Berdamai Dengan Corona, Solusi Payah Pemerintah!

Melisa

Sekitar tanggal 19 mei tercatat 4,8 juta orang di dunia terpapar Covid-19 dan Amerika Serikat sebagai Negara yang memiliki kasus infeksi terbesar yakni 1,5 juta, berdasarkan data coronavirus covid-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE yang dikutip liputan6.com, (19/05).

Melihat perkembangannya, tidak bermaksud sinis tapi sepertinya angka tersebut akan semakin meningkat. Sebab, pernyataan dari Direktur Kedaruratan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Mike Ryan mengatakan virus ini akan menjadi penyakit endemik lain pada komunitas manusia.

Iklan Pemkot Baubau

Covid-19 dengan penyebarannya yang meningkat tajam mengakibatkan perekonomian dalam Negeri mangalami kontraksi karena turunnya konsumsi dan investasi. Dampaknya menghantam berbagai industri seperti bagian UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) yang nyata terasa. Sektor pariwisata juga membuat angka turis mancanegara anjlok, ditambah dunia manufaktur yang tidak lagi mengimbangi berakhir pada PHK massal.

Berbagai kebijakan pun dicanangkan pemerintah guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Diantaranya pemberlakuan gugus tugas, edukasi masyarakat untuk isolasi madiri dan isolasi rumah sakit, physical distancing (jaga jarak) hingga PSBB agar pelaksanaan jaga jarak tersebut lebih efektif. Kemudian 7 Mei 2020, konsep baru dalam penanganan virus yang bertajuk new normal diumumkan oleh presiden Jokowi melalui akun resmi media sosialnya @jokowi “Sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan”.

Kemudian Bey Machmudin mempertegas maksud Jokowi yang mengatakan hidup dengan corona. “Covid-19 memang belum ada anti virusnya, tapi kita bisa mencegah. Artinya jangan menyerah, hidup berdamai dalam penyesuaian kehidupan. Kesananya yang disebut the new normal tatanan kehidupan baru,” Katanya.

Karena pemberitaan inilah banyak tudingan bahwa gaungan gaya hidup new normal adalah istilah lain dari pelonggaran PSBB. Para nakes serentak kecewa dan memicu kekhawatiran hingga #Indonesiaterserah menghias di dumay. Dikutip dari Kompas.com (19/05). Yuri juga menegaskan, bahwa kekecewaan para tenaga medis adalah ulah masyarakat yang kurang disiplin dan tidak patuh pada protokol kesehatan.

Disaat yang sama, ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan bahwa skenario new normal ini berpotensi menciptakan peningkatan kasus Covid-19 dan berimbas bagi para tenaga medis, khususnya perawat. Karena dari kebijakan tersebut, ada indikasi beberapa sektor kegiatan yang tadinya di tutup akan di buka.

Namun dengan alasan ekonomi, pemerintah tetap menyiapkan protokol atau syarat khusus untuk mengatur situasi normal baru di tengah peningkatan kasus Covid-19. Anggota Perhimpunan Hotel Indonesia, Sudrajat bahkan menyambut positif rencana pemerintah membuka kembali sektor ekonomi bidang restoran dan perhotelan. Sikap pemerintah yang demikian, semakin menuai banyak kritik karena dinilai tak memikirkan masyarakat khususnya para tenaga medis yang mengambil risiko besar untuk nyawanya dan lebih mementingkan ekonomi dibanding nyawa rakyat.

Rencana penerapan new normal yang akan dilakukan akhir bulan Mei ini pun ditanggapi oleh ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal yang menuturkan keraguan akan keberhasilan kebijakan new normal. “Saat ini saja PSBB, masyarakat masih banyak yang belum cukup disiplin dan bandel. Jadi siapa yang bisa menjamin nanti bisa kondusif saat aktivitas dibuka lagi dan pemerintah bisa atasi. Bila kasus bertambah, bagaimana fasilitas kesehatan yang dipersiapkan”?

Senada, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad juga melihat bahwa kebijakan ini belum semestinya diberlakukan pemerintah karena jumlah penambahan kasus yang masih cukup tinggi. Setidaknya ada 400 kasus positif virus Corona setiap harinya. “Kalau nanti diberlakukan new normal khawatirnya nanti tidak efektif dampaknya ke ekonomi dan kasus bertambah, lalu pemerintah akan terapkan lagi PSBB. Ini jadi maju mundur yang membuat pemulihan ekonomi justru lebih lama.” CNN Indonesia (19/05).

Menyaksikan kedunguan dan keputusan suka-suka nampaknya akan menjadi tontonan yang semakin memuakkan. New normal yang menjadi output para kapitalisme dengan muatan materi adalah persoalan yang selalu lebih genting dibandingkan nyawa banyak orang. Demi nilai rupiah manusia diminta bersanding bersama virus mematikan. Padahal dengan membahayakan manusia, mereka akan kehilangan kunci utama dari laju penggerak ekonomi.

Demikianlah akibatnya ketika urusan dipegang pada yang bukan ahlinya. Kampanye solusi payah ini tidak hanya membahayakan, tapi juga bertentangan sebagaimana Islam mengatur. Dalam tatanannya yang sempurna pada semua aspek khususnya wabah. Pertama, Islam mengharuskan penguncian pada wilayah yang terdampak.

Seperti dalam HR. Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah maka jangan memasukinya. Jika terjadi wabah ditempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” Kedua, pengisolasian yang sakit, sejalan dengan HR. Abu Hurairah, “Hindari orang yang berpenyakit kusta seperti engkau mengindari singa.” Ketiga, pengobatan hingga sembuh, sebab kata Nabi, “Sesungguhnya Allah selalu menurunkan penyakit dan obat, maka berobatlah tapi jangan berobat dengan yang harom.” Luarbiasa aturan Islam, dalam hal mengriayah rakyatnya. Itu semua bisa kita rasakan jika mengaturan hidup kita sesuai syariah-Nya. Wallahu a’lam.

Oleh: Melisa (Mahasiswi & Aktivis BMI Makassar)