Islam Atasi Banjir dari Hulu Hingga Hilir

Islam Atasi Banjir dari Hulu Hingga Hilir
Ulfa Sari Sakti

Banjir dan macet DKI Jakarta merupakan dua masalah urgen dan masih terus dicarikan solusinya.  Berbagai upaya terus dilakukan, tetapi wilayah yang terdampak banjir Jakarta bukannya semakin berkurang, tetapi semakin bertambah.  Ada pihak yang menganalisa penyebab hal itu karena masifnya pembangunan infrastruktur di ibu kota RI ini, tetapi ada juga pihak yang menganalisis selain faktor infrastuktur (tata ruang yang tidak disertai AMDAL yang baik), telah terjadi kerusakan dihulu.  Olehnya itu perlu solusi normalisasi infrastruktur pencegah banjir serta naturalisasi daerah hulu.

Tetapi apakah solusi itu akan segera dilaksanakan, mengingat banyaknya kepentingan pada sistem kapitalis saat ini,mulai dari pembangunan kawasan bisnis para pemodal yang tidak lagi memperhatikan tata ruang serta adanya ego antar daerah.  Bandingkan jika sistem yang dianut yaitu sistem Islam, tentunya masyarakat yang terbentuk berdasarkan perasaan, pemikiran dan aturan yang sama sehingga bukanmateri (kepentingan) yang menjadi prioritas, tetapi kemaslahatan umat, karena kerja semata-mata untuk mencari ridha Allah swt.

Iklan Pemkot Baubau

Vivanews (3/1/2020) memberitakan Menteri PUPR , Basuki membantahbanjir dibeberapa wilayah di Jabodetabek karena masifnya pembagunan infrastruktur tanpa mengindahkan lingkungan.  Hal ini senada denganGubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang tidak mau menyalahkan pembangunan infrastruktur.

Basuki juga memastikan pembangunan infrastruktur secara keseluruhan misalnya jalan tol sudah memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkugan (AMDAL). 

Sementara itu, terkait AMDAL yang rencananya juga akan disederhanakan melalui Omnibus Law nanti, Basuki menegaskan itu hanya untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemukiman.  “RTRW yang itu (Omnibus Law) untuk pemukiman. 

Belajar Atasi Banjir dari Sistem Islam

Jika sistem yang dianut yaitu sistem Islam, tentunya masyarakat yang terbentuk berdasarkan perasaan, pemikiran dan aturan yang sama, sehingga bukanmateri (kepentingan) yang menjadi prioritas, tetapi kemaslahatan umat, karena kerja semata-mata untuk mencari ridha Allah swt.  Dengan begitu tidak ada pengrusakan hutan di daerah hulu baik untuk kepentingan pertanian maupun bisnis, tidak ada lagi pembangunan yang dilakukan pemodal pada tempat-tempat yang dulunya merupakan daerah tangkapan air (catch area), serta pemerintah (khilafah) tentunya akan tegas menindak para pengrusak alam serta para pelanggar aturan.  Dengan demikian pencegahan banjir dari hulu hingga hilir akan terlaksana tanpa embel-embel kompromi dengan pihak mana pun.

Tidak kalah pentingnya khilafah akan membangun sarana fisik pencegah banjir seperti yang telah dilakukan pada negeri-negeri Islam misalnya di Iran, Madinah, Irak, Afganistan dan Yaman.  Didekat Kota Madinah Munawarah, terdapat bendungan yang bernamaQusaybah.  Bendungan ini memiliki kedalaman 30 meter dan panjang 205 meter.  Bendungan ini dibangun untuk mengatasi banjir di Kota Madinah.

Di masa kekhilafahan Abbasiyah dibangun beberapa bendungan di Kota Baghdad, Irak.  Bendungan-bendungan itu terletak di sungai Tigris.  Pada abad ke-13 Masehi, di Iran dibangun bendungan Kebar yang hingga kini masih bisa disaksikan.

Di wilayah Afganistan, kini terdapat tiga buah bendungan yang dibangun oleh Sultan Mahmud Ghaznah (998-1030 Masehi).  Satu diantara tiga bendungan itu dinamakan dengan bendungan Mahmud, dengan tinggi 32 meter dan panjang 220 meter.  Bendungan ini terletak di100 km dari Kabul.

Model bendungan yang dibangun oleh insinyur Muslim pun beragam.  Bahkan, model-model bendungan modern banyak yang mengadopsi model bendungan yang diciptakan oleh kaum Muslim.  Bendungan dengan model bridge dam (bendungan jembatan)dapat ditemukan di daerah Dezful, Iran.

Bendunganpengatur air (diversion dam)juga berhasil dibangun oelh sarjana-sarjana muslim.  Bendungan ini difungsikan untuk mengatur atau mengalihkan aliran air.  Bendungan pengatur air pertama kali di bangun di sungai Uzaym, di Jabal Hamrin, Irak.  Setelah itu, bendungan model ini di bangun di daerah-daerah lain di negeri Islam.

Pada 970 Masehi, orang-orang Yaman berhasil membangun bendungan Parada dekat Madrid, Spanyol.  Hingga kini, bendungan-bendungan yang dibangun pada masa keemasan kekhilafahan Islam, masih bisa dijumpai di Kota Kordoba.  Diantara bendungan masyhur di Kordoba adalah bendungan Guadaquivir yang diarsiteki oleh Idrisi.  Bendungan ini didesain sedemikian rupa hingga bisa difungsikan untuk alat penggilingan hingga sekarang.  (muslimahnews.com, 6/1/2020)

Musibah adalah Qadha, agar Kita Bermuhasabah dan Bertobat

Layaknya sakit yang diberikan Allah swt kepada seorang hamba untuk menguji keimanannya, apakah ia ikhlas dengan ujian itu sehingga membuatnya naik kelas (ditinggikan derajatnya), begitu pula dengan musibah banjir, Allah swt berikan, salah satunya agar manusia dapat mengintropeksi diri (muhasabah) atas perilakunya selama ini, baik terhadap alam maupun dalam beraktivitas yang mengundang azab Allah swt.

Firman Allah swtdalam QS Ar Rum 41-42, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).  Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlahbagaimana kesusahan orang-orang dahulu.  Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.

Selain itu jangan kita lupa bahwa musibah seperti banjir merupakan qadha Allah swt, sehingga kita harus menyikapinya dengan sabar dan ridha.  Sebagaimana Firman Allah swt dalam QS Al Baqarah : 155, “Sungguh Kami akan menguji kalian dengan rasa takut dan kelaparan.  Juga dengan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan.  Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Olehnya itu, sudah saatnya kita bersegera untuk meminta ampun atas dosa-dosa yang kita sumbangkan, sehingga menyebabkan Allah swt menurunkan musibahnya.  Salah satunya dengan menerapkan hukum-hukum Allah swt di bumi NKRI ini.  Semoga hal tersebut segera terlaksana.  Wallahu’alam bishowab.

Oleh: Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)