncul rasa takut kepada sang Pencipta ketika hendak bermasiat.

Masyarakat juga harus memberi pengaruh yang positif. Kendatipun tidak dipungkiri bahwa keefektifan keduanya dalam menjalankan tupoksinya dipengaruhi oleh kebijakan negara selaku pemegang kendali utama.  Maka Melakukan upaya edukasi yang baik dan benar kepada segenap rakyatnya serta menumbuhkan kesejahteraan di tengah masyarakat menjadi benteng yang kokoh dari barang haram ini. Wallahu’alam

ROSMIATI