Beberapa hari ini khususnya media sosial dihebohkan dengan sebuah video Bullying yang dilakukan oleh sekelompok oknum remaja kepada salah seorang anak yang bernama Rizal. Seperti yang telah diberitakan bahwa Rizal ini adalah seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Setiap harinya Rizal selalu berjualan jalangkote untuk membatu perekonomian keluarganya. Cukup miris apa yang sebenarnya terjadi kepada Rizal ini dimana dia menjadi korban Bullying dan kekerasan diumurnya yang masih belia yang dilakukan oleh beberapa oknum remaja tersebut.
Bullying bukan perkara biasa lagi terjadi di Indonesia, sudah sering kita jumpai dan korbannya pun beragam, baik berasal dari anak-anak, remaja, atau pemuda/i. Begitu banyak korban Bullying dan kekerasan, hingga sampai berujung maut.
kasus ini akan terus terjadi jika tidak ada perhatian khusus dalam menyelesaikanya. Dan tidak menutup kemungkinan korbanyanya akan mengalami gangguan psikologi dan tekanan sosial lainnya yang akan berakibat fatal. Kasus Rizal ini tidak bisa di anggap biasa, apalagi diumurnya yang masih anak-anak dia harus menangung sebuah beban Bullying yang di lakukan oleh para remaja yang selalu mengganggunya setiap hari.
Tapi untungnya kasus ini langsung ditindak lanjuti oleh pihak kepolisian setelah video tentang Bullying ini beredar dan viral, yang cukup membuat heboh seluruh Indonesia. dan akhinya pelaku-pelaku tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian.
Data hasil Riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (Bullying) di Indonesia sebanyak 41.1%. Angka murid korban Bully ini jauh di atas rata-rata negara anggota OECD yang hanya sebesar 22.7%. Selain itu, Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami perundungan. Dikutip dari Detiknews.com, Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih menilai perundungan terjadi karena adanya masalah fisik, terutama untuk murid yang memiliki kebutuhan khusus. Selain mengalami perundungan, murid di Indonesia mengaku sebanyak 15% mengalami intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina dan barangnya dicuri. Selanjutnya sebanyak 14% murid di Indonesia mengaku diancam, 18% didorong oleh temannya, dan 20% terdapat murid yang kabar buruknya disebarkan.
Seharusnya setiap remaja, pemuda/I harus saling membatu baik dalam proses belajar mengajar, pergaulan dan lain-lain, bukan malah saling memusuhi satu sama lain. Kita mungkin lupa bagaimana cara Banginda nabi Muhamad saw, mendidik pemuda-pemuda islam waktu itu.
Bisa dikatakan masuknya Islam rata-rata di hiasi oleh pemuda-pemuda. Sebut saja Ali bin Abi Thalib umurnya waktu itu 8 tahun, Zubair bin al-Awwam berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah berumur 11 tahun, Arqam bin Abi al-Arqam berumur 12 tahun, menariknya adalah rumah dari Arqam ini dijadikan sebagi tempat pembinaan oleh Baginda nabi Muhamad SAW sebelum kemudian mereka keluar mendakwahkan islam secara terang-terangan, dan masih banyak lagi sahabat nabi yang masih muda.
Lantas apa yang menarik jika dibandingakan dengan kondisi pemuda sekarang? Seperti yang kita ketahui bersama ditengah kondisi carut marut pergaulan remaja pemuda yang mulai pelan-pelan terpengaruh dengan Tsaqofah barat yang kian mengerogoti kaum-kaum remaja dan pemuda masa kini.
aktifitas remaja dan pemuda sekarang terlihat lebih bebas, pacaran menjadi hal biasa, meminum minuman keras biar dibilang gaul, menonton video porno, tawarun biar dibilang jagoan, dan masih banyak lagi tingkah laku meraka yang melanggar hukum ‘syara.
Lantas pemuda sepeti ini yang menjadi harapan bangsa seperti yang diinginkan oleh Presiden IR. Soekarno yang mengatakan ‘’Berikan aku 10 pemuda makan akan ku guncang dunia”.
Sangat jauh berbeda dengan kehidupan remaja dan pemuda ketika awal-awal berdirinya Islam, mereka mempuyai semangat yang luar biasa dalam belajar dan mandakwahkan islam. Mereka di bina di Rumah Arqam dengan Tsaqoh islam sehingga melahirkan sebuah kepribadian yang Islamiyah yang sesuai dengan hukum ‘syara.
Inilah potret perbandingan remaja dan pemuda ketika di didik dan tidak di didik sesuai dengan aturan Islam. Maka permasalahan pemuda dan remaja saat ini harus ditanggani dengan baik sesuai dengan sistem pergaulan yang telah diajarkan dalam islam sehingga akan melahirkan generasi-generasi baru yang akan mendakwahkan islam dan bukan malah melahirkan generasi-generasi penghancur islam. Wawlahuallah bishowab.
Oleh: Dafit
(Aktifis Mahasiswa)