Jika sebutan bidadari dunia tanpa sayap itu ada, maka yang pantas menyandang sebutan tersebut adalah etnis Uighur. Paras cantik dan rupawan menjadi kekhasan Suku Uighur. Bahkan Suku Uighur pernah dinobatkan menjadi wanita tercantik se-Asia. Suku Uighur memiliki kulit putih dan mata lebar. Sebagian perempuannya bahkan mempunyai warna biji mata coklat kehijau-hijauan dan rambut pirang. Mereka termasuk bagian dari China tapi bukan Chinese. Dibalik pesonanya, Suku Uighur menjadi bidikan Wahid untuk dimusnahkan oleh China.
Kenapa China begitu menginginkan Suku Uighur musnah? Karena Islam menjadi jantung peradaban Suku Uighur. Islam bagai nafas Suku Uighur. Ratusan masjid megah dan madrasah besar mewarnai kehidupannya. Namun sayangnya, hal ini bertentangan dengan ideologi China, yakni komunis. Tabiat asli ideologi komunis adalah tidak menghendaki adanya agama (Tuhan), atheis. Dan pemerintah China selaku pengemban ideologi komunis berusaha menekan Uighur untuk meninggalkan Islam dengan berbagai cara, bahkan pembunuhan massal (genosida).
Pemerintah China, yakni pemerintah Xi Jinping menyatakan Islam sebagai “penyakit ideologis menular”. Sehingga, kamp-kamp “pendidikan ulang” pun dibangun untuk mengkarantina lebih dari 1 juta muslim Uighur. Dilaporkan Radio Free Asia, mantan tahanan dari kamp-kamp ini mengatakan bahwa mereka dipaksa meninggalkan keyakinan mereka, menyanyikan lagu-lagu Partai Komunis, mengonsumsi daging babi, dan meminum alkohol. Laporan-laporan lain menunjukkan bahwa beberapa orang yang dianggap memiliki “penyakit ideologis” yang kronis telah disiksa dan dibunuh. Jenggot panjang dinilai menjadi satu indikasi seorang Uighur teridap “penyakit” tersebut. (Kiblat.net, 21 Desember 2019)
Menurut laporan AFP, mengutip data dari lembaga HAM, terdapat 20 lokasi tempat kamp dibangun yang tersebar di kota-kota wilayah Xinjiang. Di setiap kamp memiliki fasilitas pengamanan seperti; pagar berduri, perangkat CCTV kualitas tinggi, tongkat besi, cambuk listrik, borgol besi, dan pentungan berduri.
Tekanan, kekejian, kekejaman dan kebiadaban dari pemerintah komunis China adalah bentuk kebusukan ideologi komunis. Benar, Ideologi komunis adalah faham biadab yang tidak berperikemanusiaan. Mereka menggunakan tangan besi atas nama negara untuk menghilangkan identitas agama suatu kaum. Semua kebiadaban ideologi komunis ini berusaha mereka tutupi dengan mulut dusta mereka yang menjijikkan.
Sungguh, dada kami sebagai umat muslim tidak kuat dan tidak sanggup lagi mendengar kabar dari saudara kami di Uighur. Hati ini merasakan sakit dan rasa bersalah yang luar biasa karena diri ini tidak sanggup menolong saudara kami dengan tangan-tangan kami. Negeri terbesar umat Islam, Indonesia, tidak berkutik sedikit pun di hadapan komunis China. Mereka bertekuk lutut di kaki komunis China. Bahkan hanya sekedar mengecam tindakan biadab China pun tidak mampu. Lagi-lagi karena alasan investasi dan ekonomi.
Sungguh, kami sebagai muslim merasakan setiap rintihan kesakitan dan jeritan sang bidadari dunia, Suku Uighur. Kami ingin merengkuh dan mendekapnya, membawanya ke tempat yang nyaman. Kami ingin menyelamatkan tubuh dan jiwanya. Mengusap air matanya. Mengobati lukanya. Tersenyum bersama. Hidup dalam peradaban Islam yang tinggi. Kerinduan itu tidak terbendung. Begitu kuat. Namun pertolongan tersebut tidak mampu kami lakukan. Kami hanya mampu sedikit berbicara dan menulis untuk membongkar setiap inchi kebiadaban dan kekejaman komunis China. Serta doa-doa kebaikan dan keselamatan untuk muslim Uighur yang senantiasa terpanjat. Hanya itu. Tak lebih.
Kami merindukan Khalifah al-Mu’tasim Billah yang menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi, kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim billah dengan lafadz yang legendaris: waa mu’tashimaah! Sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan melibas semua orang kafir yang ada di sana (30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 yang lain ditawan). Dan panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah hingga kota Amoria, karena besarnya pasukan.
Namun, keberadaan khalifah yang menjalankan syariah Islam secara kaffah dan menjaga darah serta kehormatan kaum muslimin kini tak ada. Sudah saatnya umat Islam bangkit, bergerak dan berjuang untuk memperjuangkan kehidupan Islam, sesuai Al Qur’an dan as Sunnah dalam bingkai khilafah. Dengan Khilafah lah umat Islam akan menjadi khairu ummah. Dengan Khilafah, negeri-negeri muslim akan disatukan. Dengan khilafah, kehormatan Islam dan kaum muslimin akan didapatkan. Dengan khilafah, para penjajah kafir akan dilenyapkan. Insya Allah.
إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به
“Sesungguhnya Imam adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi”. [HR Muslim]
Wallahu a’lamu bish-shawab.
Oleh: Erni Yuwana (Aktivis Muslimah)