Setelah beberapa waktu lalu masyarakat dihebohkan dengan pernyataan Sinta Nuriyah tentang tak wajibnya menutup aurat. Kini kembali diawal februari kaum feminisme mempropagandakan No Hijab Day, tepat di 1 Februari.
Dari laman resminya di Facebook, komunitas Hijrah Indonesia telah disukai oleh 377 orang dengan 399 followers. Komunitas yang hanya melampirkan deskripsi singkat tempat keberadaanya ini adalah penyelenggara acara “No Hijab Day” di media sosial.
Dipelopori oleh Yasmine Mohammad , kampanye “No Hijab Day” digelar melalui media sosial. Kampanye hari tanpa hijab ini dirayakan setiap 1 Februari. Dalam penjelasan acara, Hijrah Indonesia menulis “Karena itulah, Hijrah Indonesia mengajak Anda para perempuan Indonesia baik Muslim maupun bukan Muslim untuk meramaikan #NoHijabDay dengan menayangkan foto foto Anda berbusana dengan nuansa Indonesia dengan memperlihatkan kepala Anda tanpa memakai hijab/jilbab/ niqab/cadar/ kerudung dan semacamnya di akun media sosial Anda, baik instagram, facebook, maupun twitter dan blog Anda dengan hashtag #NoHijabDay dan #FreeFromHijab pada 1 Februari 2020”.
Memandang hal tersebut, ini merupakan cara yang tak lain adalah pengajakan kepada seluruh muslimah untuk bermaksiat kepada Allah. Sudah kita pahami didalam islam, setiap muslimah yang sudah baligh maka hendaknya mereka menutup auratnya. Hal ini telah dijelaskan dalam surah Al Ahzab 59 dan An Nur 31. Maka bagi setiap muslimah yang jika turut serta dalam kampanye sesat tersebut, jelas telah melakukan dosa kepada Allah dan Rasulullah.
Disisi lain, Pakar Parenting Islam, Ustadzah Yanti Tanjung menyebut, hal ini sebagai upaya kaum liberal untuk mengaburkan ajaran Islam tentang kewajiban menutup Aurat dan cara mereka melecehkan Muslimah. (Laujustice.co, 02/02/20).
Yanti Tanjung yang juga penulis buku best seller parenting Islam ini, sangat menyayangkan kampanye yang dilaksanakan oleh Komunitas Hijrah Indonesia itu. Karena menurutnya acara itu akan merusak akidah keluarga muslim khususnya di Indonesia.
Ide-ide kaum feminis yang terkungkung dalam sistem liberal semakin memberi kesan betapa bahayanya pemikiran tersebut jika disebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat. Terlebih lagi jika pemikiran tersebut menjadi konsutif para muslimah.
Gagasan Gerakan Feminis saat ini tak bisa dipandang sebelah mata terutama bagi muslimah yang aktif dalam sebuah pergerakan. Sebab, itu akan menjadi rancu tatkala sudut pandang kita hanya mengacu pada ide-ide pergerakan kaum liberal lainnya. Gagasan feminisme tak hanya sekedar menuntut keadilan dan kesetaraan gender. Mereka pun menuntut hak kebebasan untuk menampakkan tubuh, salah satu kampanyenya yaitu no hijab day.
Tak hanya itu, pada Jumat 11 Maret 2016 di Kinosaurus dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional, kolektif Mari Jeung Rebut Kembali bekerja sama dengan Kinosaurus mengadakan sebuah perayaan yang bertujuan untuk meraih kembali kebertubuhan perempuan. Perayaan ini menekankan pada keberagaman tubuh perempuan sekaligus pernyataan sikap bahwa perempuan berhak memiliki otoritas penuh atas tubuhnya sendiri. (ProvokeOnline.com, 14/03/16).
Acara ini pun mengusung tema “Tubuhku, Otoritasku” sebagai bentuk keprihatian kolektif Mari Jeung Rebut Kembali terhadap merosotnya penghargaan hak dan kesetaraan terhadap perempuan dan tubuhnya. Perempuan seringkali dibatasi dalam ekspresi berpakaian atas nama norma.
Kebebasan atas nama HAM yang digaungkan kaum feminisme maupun liberal tak hanya didukung oleh pemerintah. Bahkan hal ini pun mendapat sokongan dari barat. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ide-ide yang dibawa oleh mereka bukan tak lain adalah berasal dari barat. Tujuannya apa? Jelas untuk merusak dan menghancurkan umat islam melalui pemikiran.
Umat islam dirusak aqidahnya hingga memberi gambaran buruk seolah-olah kewajiban seorang muslimah menutup aurat adalah sebuah pengekangan dan pemaksaan. Disisi lain, mereka berusaha mengaburkan ajaran islam bahwa wanita bebas bereksperi pada tubuhnya dan tak wajib menutup aurat.
Inilah bahaya pemikir liberal, merusak dan menyesatkan. Dilain pihak mereka lebih mengutamakan kebebasan dari pada mengikuti aturan yang telah diatur dalam Al Qur’an maupun Hadist. Bahkan mereka pun mampu mepleteri ayat-ayat Al Qur’an demi melegalkan keinginan mereka.
Islam sendiri telah mengatur bagaimana seharusnya tampilan seorang muslimah ketika telah baligh. Dalam sebuah hadist, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :
Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah].
Bagi muslimah menutup aurat bukan sekedar mengikuti trend, tapi lebih dari itu. Menutup aurat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaimana kewajiban menjalankan sholat 5 waktu. Berpahala jika melaksanakannya dan berdosa jika meninggalkannya.
Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :
Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim, no. 2128].
Maka jelas ada ancaman bagi muslimah yang secara sadar enggan menutup aurat. Atau bahkan secara sadar memamerkan bentuk tubuhnya untuk mendaptkan pengakuan manusia. Sungguh hanya islamlah yang sangat menghormati dan memuliakan wanita. Dan hal ini sudah cukup jelas diterangkan dalam Al Qur’an dan Al Hadist.
Demikian saatnya kaum muslim bangkit untuk melawan ide-ide liberal yang disebarluaskan ke tengah-tengah umat. Dengan menyebar luaskan dakwah islam kaffah, umat akan dipahamkan tentang ide atau gagasan dari kaum feminis maupun liberal. Hal ini seyogyanya akan mematahkan ide-ide liberal yang hendak mengaburkan ajaran islam. Wallahu A’lam Bishshowab.
HAMSINA HALISI ALFATIH