Dilansir dari Cnnindonesia.com, 09/05/20, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana membuka kembali sekolah pada pertengahan Juli 2020.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Sabtu (9/5).
Seperti yang kita ketahui bersama hingga kini sekolah di sebagian besar daerah masih melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena dampak covid-19 atau corona. Sehingga adanya wacana sekolah dibuka kembali pada pertengahan juli mendatang menimbulkan banyak pihak yang kontra akan kebijakan Kebendikbud tersebut.
Kontra akan kebijakan Kemendikbud tersebut datang dari Federasi Serikat Guru Indonesia yang khawatir siswa dan guru menjadi korban wabah covid-19 atau virus corona jika rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka sekolah pertengahan Juli diputuskan. (Cnnindonesia.com, 09/05/20).
Menilik wacana Kemendikbud tersebut, seperti yang diketahui merebaknya wabah Covid 19 sudah memakan korban hingga ribuan orang hampir diseluruh wilayah Indonesia. Ditaksir Temuan kasus baru positif Covid-19 di Indonesia bertambah 557 orang, sehingga total kasus positif menjadi 25.773 orang hingga Sabtu (30/05) pukul 15.30 WIB. (Bbcindonesia.com, 30/05/20)
Melihat kenyataan tersebut munginkah sekolah kembali diaktifkan? Sementara bertambahnya kasus covid 19 semakin mewabah hingga dipelosok daerah. Pada kenyataan lain pula pemerintah belum memberikan solusi tuntas untuk menangani pandemi corona ditengah sempitnya perekonomian saat ini setelah diberlakukannya PSBB.
Lesunya perekonomian Indonesia sebenarnya sudah nampak sebelum adanya wabah corona. Namun ketika wabah ini merebak kondisi ekonomi negeri ini semakin sakit. Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang sejak awal bulan ini telah mewabah. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan karena berbagai faktor, seperti penurunan kinerja ekspor impor, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi dan investasi yang tumbuh melambat.
Jika kenyataan diatas sebagai langkah pemerintah mengaktifkan sekolah sebagai jalan untuk memulihkan kondisi perekonomian ditengah pandemi corona, terbukti bahwa pemerintah memang telah mengabaikan keselamatan masyarakat. Faktanya pula, hingga saat ini pemerintah belum memastikan siapa saja yang terinfeksi virus corona melalui uji coba Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan alasan kekurangan alat medis.
Fakta konkretnya, ribuan orang yang menjalani tes PCR di Jabar jumlahnya pun belum berubah, yaitu sebanyak 6.161 tes. Sebanyak 803 di antaranya positif Covid-19. (Cnnindonesia, 11/05/20).
Artinya masih ada lebih dari 5 ribu orang yang belum dipastikan apakah terinfeksi atau tidak. Inilah gambaran rezim ruwaibidhah yang tidak mampu mengurus keselamatan rakyatnya. Kebijakan zalim dikeluarkan dengan mengorbankan banyak jiwa demi kepentingan ekonomi. Inilah potret yang digambarkan dalam sebuah hadist dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Potret dalam lingkaran kapitalisme telah menunjukan bahwa rezim saat ini tidak mampu membawa masyarakat mencapai taraf kesejahteraan. Lepas tanggungjawab terhadap keselamatan masyarakat, pemerintah justru lebih mementingkan memulihkan perekonomian bangsa
Padahal, dalam penanganan wabah pemerintah seharusnya melakukan penguncian wilayah secara total bukan hanya sekedar memberlakukan PSBB maupun social distance semata. Sehingga ketika pemerintah melakukan penguncian wilayah secara total hal justru akan mampu menekan penyebaran virus corona.
Kebijakan seperti ini sebetulnya pernah dicontohkan dimasa kepemimpinan Rasulullah SAW. Dimana beliau juga meneladankan sikap kepada para sahabatnya jika menghadapi wabah dan pengidap penyakit menular untuk tidak keluar wilayah dan berdekatan. Adapun Konsep karantina wilayah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist.
Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu. (HR. al-Bukhari)
Inilah konsep yang seharusnya ditiru oleh pemerintah saat ini sebagai langkah pencegahan virus corona. Hal ini juga sebagai upaya untuk melindungi keselamatan masyarakat banyak. Konsep seperti ini adalah solusi yang ditawarkan oleh islam. Sebagaiamana islam merupakan agama rahmatan lil a’lamin, dalam aturannya kehidupan akan sejahtera dan selamat. Karenanya, tiada solusi yang lebih jitu yang diberikan dalam sistem kapitalisme saat ini selain islam.
Sebab hanya islamlah yang mampu berikan solusi jitu dalam menangani urusan umat. Dan itu tidak terlepas dari kepemimpinan seorang kholifah yang sejatinya tidak plinplan dalam menentukan kebijakan. Semoga khilafah ala minhajjin nubuwwah yang telah dijanjikan oleh Allah SWT segera tegak. Begitu halnya seiring dengan hilangnya wabah virus corona saat ini.
Wallahu A’lam Bishshowab
Oleh: Hamsina Halisi Alfatih