Kapitalisme Membebani Rakyat, Islam Melayani Rakyat

Satriani

Kendari – Wilayah Sulawesi Tenggara kekurangan Alat Perlindungan Diri (APD) penanganan virus Corona Covid-19. Sejauh ini, rumah sakit rujukan Covid-19, RS Bahteramas dan RSUD Kota Kendari, sangat kekurangan APD untuk dipakai tim dokter, perawat, dan pasien. Meskipun banyak bantuan yang datang, tetapi dengan persediaan yang ada, hanya bertahan 2 minggu. Hal ini, terungkap saat Senator asal Sulawesi Tenggara, Wa Ode Rabiah Al Adawiya, menerima laporan soal kondisi rumah sakit.Sebelumnya, Direktur RS Bahteramas Sulawesi Tenggara, dr Sjarif Subijakto, menyatakan jumlah baju lengkap APD ada tersisa 56 buah, masker N-95 sebanyak 340 buah, dan masker biasa sebanyak 1249 buah.

“Paling lama 2 minggu dengan jumlah sebanyak ini,” ujarnya. Namun, dia memastikan banyak pihak peduli soal penyebaran cepat Corona Covid-19.Saat ini, di Sulawesi Tenggara, mulai dari Gubernur hingga Dinas Kesehatan juga berupaya melobi hingga ke tingkat pusat terkait percepatan penanganan Corona Covid-19. Sultra sudah memiliki tiga pasien positif dan puluhan PDP yang memerlukan penanganan segera.

Iklan Pemkot Baubau

Penggunaan Alat Pelindung diri (APD) yang menjadi kebutuhan utama bagi dokter dan tenaga medis sebagai gerda terdepan dalam menangani pasien infeksi virus corona (Covid-19) dan Harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dan standar kesehatan dari World Health Organization (WHO). Selain standar WHO penggunaan APD juga harus sekali pakai. Dokter ahli kesehatan masyarakat Halik Malik menjelaskan ketentuan pemakaian APD bagi tenaga medis. APD untuk tenaga kesehatan terdiri dari cover all jumpsuit yang serupa baju astronaut, penutup kepala, kacamata pelindung, masker, sarung tangan, dan sepatu. Penggunaan APD di ruangan isolasi, ICU, IGD, atau ruang administrasi akan berbeda. Misalnya, setelah keluar satu ruang isolasi di mana terdapat sejumlah pasien, APD harus dilepas dan diganti dengan yang baru saat masuk ke ruang isolasi lain.

“Di ruangan isolasi yang ada sejumlah pasien selama di ruangan itu menggunakan APD. Ketika keluar harus melepas APD dan mengganti dengan yang baru saat masuk,” tutur Halik yang juga merupakan anggota IDI, kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/3). Masker juga harus diganti jika sudah basah.
“Untuk masker sendiri, pemakaian terbatas 4-6 jam. Itu idealnya sudah harus diganti,” ucap Halik. Menurut Harif, kelangkaan APD tak bisa diganti dengan barang karena akan justru membahayakan tenaga medis.

Namun disayangkan masih temui tenaga medis diberbagai wilayah memiliki kesamaan dalam mengatasi kekurangan APD menggunakan dengan jas hujan hingga kantong plastik sampah yang tidak memiliki standar dari WHO. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M. Faqih, hal ini terjadi lantaran ketersediaan APD tidak dapat mengimbangi lonjakan jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat.

“Kawan-kawan di lapangan sekarang banyak melakukan modifikasi-modifikasi dari bahan-bahan yang menurut kawan-kawan masih bisa dipakai, seperti kantong plastik sampah dimodifikasi menjadi alat pelindung diri,” kata Faqih kepada CNN Indonesia Tv, Sabtu (28/3).

