Perang Tanpa Perisai di Lingkaran Covid-19

ERNI YUWANA

Pesona tenaga medis membuat mata masyarakat memandang kagum, cemas sekaligus terharu. Mereka layaknya garda terdepan dalam peperangan melawan virus Covid-19 ini. Pengorbanan para dokter dengan bertaruh nyawa menunjukkan betapa besarnya perjuangan mereka melawan serangan Covid-19.

Masyarakat juga tidak bisa menutup mata menyaksikan para petugas medis yang mengenakan alat pelindung diri (APD) yang panas dan berlapis-lapis. Bahkan beberapa petugas mengenakan APD yang tidak memenuhi standar. Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dr Adib Khumaidi mengatakan saat ini tim medis masih menggunakan cara alternatif untuk melindungi dirinya seperti menggunakan jas hujan sebab penggunaan APD hanya bisa sekali pakai saja.

Iklan Pemkot Baubau

“Terkait dengan APD untuk saat ini laporan dari teman-teman di lapangan masih dirasakan kurang karena kalau kita bicara secara kuantitatif dan jumlah kita tahu bahwa APD merupakan alat yang sekali pakai kemudian dengan sejumlah tenaga kesehatan yang cukup banyak saya kira ini masih kurang” Ujar Adib Khumaidi dalam penjelasannya. (Kompas TV, 05/04/2020)

Tanpa APD yang memadai, petugas medis layaknya berperang tanpa perisai. Petugas medis pun satu persatu gugur setelah dinyatakan terpapar COVID-19 atau hal lain yang berkaitan dengan tugas mereka dalam melawan virus corona. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat, sebanyak 24 dokter meninggal dunia terkait Corona COVID-19. Data tersebut dihimpun hingga per 5 April 2020. (www.Liputan6.com, 06/04/2020)

Selain APD, ketersediaan peralatan kesehatan lain juga masih sangat kurang. Jumlah ventilator di ruang ICU rumah sakit pemerintah (BUMN) baru mencapai 50%. Padahal kebutuhan ventilator untuk penanganan Covid-19 sangat penting. Secara sederhana, Ventilator adalah sebuah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan seseorang. Melalui alat ini, pasien yang sulit bernapas akan dibantu untuk mendapatkan udara dan bernapas seperti orang normal.

Virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19 menyerang saluran udara dan mengganggu fungsi normal sel-sel pada paru-paru. Saat pasien sakit kritis dan kesulitan untuk bernapas, maka ventilator mempunyai peran penting untuk membantu pasien bernapas, seperti dikutip dari Medical Daily, (8/4/2020).

Sedangkan jumlah pasien yang positif terinfeksi Virus Corona (Covid-19) pada tanggal 8 April 2020, terus bertambah banyak menjadi 2.956 orang. Dari jumlah itu, 240 orang di antaranya meninggal dunia dan 222 pasien dinyatakan sembuh. (CNN Indonesia, 08/04/2020)

Namun, tidak hanya APD dan ventilator saja yang kurang, ketersediaan produk pencuci tangan dan masker di tengah masyarakat juga langka. Sekalipun ada, ketersediaannya terbatas dan harganya melambung tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Bahkan lonjakan harga hingga 400 persen. Kini, masker dan produk cuci tangan telah menjadi kebutuhan wajib di tengah merebaknya virus pendemi ini. Kebutuhannya menjadi kebutuhan primer sebagai langkah ikhtiar masyarakat untuk melindungi diri dari virus. Seharusnya pemerintah melindungi kebutuhan primer masyarakat. Jika pemerintah tidak mampu menggratiskan, maka pemerintah harus mampu membuat harga tetap stabil dan mudah didapatkan oleh masyarakat. Bukan malah menyerahkan semuanya kepada mekanisme pasar, dimana para kapitalis bermain disana demi meraih untung berlipat-ganda.

Namun, lagi-lagi yang terjadi adalah menyerahkan urusan primer kepada pasar alias para kapitalis pemilik modal. Wajar jika kebutuhan masyarakat dibatasi dan dikendalikan oleh para kapitalis dalam meraih keuntungan yang besar di tengah wabah corona Covid-19. Masker dan produk pencuci tangan pun diperjual-belikan dengan harga yang fantastis. Maka, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menindak tegas para penimbun barang tersebut.

Jika pemerintah abai dan lalai terkait kesehatan masyarakat, maka bukan hanya para petugas medis saja yang berperang tanpa perisai, tapi seluruh lapisan masyarakat pun demikian. Mereka bertaruh nyawa di Medan Covid-19 tanpa pelindung. Tak heran jika, angka korban virus pandemi ini semakin banyak dan meluas. Karena sejatinya, fungsi negara itu adalah perisai bagi masyarakat. Peran negara sesungguhnya adalah untuk melindungi jiwa, melindungi keamanan, melindungi negara, memelihara akal, melindungi kehormatan, serta melindungi agama.

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به

“Sesungguhnya Imam (penguasa/pemerintah) adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi”. [HR Muslim]. Wallahu a’lamu bish-shawab.

ERNI YUWANA (AKTIVIS MUSLIMAH)