Prajurit Garda Terdepan yang Terabaikan

Fatimah Azahria

Jumlah kasus positif covid-19 semakin meningkat. Per 26 Mei 2020 total jumlah kasus positif: 23.165 pasien, pasien dirawat: 15.870 orang, pasien sembuh: 5.877 orang , pasien meninggal: 1.418 orang , PDP masih diawasi: 12.022 orang, ODP masih dipantau: 65.748 orang. Daerah sebaran kasus positif corona di Indonesia pun juga makin luas. Sebanyak 406 kabupaten/kota di 34 provinsi telah memiliki kasus positif Covid-19. (Tirto.id 26/5/2020)

Sungguh sampai hari ini kasus corona masih mengkhawatirkan negeri. Penanganan yang kacau membuat wabah semakin parah, sehingga tenaga kesehatan yang merupakan prajurit di garda terdepan perang melawan corona banyak yang jatuh berguguran. Namun kerja keras dan pengorbanan tenaga medis tak kunjung mendapat perhatian yang lebih dari para penguasa. Termasuk, masalah finansial yang tak kunjung diberikan.

Iklan Pemkot Baubau

Sejumlah tenaga medis di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran belum mendapatkan insentif keuangan yang dijanjikan oleh pemerintah. Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif sebesar Rp 5-15 juta untuk dokter dan para tenaga medis yang terlibat dalam penanganan Covid-19 (Merdeka.com 25/5/2020).

Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19. “Insentif yang dibilang maksimal tujuh setengah juta itu memang sampai sekarang belum (diterima),” kata Anitha kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020.

Anitha mengaku tak mengetahui apa alasan belum cairnya insentif. Namun menurut Anitha, para perawat sangat memerlukan insentif itu, terlebih mereka yang mendapatkan pemotongan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri. “Banyak teman-teman yang di RS swasta yang memberikan kabar enggak dapat THR,” kata Anitha. (Tempo.co 25/5/2020)

Janji tinggallah janji. Para tenaga medis hanya bisa gigit jari tanpa bisa melepaskan diri dari tugas melawan wabah ini. Jika bisa memilih tentunya mereka ingin bersama keluarga di rumah tanpa resiko bahaya. Namun, demi profesionalisme dan tanggungjawab, mereka rela memberikan waktu, tenaga hingga nyawa untuk berjuang di garda depan melawan virus Corona.

Kebijakan yang diterapkan selama ini pun terkesan tak serius dalam menanggulangi wabah,baik terhadap keselamatan rakyat secara umum maupun tenaga medis khususnya. Minimnya fasilitas dan kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar misalnya menjadi awal abainya negara terhadap keselamatan para tenaga kesehatan (Nakes).

Malang nian nasib para tenaga medis. Sudahlah tak mendapatkan perlindungan utuh untuk keselamatan diri, ditambah dengan proteksi finansial juga THR masih dipotong, insentif yang dijanjikan pun tak kunjung cair. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan sistem demokrasi kapitalisme dalam penyelesaian wabah tidak menjadikan keselamatan rakyat dan tenaga medis menjadi prioritas utama, namun masih berhitung untung dan rugi.

Berbeda jauh dengan sistem Islam. Islam sebagai diin yang sempurna , selain mengatur hal-hal individual, ubudiyah (ibadah), islam juga mengatur aspek sosial pemerintahan. Dalam penanganan wabah Islam sudah memberikan contoh terbaik saat kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab. Pada masa khalifah Umar bin khattab, lockdown adalah solusinya, semua akses dari luar wilayah terdampak wabah ditutup agar wabah tidak semakin menyebar luas. Biaya hidup rakyat juga ditanggung oleh kas negara. Dengan seperti ini maka tenaga kesehatan tidak akan kewalahan dalam menangani pasien yg terus bertambah secara masif karena sudah dibendung sejak awal. Keselamatan rakyat menjadi prioritas utama, sebab dalam Islam nyawa manusia lebih berharga dari dunia seisinya.

Para garda terdepan seperti tenaga kesehatan selain mendapatkan jaminan perlindungan juga mendapat perhatian dan apresiasi tinggi dari negara. Negara juga akan menyediakan layanan kesehatan, sarana dan prasarana pendukung dengan visi melayani kebutuhan rakyat secara menyeluruh tanpa diskriminasi. Semua mendapat layanan dengan kualitas yang sama, kualitas terbaik.

Hal tersebut hanya diperoleh pada pemimpin yang bervisi Islam. Yang memutuskan segala kebijakan berdasarkan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Pemimpin yang bervisi Islam seperti itu takkan didapatkan di sistem Kapitalisme saat ini. Karena pemimpin bervisi Islam hanya lahir dari sistem Islam. Yakni sistem kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta, Allah SWT. Suatu sistem yang akan memprioritaskan keselamatan rakyat di atas kepentingan lainnya. Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Fatimah Azahria (Aktivis Muslimah)