Pengorbanan yang Tak Terbalas

Pengorbanan yang Tak Terbalas
NUR LAILY

Namanya Nuria Kurniasih. Dia adalah seorang Perawat yang menangani pasien Virus Corona. Perjuangannya yang begitu besar dalam merawat pasien Corona menjadikan dia terinfeksi virus yang sama. Nuria terpapar virus Corona dan akhirnya meninggal dunia di Ruang ICU RSUP Kariandi Semarang, kamis (9/4/2020).

Pemakaman Nuria rencananya dilakukan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sewakul Ungaran Timur. Sayangnya semua pengorbanan Nuria tak terbalas manis. Ketua RT dan warga sekitar menolak Nuria dimakamkan di TPU Sewakul, karena khawatir dapat menularkan virus corona. Pihak keluarga pun memohon kepada warga agar Nuriah boleh dimakamkan di sana, namun tak berbalas. Akhirnya, Jenazah Nuria pun dibawa kembali ke RS Kariadi. Pihak RS pun menghubungi pemerintah kota Semarang agar jenazah sang perawat bisa dimakamkan di TPU Bergota, Semarang. Permohonan disambut, jenazah sang perawat itu pun akhirnya dikebumikan di TPU Bergota pada malam harinya. (www.cnnindonesia.com, 10/04/2020)

Iklan Pemkot Baubau

KH Fadlolan Musyaffa, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah mengingatkan, jika masyarakat di suatu daerah menolak pemakaman jenazah maka semua warga di kampung ikut berdosa. Achmad Yurianto juru bicara Pemerintah untuk penanganan Virus Corona juga meminta agar tidak ada lagi masyarakat yang menolak penguburan jenazah yang meninggal akibat terjangkit Virus Corona. Sebab, setiap jenazah yang meninggal telah ditangani sesuai Protokol Kesehatan dari Kementrian Agama dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)Nomor 8 tahun 2020. (Kompas.Com,11 April 2020)

Wakil Presiden, Ma’aruf Amin kecewa dengan masih adanya pihak yang menolak pemakaman jenazah korban Virus Corona di tanah air. Wapres menilai seharusnya tidak ada alasan bagi Masyarakat menolak pemakaman jenazah korban Virus Corona yang melalui pemulasaraan sesuai Protokol Kesehatan. (Republik.co.id, 16/4/2020)

Peran tenaga medis, baik perawat maupun dokter di tengah pandemi bagaikan pahlawan tanpa jasa. Jasanya sungguh luar biasa. Mereka rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan banyak nyawa manusia dari serangan virus Corona. Mereka sampai rela untuk tidak pulang ke rumah dan meninggalkan keluarga yang dia cintai, karena harus melakukan kewajibannya merawat pasien. Lantas, kenapa mereka harus menolak jenazahnya untuk dimakamkan? Bagaimana jika terjadi penolakan jenazah pada keluarga mereka? Betapa menyedihkan fenomena diskriminasi terhadap pasien, keluarga maupun tenaga medis yang di cap negatif karena terinfeksi virus Corona, bahkan sampai jenazahnya pun ditolak.

Masyarakat yang menolak jenazah yang terkena Virus Corona lantaran takut tertular virus. Adanya kejadian tersebut dikarenakan minimnya informasi dan edukasi yang sampai pada masyarakat. Pemerintah seharusnya berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penanganan jenazah yang meninggal akibat Virus Corona. Padahal, prosedur pemulasaran jenazah hingga pemakaman sudah diterapkan sesuai dengan prosedur tetap untuk Covid-19. Prosedur pengurusan jenazah Covid-19 yang dimaksud seperti memandikan sesuai dengan ajaran agama serta memberikan cairan chlorine dan disinfektan kepada tubuh jenazah sebelum dikafani dan dibalut dengan dua lapis plastik yang kedap udara dan dipastikan aman.

Dalam situasi wabah ini, masyarakat tentu butuh peran pemimpin untuk memberikan edukasi, memenuhi kebutuhan rakyat dan menjaga jiwa rakyat. Namun peran tersebut tidak nampak kentara di tengah masyarakat. Masyarakat disuruh mencari informasi sendiri, berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidup, walaupun nyawa dan jiwa sebagai taruhannya. Sesungguhnya pemimpin dalam islam adalah pelayan umat. Pemimpin akan memprioritaskan keperluan, kepentingan dan kebutuhan umat di atas kepentingan pribadi. Selain itu, kita perlu memahami bahwa mereka yang meninggal dunia akibat wabah, mereka mendapat pahala mati syahid.

 قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الطاعون شهادة لكل مسلم 

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, tha’un (wabah) syahadah (berkedudukan syahid) bagi setiap Muslim,” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به

“Sesungguhnya Imam (penguasa/pemerintah) adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi”. [HR Muslim] Wallahu a’lamu bish-shawab.

NUR LAILY (AKTIVIS MUSLIMAH)