Saat ini dunia masih hangat membincang wabah vicod-19, namun kita pun tidak akan menutup mata atas tragedi berdarah di India beberapa waktu lalu.
Dilansir vivanews.com, 29/02/20, India memanas karena bentrokan yang menyebabkan umat Muslim terpinggirkan dan mengalami kekerasan. Lebih dari 30 orang tewas dan menjadi sorotan belahan dunia lainnya.
Akibat rusuh dan pembantaian di ibu kota India itu pemandangan kota kini meninggalkan petak-petak bekas puing sehingga tampak seperti zona perang. Itu terlihat dengan masjid-masjid yang terbakar, toko-toko dan bangunan-bangunan lain, pecahan kaca dan kendaraan yang hangus. (Republika.com, 1/03/20).
Tragedi berdarah yang menimpa kaum muslim baik di India, Palestina, Rohingya, Suriah, maupun Uighur hingga saat ini telah menambah daftar panjang penderitaan kaum muslim setelah runtuhnya daulah khilafah Turki Utsmaniyyah 96 tahun lalu. Penderitaan yang tak kunjung berakhir ditambah hadirnya national statet menjadikan umat islam tercerai berai dalam kungkungan nasionalisme.
Apa yang terjadi pada Muslim di seluruh dunia saat ini? Lihat bagaiman muslim Uighur mereka ditempatkan di kamp-kamp konsentrasi bahkan disiksa hingga meregang nyawa. Di Myanmar mereka dibantai secara massal. Di India mereka telah menjadi sasaran pogrom sistematis. Di palestina, mereka dibunuhi setiap hari. Di Eropa dan Amerika Serikat mereka harus tunduk pada meningkatnya demonisasi dan penganiayaan.
Nasib umat islam dari satu ujung dunia Muslim ke dunia Muslim yang lain, saat ini haruslah membuka mata serta kesadaran kita bahwasanya kebebasan atas dasar Hak Asasi Manusia tidak diberikan kepada terkhusus bagi umat islam. Diiran Iran, Suriah, dan Mesir bahkan harus hidup di bawah rezim tirani, diktator yang kejam, junta militer yang kejam, dengan kebebasan sipil mereka yang paling dasar dan hak asasi manusia dilanggar.
Tragedi berdarah, genosida hingga pelanggaran HAM yang tak kunjung usai pasca runtuhnya khilafah sejak tanggal 3 maret 1924 semakin menambah duka umat islam. Disisi lain para pemimpin muslim yang memiliki kekuatan militer yang begitu kuat justru tak berkutik melawan kekuatan musuh-musuh islam. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa lemahnya ikatan nasionalisme tidak mampu membawa kemaslahatan kepada seluruh manusia. Disisi lain, kapitalisme menjadikan para pemimpin muslim lebih beromantis ria dengan penjajah kafir walaupun mengorbankan darah kaum muslim.
Apa yang kita saksikan bukanlah sebuah drama kolosal melainkan permainan para penguasa yang sedang mencari keuntungan dibalik penindasan umat islam. Melihat kenyataan ini mungkinkah kita masih berdiam diri? Jelas tidak. Karenanya untuk mengakhiri tragedi pilu umat muslim saat ini ialah dengan kembali memperjuangkan khilafah sebagai benteng pertahanan dan pelindung umat.
Dibalik sikap dunia islam yang ambigu terhadap kekerasan yang di alami kaum muslim, memperpanjang derita umat Islam di berbagai belahan dunia. Kaum muslim saat ini menanggung penderitaan yang menahun.
Karenanya tidak bisa di sangkal lagi umat butuh kekuatan nyata yang mampu menyelamatkan dan melindungi mereka.
Umat butuh institusi politik yang independen yang tidak terpengaruh tekanan asing. Karenanya tegaknya Khilafah yang akan menerapkan Islam secara kaffah yang akan berperan sebagai junnah sudah sangat mendesak.
Kehidupan kaum muslimin saat ini bagaikan anak ayam kehilangan induknya, besar jumlahnya namun tercerai berai dalam sekat-sekat nasionalisme warisan penjajah, hingga dilecehkan kehormatannya oleh kaum yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya, dibantai dan diusir dari tanah kelahirannya oleh kaum kafir tiran seperti yang terjadi pada kaum muslimin di Palestina, Myanmar, Suriah dan belahan bumi lainnya, fakta yang tak bisa dipungkiri oleh mereka yang masih memiliki kejelian mata dan berfungsi kepekaan hatinya.
Tidakkah semua itu mengingatkan kita kepada sosok penguasa yang dibai’at kaum muslimin untuk menegakkan hukum-hukum Allah, melindungi harta, kehormatan dan darah kaum muslimin, ialah al-Imam yakni al-Khalifah, berdasarkan sabdanya -shallaLlâhu ’alayh wa sallam- yang mulia; dari Abu Hurairah –radhiyaLlâhu ’anhu-. bahwa Nabi Muhammad -shallaLlâhu ’alayh wa sallam- bersabda:
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Semoga dibalik penderitaan kaum muslimin seluruh dunia dapat menyadarkan kita semua, bahwasanya Khilafah harus segera hadir kembali di muka bumi ini. Sebab hanya khilafah yang mampu mengembalikan kehormatan, darah, harta, wilayah serta kemuliaan umat islam seluruh dunia. Wallahu A’lam Bishshowab
HAMSINA HALISI ALFATIH