Kapitalis Akar Permasalahan
Hidup dalam sistem kapitalisme memang sangat tidak manusiawi semua dinilai dengan materi, mengatur sesuai dengan kepentingan pribadi hingga jangan heran masalah pandemik seperti ini tidak kian teratasi sebab akar yang salah menimbulkan masalah yang kian menggunung mengatahui bahwa APD ini kebutuhan utama para petugas menis yang mesti dipenuhi segera namun disayangkan masih banyak ditemui kejadian yang miris terjadi APD menjadi alat yang langka disisi lain pasien Covid-19 terus meningkat setiap hari tak sedikit para petugas medis akan merasa was-was perlengapan mereka tidak memadai jika berfikir sudah banyak petugas medis menjadi korban selain karena terjangkit virus Covid-19 juga karena kelelahan dan apa jadinya jika para medis tak lagi menyanggupi siapa lagi yang dapat merawat pasien Covid-19.

Islam Punya Solusi

Ajaran Islam merupakan din yang sempurna tak satupun masalah manusia tidak ditangani secara mustanir (cemerlang) tentang termasud menyikapi pandemic saja yang dimana sebelum para pakar menemukan solusi dari permasalahan ini . Hampir 14 abad yang alau Rasulullah SAW telah memberikan solusi dari pandemic tersebut yakni lokdown atau karantina Rasulullah Saw bersabda jika kalian mendengarkan wabah melanda suatu negeri, maka jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya.(HR. Bukhari dan muslim).

Melihat potret kegemilangan islam yang memberikan pelayanan kesehatanpu dijamin yang dimana Negara sebagai gerda terdepan dalam menyelamatkan rakyatnya Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya al-imam(khilafah) itu laksana perisai,dimana orang-orang akan berperang di belakang (mendukung) dan melindungi dari musuh dengan kekuasaanya. Jika ia memerintahkan supaya takwah kepada Allah azza wajalla dan berlaku adil maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selainnya itu, maka dia akan mendapatkan siksa. (HR. Bukhari,muslim,An-nasai,Abu Dawud,Ahmad) .

Oleh karena itu Negara berkewajiban melayani mereka dalam memenuhi kebutuhan mendasar setiap individu secara Cuma-Cuma salah satunya adalah masalah kesehatan anggaranya didapat tersebut diri baitulmal melalui kepemilikan umum seperti Sumer daya alam kaum muslimin. Pelayanan kesehatan yang luar biasa dalam sistem khilafah yang menyediakan berbagai peralatan yang memadai dalam keperluan medis semua diperhatikan baik para petugas medis maupun pasien, salah satu candikiwan sejarawan will Durant dalam the story of Civilization menuturkan islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak,sekaligus memenuhi keperluannya.

Contohnya Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit, tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata, bahwa cahayanya tetap bersinar dan tak perna padam selama 267 Tahun.

Diantaranya pula di Rumah sakit di Kairo yang didirikan tahun 1248 M oleh khalifah al-Mansyur, dengan kapasitas 8.000 tempat tidur dilengkapi tempat masjid pasien dan chapel untuk pasien Kristen. Rumah sakit dilengkapi dengan musik terapi untuk pasien yang menderita gangguan jiwa. Setiap hari melayani 4.000 pasien, selain memperoleh perawatan obat dan makan gratis tetapi berkualitas,para pasien juga diberikan pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan hal ini berlangsung 7 abad.

Negara juga melaksanakn tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mempunyai kondisi sosial khusus yang belum mempunyai rumah sakit, para tahanan dan para musafir untuk itu mendirikan rumah sakit keliling tanpa mengurang kualitas pelayanan. Rumah sakit ini dilengkapi dengan alat-alat terapi kedokteran dengan sejumlah dokter dan alat-alat dokter dan menelusuri pelosok-pelosok Negara. Alhasil, jika melihat pada masa keemasan islam pelayanan kesehatan di jaminan dengan kecukupan cukup lebih dari cukup dan ini semua akan terwujud kembali jika kita semua menginginkan berada dalam sistem Islam. Wallahu alam.

Oleh : Satriani (Mahasiswi Fakultas USN dan Aktifitis BMI Kolaka)